Semua Bab MELEPAS BENALU: Bab 51 - Bab 60
80 Bab
Bab 51 - Naura.
Sepertinya Mamah sangat bahagia, dengan kesulitanku."Astrid ... Astrid. Ajaib sekali sih, keluarga suamimu," kekeh Mamah begitu geli, dia sampai menyeka sudut mata sebab bulir bening menetes begitu saja.Lucu sekalikah, ucapanku?"Ckckck ... haduh. Haduh," Mamah mengatur nafas, mungkin sesak, sebab nafasnya banyak yang keluar dengan cepat."Seneng banget, Mah." cibirku."Eh ... haha. Sory," Mamah mengantup mulutnya. "Habis lucu aja As ... ada ya keluarga begitu," sambungnya."Hhh ..." desahku."Terus kamu kasih?" Tanya Mamah sambil melepas ransel Naura."Tidaklah ... enak aja," jawabku geram. "Kesal banget aku Mah, Ibu dan anak sama aja tidak pada tahu diri. Heran! Kenapa dulu aku bisa cinta banget ya sama mereka," sambungku sambil mencucutkan bibir."Di dukuni kali," celetuk Mamah."Ya enggak lah, Mah ... hari gini, masa iya masih ada yang kaya gitu. Ngawur," balasku."Ya siapa tau. Habis dulu kamu susah
Baca selengkapnya
Bab 52 - Berjuang Dulu.
Edwin memajukan wajah, menghujamku dengan tatapan sendu."Aku menunggu jandamu ..." ucapnya pelan.Tenggorokanku tercekat, mata ini membulat mendengar ocehannya. Gelas didalam genggaman hampir saja terlepas jika aku tidak segera sadarkan diri."Bercandamu tidak lucu!" ketusku memasang wajah sebal, padahal pipiku sudah menghangat dibuatnya.Edwin berdecak singat, lalu kembali menarik tubuh dan menyenderkannya dipunggung kursi."Selalu begitu ... nanti kalau aku sudah sama yang lain, baru nyesel." gumamnya begitu pelan, namun telingaku dengan jelas mendengarnya.Masa putih abu-abu terngiang dikepala, sebelum aku terbuai dengan kenangan manis beserta pahit itu. Aku segera menepisnya."Permisi ..." dengan senyum ramah, pelayan cafe meletakkan segelas moccacino dan dua porsi roti bakar keju diatas meja."Makasih," ucapku."Silahkan Mbak, Mas ..." ucapnya ramah, sebelum men
Baca selengkapnya
Bab 53 - Tak Ada Uang.
"Setidaknya kita harus berjuang dulu Bu ... Ronald yakin, rumah itu sudah menjadi milik Ronald." sahutku dengan penuh percaya diri."Awas aja kalau sampai gagal, Ibu penggal kepala kamu!""Ya ampun Bu!" teriakku. "Seram banget, nyebut Buk," mataku sampai keluar mendengar ucapan Ibu. Leherku berasa ngilu, ser-seran.Lebih sayang mobil apa yah. Dari pada anak sendiri."Sudah sana ... suruh pulang anakmu, sebelum kepala Ibu tambah pecah," Ibu melibaskan tangannya."Tapi Bu ....""Tapi apa lagi?" sentak Ibu. Aku langsung tertunduk lesu, melihat wajah sangar Ibu."Iya Bu ..." sahutku lalu beranjak menuju kamar."Huh ... berat sekali ujianku," desahku sambil membuka pintu."Mas ..." Sekar mencucutkan bibirnya, saat aku baru saja menghempaskan bokong diatas ranjang."Kenapa lagi?" sahutku tak bersemangat."Cari kerja dong ... Ibu di kampung tadi telepon, minta dikirimi uang," Sekar bergelayut dilenganku. Naura mel
Baca selengkapnya
Bab 54 - Cari Kerja.
"Sudah jangan banyak alasan. Jika dia tidak mau kerja, pulangkan saja kerumah orangtuanya!"Aku dan Sekar terlonjak bersamaan, tatapan kecewa dilayangkan Sekar untuk Ibu."Ibu ... kok ngomong gitu," suara Sekar menggantung diudara. Wajahnya begitu sedih, dengan bibir tersungging tipis."Huh.. menyusahkan saja!" Ibu menaruh kasar tempat menyiram tanaman lalu pergi begitu saja."Sabar ya Dek," aku memegang kedua pundak Sekar."Sabar terus!" teriak Sekar. "Harusnya sebagai suami, sudah kewajiban kamu untuk nafkahi aku. Ini kenapa sebaliknya, hah!" Air mata Sekar berjatuhan."Selama ini aku sabar disindir-sindir terus, tapi hari ini Ibu benar-benar kelewatan.""Ssttt ... jangan teriak-teriak," bujukku."Kenapa, kamu malu? Ibumu yang meyakinkan aku untuk menjadi istri kedua. Sekarang dia malah memusuhiku, lucu sekali! Menyesal aku sudah mau menuruti kata-katanya," nafas Sekar tak beraturan, dadanya naik-turun dengan cepat."A
Baca selengkapnya
Bab 55 - Yang Penting Kerja.
"Ya gue sudah berusaha bertahan dan menyadarkan Astrid. Tapi mau gimana lagi, namanya orang lagi jatuh cinta. Bukannya mendengar malah mencak-mencak dan tidak terima," ucapku melanjutkan bualan."Ya ampun ... parah juga si Astrid." Setyo berdecak, tak habis fikir."Iya ... gue juga masih shock Yo. Harga diri gue berasa diinjek-injek, mentang-mentang dia yang banyak uang," sahutku lesu, tak bersemangat."Silahkan ..." Laras menaruh dua gelas kopi diatas meja lengkap dengan kudapannya."Mari ..." pamitnya lalu kembali masuk ke dalam."Orangtua Astrid gimana? Diam aja anaknya selingkuh?" tanya Setyo.Aku mendesah panjang, sambil memasang wajah melas. Agar lebih alami akting ini dan tidak dibuat-buat. "Mereka mana percaya sama gue Yo. Astrid mengadu ke orangtuanya malah nuduh gue yang selingkuh sama pegawai toko." Sahutku sambil menarik rambut."Padahal pegawai toko laki-laki semua, ada pun perempuan di kasir gendut jelek lagi. Masa iya s
Baca selengkapnya
Bab 56 - Sidang Kedua.
"Oh bukan ... itu Ibunya Anwar, mantan istri saya," jelasnya dengan senyum tipis.Aku kembali menengok kearah anak Pak Anton, perempuan itu benar-benar masih menatapku dengan tatapan sinis tak suka.Loh ... apa yang dirasa, kenal juga tidak. Kenapa melihat aku seakan musuh?"Oh begitu," sahutku."Saya tidak menyangka bisa bertemu Ibu disini," selorohnya begitu semangat. Aku hanya meringis menanggapinya."Mm ... Ibu Astrid boleh saya minta nomer ....""Saya permisi ya Pak, anak saya memanggil," selaku sambil melempar senyum tipis lalu beranjak dari hadapannya. Melihat tatapan sinis mantan istri Pak Anton, membuat aku risih. Malas sekali, maksudnya apa coba?"Eh ... iya Bu." samar aku mendengar ucapan Pak Anton."Sayang sudah yuk mainnya. Dingin," aku melambai pada Naura."Sebentar lagi Mah, lagi seru!" Teriak Naura dengan wajah memohon."Oke 30 menit lagi ya?""Iya, Mah." Naura mengacungkan jempol.Ak
Baca selengkapnya
Bab 57 - Rencana Gagal.
"Saya harap saudara Astrid tidak terlalu sekarah untuk menguasai apa yang sudah kami dapatkan selama kita menikah. Biarlah, jika dia tak ingin mobil dibagi dua. Tapi saya harap dia mau membagi rumah, yang sudah jelas-jelas dihadiahi untuk pernikahan kita." Sambung Mas Ronald, dengan tatapan mengiba didepan Hakim beserta wakilnya.Aku hanya mendecih, sementara Mamah yang ada dibelakangku terdengar mengumpat mendengar ucapan Mas Ronald."Maaf, Pak Ronald ..." sela Edwin. "Mungkin Pak Ronald belum mengerti apa yang dimaksud dengan harta gono gini," sambung Edwin."Bukan begitu, Pak?" Edwin menatap pengacara Mas Ronald. "Bisa Bapak jelaskan pada client Bapak. Apa itu harta gono gini?" Lagi Edwin berbicara.Pengacara Mas Ronald menghela nafas, wajahnya murung tak bersemangat."Ya ... harta gono gini adalah harta suami dan istri. Bukan hanya harta istri, karna seperti yang kita ketahui. Suami wajib menafkahi istri, namun jika istri mempunya harta dengan
Baca selengkapnya
Bab 58 - Zeky.
Lagi asyik menikmati manis pahitnya sebatang tembakau dengan ujung yang membara, mataku menyipit saat melihat mobil Polisi berhenti didepan pagar rumah.Aku bangkit dari duduk, kulihat laki-laki berseragam itu melambai kearahku, meminta agar aku membuka pintu pagar.Dengan perasaan bercampur aduk, aku melangkah membuka pintu pagar."Cari siapa ya, Pak?" tanyaku sedikit cemas, semoga saja Polisi datang kemari hanya sekedar bertanya alamat."Benar ini rumah Zeky Setiawan?" tanya laki-laki berbadan tegap dengan bekas luka diwajahnya."Be-nar Pak," jawabku sambil menahan nafas."Kami dari pihak kepolisian mendapat laporan untuk menahan saudara, Zeky atas tuduhan pencurian sebuah laptop dan henpon," ucapnya tegas. Jantungku seakan keluar dari tempatnya, saliva terasa menggumpal ditenggorokan. Mataku langsung melirik kekiri dan kekanan, Ibu-Ibu rempong mulai berdatangan. Mulutnya komat-kamit menerka-nerka kedatangan Polisi kerumahku."Silah
Baca selengkapnya
Bab 59 - Masalah Baru.
Ibu menjerit histeris saat melihat kondisi Zeky yang babak belur. Mataku ikut terbelalak melihat wajah, Zeky yang membengkak dengan mata yang membiru tertutup sebelah."Bu ..." lirih Zeky dengan tatapan memilukan."Ya Tuhan! Anakku," teriak Ibu sambil berhambur memeluk Zeky. "Kenapa jadi begini, siapa yang tega melakukan ini padamu," ratap Ibu, tangannya bergetar menyentuh wajah anak kesayangannya itu."Keluarkan Zeky dari sini Buk, aku takut Bu," Zeky menangis pilu, wajahnya memohon sangat menyedihkan.Aku dan Rhiki saling berpandangan, gurat kecemasan terpancar diraut masing-masing. Dari rumah, sebenarnya aku ingin menghajarnya karna sudah mempermalukan keluarga. Tapi begitu melihat keadaannya, aku jadi tidak tega."Kamu kenapa sampai mencuri, Zek ... kalau butuh uang bisa minta sama Ibu. Huhu," Ibu dan anak itu saling meraung, mengadu air mata."Zeky khilaf Bu ... uang hasil jualannya pun sudah Zeky pulangkan. Tapi Vanessa tidak mau, mala
Baca selengkapnya
Bab 60 - Pusing.
"Ya sudah ... Makasih Ness atas waktunya," jawab Rikhi kemudian.Vanessa tersenyum canggung, lalu menganggukkan kepalanya.Kami akhirnya pamit, berlama-lama pun tak berguna. Sebab keduanya bersikukuh ingin meminta ganti rugi."Bagaimana ini Mas?" tanya Rikhi dengan wajah cemas, tubuhnya bersandar dijok mobil dengan tangan memijit pelipis. "Kasihan juga kalau Zeky terlalu lama dipenjara. Baru sehari saja sudah babak belur," lanjutnya lagi."Iya mau bagaimana lagi Khi, Mas juga bingung. Mas uang dari mana?" jawabku pasrah.Huh ....Mobil melaju dengan kecepatan sedang, lalu berhenti di pom bensin."Khi ada uang 150 ribu ga, buat isi bensin." tanyaku."Adanya 100 Mas, mau?""Iya sudah sini," Rikhi merogoh saku celana belakangnya lalu mengeluarkan dompet."Ini Mas ..." ucapnya seraya menyodorkan uang kertas berwarna biru dua lembar. Lumayanlah, dari pada tidak sama sekali."Itu ... kalau benar si Zeky jual lapt
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status