Semua Bab Pendekar Tombak Matahari: Bab 61 - Bab 70
87 Bab
Berpindah!
Sebuah cahaya kuning berpendar saat Surya Yudha menerima token tersebut. Tubuhnya terasa bergetar dan merasa sedikit limbung karena getaran tersebut. Ketika dia membuka matanya, Surya Yudha sudah berada di tempat lain. "Ini ... di mana ini?"Sebuah bangunan kecil yang cukup ramai, ada belasan hingga puluhan orang di tempat itu. Surya Yudha melihat seseorang yang duduk di sudut ruangan, sepertinya dia adalah penjaga di tempat ini. Surya Yudha berjalan menghampiri pria tersebut. "Paman,"Pria tersebut menoleh. "Ada apa?" Saat melihat penampilan Surya Yudha, pria tersebut mengelus kumisnya yang tebal. "Anak baru rupanya, berikan tokenmu!" Surya Yudha menyerahkan token berbentuk kotak itu kepada pria tersebut. Beberapa orang di sana melirik ke arah Surya Yudha, tetapi setelah beberapa saat mereka melanjutkan aktivitas seperti biasa. Setelah memeriksa token itu selama beberapa saat, pria itu mengembalikannya kepada Surya Yudha dan memberikan setumpuk pakaian kepadanya."Seragam ini
Baca selengkapnya
Bertemu Ndaru, Lagi!
Bibir Surya Yudha berkedut, jantungnya berdebar kencang saat mendengar ucapan pemuda itu. Beberapa hari lalu, masih ada Gendon yang menyelamatkannya, tetapi untuk hari ini dan seterusnya, dia tidak memiliki pelindung lagi. Mungkin Sakra telah mengatakan jika dia bersedia melindungi dirinya. Namun, apakah Sakra mampu melakukannya?Dia sudah melihat bahkan merasakan sendiri kekuatan Ndaru. Namun, untuk Sakra, dia tidak memiliki gambaran sedikit pun tentang batas kemampuan pemuda itu. 'Ini adalah pilihanku, bagaimanapun, aku harus bisa menghadapinya sendiri.'Mengembuskan napas pelan, Surya Yudha maju selangkah membuat jarak antara dirinya dan pemuda itu semakin menipis. "Ndaru, entah dendam apa yang ada di antara kita, tetapi aku sangat penasaran kenapa kau sangat bernafsu membunuhku."Ndaru tampak menyeringai, "Dendam apa? Ini bukan masalah dendam, lebih tapatnya, HUTANG! Hutang nyawa dibayar nyawa!""Hutang nyawa? Aku tidak pernah membunuh orang-orangmu." Surya Yudha berusaha meny
Baca selengkapnya
Jadilah Kawanku atau Pergi
Begitu sosok Ndaru menghilang, Sakra menarik tangan Surya Yudha, memandang wajah pemuda itu dengan lekat, bahkan tidak berkedip. Perasaan gugup mulai menyelimuti hatinya."Jadi ... jadi kau adalah anak Jendral? Apa kau adalah Surya Yudha, Putra Panglima besar Indra Yudha?""Apakah Jendral yang memiliki anak bernama Surya hanya Panglima besar Indra Yudha?" tanya Surya Yudha. Sakra berdehem, dia tidak memahami seluk beluk militer dengan baik. Bahkan, dia mengerti nama Surya Yudha adalah karena sepak terjang pemuda itu yang mengerikan. "Aku tidak tahu, pengetahuanku sempit, yang aku tahu hanya Jendral Indra Yudha yang memiliki putra bernama Surya."Surya Yudha menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia sebenarnya tidak ingin membocorkan identitasnya, tetapi nyatanya Ndaru bermulut besar dan membuat beberapa orang mengetahuinya. Dia yakin, dalam beberapa jam semua orang di tempat ini akan tahu jika dia adalah anak Jendral Indra Yudha. "Hm ... aku sebenarnya tidak ingin mengatakannya, tet
Baca selengkapnya
Pengganggu
Pagi-pagi sekali Surya Yudha sudah bangun, ini adalah hari pertamanya menjadi anggota Padepokan Raga Geni dan dia sangat bersemangat. Dia menoleh dan melihat Sakra masih terlelap di tempat tidur, Surya Yudha tidak memiliki niat untuk membangunkannya. Dia langsung pergi ke sumur untuk mandi. Dengan petunjuk beberapa orang, akhirnya Surya Yudha sampai di sumur. Meski disebut sumur, tetapi apa yang Surya Yudha lihat lebih cocok disebut kolam karena ukurannya sangat besar. Di sekitar tempat tersebut, tumbuh tanaman yang daunnya mirip seperti daun teh, tetapi Surya Yudha yakin jika ini bukanlah jenis teh yang bisa diminum. Sepertinya sengaja ditanam sebagai pagar keliling tempat itu. Wajah Surya Yudha bersinar saat membayangkan betapa segarnya mandi air dingin di tengah hawa panas yang melanda puncak gunung Agni. Dengan semangat dia melepas ikat kepalanya dan meraih batok kelapa yang biasa digunakan untuk menciduk air. Byur!"Arghhh!" Surya Yudha berjingkat ketika merasakan kepalany
Baca selengkapnya
Pondok Beladiri
Hari ini Ndaru benar-benar menginjak harga diri Surya Yudha. Tidak hanya menghancurkan Surya Yudha, Ndaru juga menghancurkan Sakra. Begitu Ndaru pergi, Surya Yudha menghampiri Sakra. Dia mengeluarkan dua botol pil, satu untuknya dan satu untuk Sakra. "Sakra, sepertinya kau harus menjauhi diriku mulai sekarang," ucap Surya Yudha seraya memberikan pil untuk Sakra. "Apa karena aku terlalu lemah?" tanya Sakra tampak kecewa. Surya Yudha pun menggeleng. "Tidak, bukan karena itu, aku hanya mengkhawatirkanmu.""Aku sudah bilang, aku bahkan rela mengorbankan nyawa." "Namun, aku tidak bisa membiarkan orang lain berkorban begitu saja. Jika aku mati di tangan Ndaru, setidaknya kau harus hidup untuk mengadukan hal ini kepada eyangku.""Kau tidak akan mati dengan mudah.""Siapa yang tahu?" Sakra tidak membalas ucapan Surya Yudha, mengingat bagaimana reaksi pemuda itu saat kemarin dia melakukan penolakan. Tanpa Sakra sadari, tangan kanannya yang terkulai lemas kini mulai kokoh bahkan bisa dig
Baca selengkapnya
Menjadi Murid Mahaguru
Seorang pemuda yang berusia tiga puluhan tahun menyambut kedatangan Surya Yudha dan Sakra. Sakra segera memberikan senyuman ramah dan sedikit membungkuk. Saat menyadari jika Surya Yudha masih berdiri tegap dengan wajah kakunya, Sakra mencolek tangan Surya Yudha. Sadar akan isyarat yang diberikan temannya itu, Surya Yudha segera tersenyum dan sedikit membungkuk. "Ada yang bisa aku bantu?" tanya pemuda itu dengan antusias. Dia mulai mengamati Surya Yudha dan Sakra yang belum memberikan jawaban. "Apa kalian anggota baru?" "Benar, kami anggota baru.""Ah begitu rupanya. Ikuti aku, kalian pasti sedang mencari Tetua Pembimbing, kan?" tanya pemuda itu. Tanpa menunggu jawaban, pemuda itu berbalik dan berjalan. Surya Yudha dan Sakra mengikutinya. Mereka menuju sebuah ruangan yang tampak seperti perpustakaan karena ada banyak rak yang dipenuhi buku berjejer di tempat itu. "Kalian bisa memanggilku Rama. Aku hanya berapa tahun lebih tua dari kalian, jadi panggil saja Rama.""Baiklah." Sur
Baca selengkapnya
Sumber Kekuatan Lain
Surya Yudha masih mengamati kitab di tangannya dengan saksama. Kitab ini begitu tebal, tetapi terasa sangat ringan saat dia pegang seolah kitab tersebut merupakan bagian tubuhnya. "Surya, aku tahu kau adalah pemuda yang cerdas, pelajari kitab tersebut seorang diri." Ki Joko membuka pintu sebuah ruangan. "Di tempat ini kau bisa berlatih dengan lebih tenang.""Terima kasih, Guru. Maaf telah merepotkanmu." Surya Yudha berkata dengan membungkuk dalam. "Kau adalah muridku, maka aku harus memberikan yang terbaik untukmu."Surya Yudha masuk ke ruangan tersebut dan merasakan sesuatu yang berbeda di tempat ini. Suhu di tempat ini cenderung dingin, membuat senyum Surya Yudha merekah seketika. Ini adalah tempat paling nyaman yang dia kunjungi selama seminggu terakhir. Ki Joko menutup pintu ruangan itu dari luar, membiarkan Surya Yudha berada di dalam ruangan tersebut sendirian. Surya Yudha mengedarkan pandangannya. Tidak ada barang perlengkapan sehari-hari di tempat itu, ruangan itu benar-be
Baca selengkapnya
Sumber Energi
Surya Yudha menutup matanya. Dia bisa membayangkan bagaimana cara menyerap kekuatan alam menjadi kekuatannya. "Surya, kau bisa melihat untaian benang yang tersebar? Seraplah sebisamu."Meski matanya tertutup, Surya Yudha bisa melihat untaian benang berwarna hijau dan kuning di sekelilingnya. Benang-benang tersebut tersebar di segala arah dan perlahan mendekati tubuh Surya Yudha. Pemuda itu merasakan energi seperti sambaran petir menyelimuti tubuhnya. Kulitnya seolah sedang diiris-iris dengan pisau tumpul. Satu demi satu untaian benang itu masuk ke dalam tubuh Surya Yudha, menyatu ke dalam aliran darah dan menyusuri tubuh pemuda itu hingga berhenti ketika tiba di pusar pemuda itu. Surya Yudha merasakan ada energi besar yang mencoba mendobrak paksa cakra miliknya. Oh, salah!Energi tersebut tidak mendobrak paksa cakra milik Surya Yudha, tetapi sesuatu yang terletak di belakang cakra. Krek ... krek ... krek!Dinding yang membatasi benda tersebut pecah, untaian benang yang awalnya b
Baca selengkapnya
Kotak Tua Jelek
"Bedebah sialan! Aku Ndaru, menantangmu dalam sebuah pertandingan yang sah!"Kalimat tersebut seperti petir di telinga Surya Yudha dan Sakra. Surya Yudha memang merasakan kekuatannya meningkat, tetapi dia tidak tahu sejauh apa perkembangannya. Untuk Sakra sendiri, dia tidak tahu apakah Cakra milik Surya Yudha masih tersegel atau tidak. Jika masih tersegel, maka tantangan yang Ndaru berikan merupakan pertanda akhir kehidupan sahabatnya.Ketika Surya Yudha sedang berada dalam dilema besar, tiba-tiba suara Baiji menggema di pikirannya. ["Kau tidak akan mati di tangan pemuda itu, Surya. Jikapun kau kalah, kau tidak akan kalah dengan menyedihkan."]Surya Yudha masih tetap diam di tempatnya. ["Kau bisa mempercayai penilaianku." ] Baiji mencoba meyakinkan. Surya Yudha memejamkan matanya, dia lantas berkata kepada Baiji. ["Apa kau yakin? Aku sudah berjanji pada seseorang untuk kembali beberapa tahun lagi dan aku tidak boleh ingkar janji!"]["Surya Yudha, kau adalah pria sejati. Kau mema
Baca selengkapnya
Pertaruhan
Dengan menggunakan satu tangannya, Surya Yudha membuka kotak tua itu. Dia sangat hati-hati saat melakukannya karena khawatir akan menggancurkan kotak tersebut. Kotak terbuka, mulut dua pemuda itu ternganga ketika melihat isi kotak tersebut. "Ini ...." Surya Yudha kehabisan kata-kata untuk menggambarkan keterkejutannya. Kotak tua yang mereka anggap sangat jelek itu menyimpan sebuah barang yang tak ternilai harganya. "Ci-cincin? Apa ini adalah cincin penyimpanan juga?" tanya Sakra terbata-bata. Surya Yudha menggelengkan kepalanya pelan saat Sakra bertanya padanya. Walau dia tidak tahu, tetapi dia yakin jika cincin ini bukan cincin biasa. "Entahlah ...." Cuncin di tangan Surya Yudha tampak terbuat dari perunggu yang terlihat biasa saja, tetapi ada ukiran unik melingkari cincin tersebut. "Aku akan mencobanya."Surya Yudha menggigit jarinya hingga berdarah dan meneteskan sedikit darahnya ke cincin tersebut untuk membuat kontrak. Pemuda itu lantas mengenakan cincin tersebut dan me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status