Semua Bab Video Pernikahan Suamiku: Bab 51 - Bab 60
64 Bab
Pesan dari Bang Haris
[Kania, kamu di mana?] Bang Haris mengirimkan pesan padaku.Apa dia datang ke rumahku? Lalu dia menghubungi setelah melihat rumah kosong. Arrrggggh, salah aku tak memberitahukannya kalau aku pulang ke Purwakarta. Aku lupa mengatakannya.Aku memutuskan untuk menerima pilihan orang tuaku, mereka biasanya punya firasat yang benar. Mudah-mudahan berkah untukku, menjadi anak yang penurut untuk saat ini.Namun, mengapa aku memikirkan dia? Tak sempat kuucap selamat tinggal untuknya. Mungkin dia berharap padaku, atau, aku yang terlalu kepedean? Entahlah.Segera ku balas pesan Bang Haris. Ia membuatku melamun, sungguh terlalu kau Bang. [Maaf, Bang Haris. Aku sedang tak di rumah. Sekarang sedang di Purwakarta. Ada apa, Bang?] Aku penasaran dengan maksudnya mengirimkan pesan padaku.[Oh gitu. Kok kamu nggak ajak-ajak aku pulang ke kampung halaman Papamu?] balas Bang Haris.[Maaf, Mas. Ini juga ngedadak. Aku diminta buru-buru pulang.] jawabku.[Ada apa sih sampai diminta buru-buru gitu?][Mmm ..
Baca selengkapnya
Alhamdulillah Ternyata Dia
"Iya, Papa antar calonmu dan keluarganya ke hotel. Semoga mereka nggak nyasar ketika ke sini," sahut Papa."Memangnya mereka dari mana, Pa?" Penasaran juga dengan seseorang itu."Mereka dari kota asal kita, Bandung. Semoga kamu berjodoh dengannya. Papa doakan untuk kebaikanmu," kata Papa.'Orang Bandung? Siapa ya?' gumamku.***Tibalah waktu lamaran. Mobil calon suamiku sudah datang. Ada dua mobil yanh terparkir di depan rumah orang tuaku.Aku buru-buru masuk, tak mau terlihat oleh mereka karena malu. Di dalam kamar, aku berdoa semoga aku minimal bisa menyukai laki-laki itu. Karena agar aku semakin mantap untuk bersamanya nanti.Aku menyusui Kyra terlebih dahulu. Dia tertidur kembali sehingga aku bisa leluasa menemui tamu di luar "Kania, silahkan keluar. Semua sudah berkumpul," teriak Papa dari arah pintu."Iya, Yah. Sebentar." Aku merapikan baju dan kerudungku terlebih dahulu agar tetap rapi. Kali ini aku deg-deg saat akan keluar.Aku berjalan keluar kamar bersama Papa, lalu duduk d
Baca selengkapnya
Mas Radit Menemuiku
Ya Allah, ada Mas Radit ke kantor mau apa ya? Dia tak menghubungiku terlebih dahulu lagi."Paling besok saya ke kantor, sekarang masih di Purwakarta, Al," kataku. "Bilang sama Pak Radit, nanti besok atau lusa ke sini lagi. Oke Al?" titahku.Sepertinya ada hal penting yang ingin dia ucapkan. Aku tak tau lagi kehidupan Mas Radit dan Seli sekarang. Benar-benar membuatku deg-degan.Saat bengong, Mama menghampiriku."Teteh, menurutmu bagaimana calon suamimu? Mama lihat kamu langsung berbinar ketika tau dia adalah Haris." Mama menggodaku."Emang kelihatan gitu, Ma?" Aku terkekeh. Malu mendengar perkataan Mama. Responku ternyata bisa ditelisiknya."Iya, keliatan banget, Nak! Tapi nggak apa-apa, berarti Mama sukses jodohin kamu dengan Haris. Semoga lancar hingga pernikahan nanti, ya!" ucap Mama."Aamiiin yaa Allah. Ma, besok aku harus kembali ke Bogor," kataku."Kok cepat sekali sih, Teh? Memangnya ada apa? Berarti Mama nyiapin pernikahan kamu sama Papa aja dong?" Mama cemberut karena aku mal
Baca selengkapnya
Mas Radit Menjual Tokonya
"Ada apa, Mas?" tanyaku ketika dia masuk."Aku mau menjual tokoku padamu, Kania," katanya."Memangnya kenapa sampai dijual?" "Seperti biasa Kania, kamu tau kan Seli sering berhutang. Tanpa ku tau, dia berhutang lagi di pinjaman online. Dan pinjaman itu atas namaku. Belum lagi tagihan pinjaman rentenir, masih datang ke rumah. Aku benar-benar akan kehilangan semua, Kania!""Sabar, Mas. Aku akan beli tokomu. Mudah-mudahan kamu bisa membayar pinjaman dengan baik," ucapku."Terima kasih atas pengertiannya, Kania. Kamu benar-benar seorang wanita yang baik. Aku menyesal telah menyia-nyiakan kamu," katanya dengan mata yang berkaca-kaca.Aku tak bisa menjawab, hanya senyum yang bisa kuberikan kali ini. Tiada guna penyesalan yang datang."Baiklah segera ku transfer ke rekeningmu, ya, Mas!""Ok, terima kasih banyak, Kania.""Oh ya, Seli sendiri kan sudah tak di rumahmu, ya?""Iya. Kan aku sudah mengusirnya. Sekarang dia hidup di mana entah aku tak tau, sebelumnya banyak melakukan pinjaman onlin
Baca selengkapnya
Gosip Para Perawat
"Kania sedang apa malam-malam di luar?" Mas Radit menyapaku. Tak sengaja aku bertemu dengannya."Aku sedang ingin keluar aja. Sekedar menghilangkan penat," kataku dengan ekspresi datar."Memangnya kamu bosan kenapa? Boleh kutemani?" tanyanya sembari menatapku. Mau apa lagi?"Nggak usah, Mas. Oya barusan aku lihat Seli tuh sama om-om. Kamu tolong deh, Mas kejar Seli sana. Kasihan dia kalau terjebak di lembah hitam," kataku. Aku mengatakan dengan jujur apa yang kulihat sebelumnya.Mas Radit mengernyitkan dahinya. Matanya melihat ke segala arah ruangan. Mungkin ia mencari Seli saat ini."Mana? Aku nggak lihat? Lagian biarlah dia menentukan jalannya sendiri, toh dia sudah dewasa. Kamu ingat kalau sering disakiti olehnya?" Mas Radit mengingatkanku."Bukan saja olehnya, tapi olehmu juga, Mas. Tapi aku sudah melupakannya. Buat apa aku masih membenci kalian, bisa jadi racun dalam diriku," belaku. Aku mencoba mengingatkannya juga."Jadi, kamu sudah memaafkan aku dan Seli?" tanyanya dengan penu
Baca selengkapnya
Kejutan dari Seli
Mereka langsung menatapku. Salah satu dari mereka mendekat."Maaf, Bu. Jangan laporkan kami. Kami tak akan mengulanginya lagi," katanya.Aku berdehem. "Yang lainnya bagaimana?"Mereka saling berpandangan, lalu mendekat ke arahku agar jangan membocorkan ini."Baiklah, saya terima semua janji kalian. Tapi ingat, tak baik membicarakan seseorang seperti itu.""Baik, Bu," kata mereka serempak."Ya sudah silahkan bekerja kembali!" Aku kembali duduk menunggu obat. Pasien lain yang ada di sekitar memperhatikan ke arahku. Peduli amat sama mereka, toh aku peduli dengan rumah sakit ini, agar tenaga kerja di sini tak sembarangan bergosip. "Aku tak menyangka kamu bisa setegas itu?" Suara Bang Haris mengagetkanku."Eh, Bang. Maaf ya aku bikin gaduh di sini."Kemudian dia duduk di sampingku."Enggak kok kamu hebat, Kania. Maaf ya kalau kamu jadi bahan gunjingan jadinya," katanya dengan suara yang pelan."E-eng-enggak, kok. Aku cuma nggak mau aja kamu menjadi bahan olok-olok mereka. Mereka pantas
Baca selengkapnya
Mas Radit yang Menggangguku
Bang Haris mengatakan kalau Seli dan laki-laki yang memasang bom jadi buronan polisi. Bisa-bisanya mereka merencanakan hal yang buruk padaku."Kamu hati-hati kalau dijalan. Apa perlu aku yang antar jemput kamu?" tanya Bang Haris khawatir. Aku bisa merasakan kekhawatirannya."Nggak usah, Bang. Lagian pasienmu nanti pada nunggu, Bang," sahutku. Kasihan dia kalau terlalu memikirkanku."Baiklah, hati-hati kalau mau ke kantor. Oya, besok kan kamu harus ke Purwakarta. Kalau aku Insya Allah ke Bandung lusa," terang Bang Haris. "Aku juga tak tinggal diam, aku mencari info juga tentang Seli dan orang suruhannya." "Iya, Bang. Semoga bisa segera di tangkap. Sekarang aku sadar, tidak semua orang menanggapi atas keinginan kita untuk berhubungan baik dengannya," sahutku."Iya, Kania. Untuk saat ini tak perlu lagi kamu berhubungan lagi dengan seorang Seli," ucap Bang Haris."Iya, Bang. Terima kasih, ya!" jawabku.Bang Haris berangkat menuju rumah sakit. Sedangkan aku sebentar lagi akan ke toko, kar
Baca selengkapnya
Telepon dari Ibu Mertua
"Kamu bisa mengunjungi Kyra kapanpun, Mas. Aku tak akan menghalanginya. Tapi aku tak mungkin kembali padamu. Maaf ya, Mas Radit. Aku doakan semoga kamu mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku.""Mas Radit beranjak dari duduknya. Lalu berjalan ke arah Bibik, ia menggendong Kyra. Aku melihat kerinduan dari pancaran matanya.'Maaf, Mas. Aku benar-benar tak bisa bersamamu.' gumamku."Kyra baik-baik sama Mama. Nanti kalau udah besar jagain Mama ya!" Mas Radit berbicara dengan Kyra."Mas, aku harus segera berangkat sekarang." Ku lihat jam tanganku, sudah hampir setengah jam Mas Radit di sini."Baik, maaf ya Kania. Aku jadi mengganggu waktumu.""Iya, Mas. Nggak apa-apa.""Maaf juga aku tak bisa berangkat ke sana. Aku doakan dari sini, ya. Semoga kamu bahagia dengan Haris.""Aamiin, insya Allah. Terima kasih doanya."Kami sama-sama menuju depan rumah. Mas Radit pamit pulang. Ia menggunakan ojeg, karena mobilnya sudah dijual. Bik Susi mengunci pintu, lalu berjalan ke arahku. Kunci dibe
Baca selengkapnya
Panggilan yang Menggelikan
"Kania ... Ayo sini, calon pengantin harus meng-Aminkan doa-doa ibu Ustadzah." Salah seorang tanteku berkomentar. Aku mengangguk tanda setuju padanya."Iya, benar. Kania diam di sini, jangan kemana-mana," sahut sepupuku."Insya Allah besok lancar ya, Kania. Kami berdoa untuk kalian nanti," timpal sepupuku yang lain.Alhamdulillah mereka semua mendukungku. Tak ada yang nyinyir dengan statusku. Mungkin semua karena kebaikan mamaku juga, ia benar-benar baik pada Tante dan para sepupuku."Terima kasih semua, aku sangat terharu dengan semua. Semoga Tante, kakak dan adik juga dilancarkan urusannya," timpalku pada mereka.Bersyukur dikelilingi orang-orang baik, sehingga aku bisa selalu berpikiran positif. Walau kadang terbersit rasa insecure kalau diri ini seorang janda yang akan menikahi lelaki ganteng plus mapan. Ah, kalau berpikir ke situ, rasanya tak sebanding.***"Kania, kamu cantik sekali. Walau kamu pernah juga seperti ini, aku menyukai riasanmu saat ini," kata Mama. Mama terus saja
Baca selengkapnya
Bang Haris yang Kucintai
Tak lama Bang Haris datang. Tapi bersama Kyra. Aku jadi senang, kami mengasuh bersama di dalam kamar.Kami mengobrol hal-hal yang ringan, yang bisa membuat kami sesekali tertawa. Atau bahkan membuat kami menitikan air mata."Kanda, aku mau berterimakasih atas kebaikanmu selama ini. Aku benar-benar terbantu dengan semua hal yang kau berikan.""Dinda, aku ikhlas menolongmu. Tak ada maksud apa-apa. Aku memang mencintaimu saat itu. Tapi ku berpikir, jikapun kamu jodohku, kita pasti kan bersama.""So sweet banget, Kanda. Aku jadi malu jadinya.""Nggak usah malu, Dinda. Aku sekarang suamimu loh! Bisakah kamu mendekat padaku?" Bang Haris melirik pada Kyra yang tertidur."Ehm ... Kanda, sebentar lagi magrib, lalu Isya, dan nantinya subuh."Bang Haris terkekeh. "Dinda pinter ngeles deh. Mau magrib atau apapun itu, jika sudah terjadi, maka terjadilah. Hehe ... Becanda aku, Dinda! Yuk bersiap salat subuh dulu!""Hayuk, Bang!"Kami sudah mandi tadi sebelum ashar, saat menjelang magrib, kami hany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status