Semua Bab MELEPAS BENALU: Bab 31 - Bab 40
80 Bab
Bab 31 - Menyenangkan.
Menatap lekat kearahnya, mataku menyipit mengamati expresi Mas Ronald."Telpon Ibu sekarang? Sebelum aku lapor polisi," titahku."Lapor polisi?" kening Mas Ronald mengerut."Aku kemalingan, ya harus lapor polisi. Tapi sebelumnya aku harus bertanya pada orang rumah. Ibumu kan dari sini, masa dia tidak tahu apa-apa," jelasku.Mas Ronald mendengkus, lalu meraih gawainya didalam saku celana."Tidak diangkat," ucapnya sambil menunjukkan gawai didepan wajahku."Telpon terus, sebelum aku beneran kekantor polisi." Ancamku. Mas Ronald kembali menaruh gawai ditelinga, rautnya memancar kecemasan. Sepertinya jalan pikiran kita sama."Halo Bu ...."..."Ibu lihat sofa sama televisi diruang tamu?"..."Kemana ya. Kok hilang," ucap Mas Ronald sambil melirik takut kearahku.Aku mendecih sinis, lalu merenggut gawai dari tangannya."Ibu beneran tidak lihat?" U
Baca selengkapnya
Bab 32 - Marah.
"Bagus kalau begitu," sahutku sambil menepuk bahu suamiku. Aku melangkahkan kaki, meninggalkan Mas Ronald yang diliputi raut kecemasan. Aah ... sejak mendapat masalah, belum pernah hatiku seriang ini. Ibu, kamu memang benar-benar dapat merubah suasana hatiku. Segera membersihkan diri, kupakai pakaian yang simpel, nyaman dan tentu saja cantik untuk berjaga-jaga jika Ibu tak bisa mengembalikan sofa dan televisiku. Aku bersiul riang sambil mengamati jam yang menempel didinding kamar. Sepertinya harus mengisi perut dulu, aku yakin akan ada drama yang akan menguras energi serta emosiku. Melangkahkan kaki dengan riang, lalu berjalan menuju dapur. Kulihat Naura dan Mas Ronald sedang duduk dikursi makan, sedang menikmati santapannya. "Enak Mas?" untuk pertama kali set
Baca selengkapnya
Bab 33 - Menginap Di penjara.
Plakk!!  Satu tamparan keras mendarat dipipiku, menyisakan perih dan panas yang luar biasa disekitar area wajah. Meski pipi terasa terbakar, aku memasang wajah menantang, berharap Ibu kembali melayangkan tangan dipipiku. Sesuai harapan, Ibu teramat geram melihat expresiku yang menjengkelkan tangannya kembali terangkat keudara. "Cukup Bu ... jangan main kekerasan disini," cegah polisi berwajah tampan itu. Huh ... padahal tadi biarkan saja, Pak. Aku memegangi wajah, kubuat air muka sangat ketakutan sambil memegangi lengan Pak Anton. "Tolong Pak," rintihku ketakutan. "Ibu! Bisa jaga sikap tidak!" bentak Pak Anton sambil memasang badan saat Ibu bersiap untuk menyerang aku kembali. 
Baca selengkapnya
Bab 34 - Sakit!
"As ..." bibir itu bergetar. "Aku mohon, lepaskan Ibu," pintanya dengan air muka frustasi. "Biarkan Ibu menginap didalam, semoga dia bisa menjernihkan fikiran setelah ini." Ucapku dengan wajah datar. "As ... jangan egois. Jika kamu masih marah padaku, limpahkan semua kemarahan itu padaku. Jangan pada Ibu, atau keluargaku," ibanya dengan mata berkaca-kaca. "Kau tega, membiarkan Ibu menginap dipenjara As? Tolong, As ... harus melakukan apa aku agar kamu bisa melepaskan Ibu," suara Mas Ronald sangat lemah, namun masih bisa aku dengar. Wajah tampannya terlihat merah, antara kecewa marah dan khawatir menjadi satu. "Kamu mau melakukan apapun demi Ibu?" Tanyaku dengan alis yang terangkat sebelah. Wajah aku buat sedatar mungkin, meski hati sangat bersorak gembira meli
Baca selengkapnya
Bab 35 - Saudara Perempuan.
Mengapa Ibu dan Mas Ronald marah. Mereka bahkan melakukan hal yang sama dengan apa yang aku buat. Aku hanya ingin mengembalikan perbuatan keji mereka, dan kini dimata mereka aku bagai iblis yang tidak berperasaan."Sabar Bu ..." Bik Irah menepuk lembut bahuku.Tubuhku menggigil, mataku terpejam dengan nafas tersenggal-senggal."Bibik juga tidak menyangka, Pak Ronald tega seperti itu," lirih Bik Irah."Ibu terlalu baik, Ibu sangat sabar menghadapi permintaan dari keluarga Pak Ronald. Tapi seperti ini balasan mereka, jujur saja hati Bibik ikut menjerit menerimanya," ucap Bik Irah dengan suara parau.Bik Irah sudah lama bekerja dirumahku, saat Papah membeli rumah ini untukku. Mamah sudah menyiapkan Bik Irah untuk membantu mengurus semua kebutuhanku. Bik Irah pastinya mengerti, bahwa rumah tanggaku sedang tidak baik-baik saja."Jadi perempuan memang serba salah Bu. Apa lagi kalau sudah menjadi istri. Semua kesalahan dilim
Baca selengkapnya
Bab 36 - Sabar.
Perasaanku langsung tak nyaman, saudara macam apa yang datang langsung berduaan didalam kamar. Bersama Mas Ronald, suamiku?Jangan-jangan.Segera aku melangkahkan kaki menuju kamar tamu, tempat Mas Ronald tidur belakangan ini. Langkah terhenti tepat didepan pintu, jantungku berdegup kencang saat mendengar suara manja tawa seorang perempuan didalamnya.Brak!!Dengan kencang aku langsung menendang pintu, sepasang sejoli itu nampak terkejut melihat kehadiranku."As ..." ucap Mas Ronald dengan raut salah tingkah, dia langsung bangkit dari duduknya diatas ranjang."Tak tahu diri ... sudah hidup menumpang, malah membawa masuk gundikmu kedalam rumah ini. Hebat sekali!" desisku dengan mimik menakutkan."Kamu jangan salah paham," Mas Ronald jalan mendekatiku."Salah paham?" geramku.Kulihat perempuan siluman itu tersenyum miring dan duduk dengan tenang diatas ranjang.Dasar sundal!
Baca selengkapnya
Bab 37 - Mamah Datang.
"Siang Bu, ada tamu yang mencari?" ucap Rahayu saat masuk kedalam ruanganku."Siapa?" tanyaku tanpa menoleh kearah suara."Dia bilang suami Ibu," jawab Rahayu."Oh ya?" aku mengangkat wajah."Iya Bu ... Pak Ronald," sahut Rahayu."Sekarang dia ada dimana?" tanyaku."Dipintu masuk, loby utama," sahutnya."Saya akan menelpon petugas keamanan agar dia tidak diizinkan masuk," ucapku."Dan tolong, kamu bilang sama dia. Saya sudah tidak punya suami. Jangan sampai dia masuk kedalam ruangan saya," tegasku lalu kembali menekuri layar.Rahayu terlihat kebingungan, namun dia tetap keluar memenuhi perintahku."Siang, Pak." ucapku saat sambungan telah terhubung."Siang, dengan Ibu siapa?" tanya suara berat diujung telepon."Saya, Ibu Astrid," jawabku."Siap Ibu. Ada yang bisa saya bantu?" tegasnya."Tolong tahan orang yang mengaku sebagai suami
Baca selengkapnya
Bab 38 - Sekar Emosi
"Cerai itu, Mamah Astrid mau ganti Ayah. Ayah Ronald kan pengangguran, tidak tahu diri pula," jelas Mamah dengan senyum manis penuh arti. Ya Tuhan ... ada-ada saja, jawaban Mamah. Aku hanya tersenyum tipis, saat Naura menatapku meminta penjelasan. "Naura main sama Tante Vian saja yuk ..." ajak Vivian. Naura menganggukkan kepala, menurut saat Vivian menuntunnya memasuki kamar. Huufftt. "Aku harus bilang apa sama, Naura Mah?" Tanyaku sambil menyenderkan tubuh. "Diberi pengertian saja, As ... seiring berjalannya waktu Naura pasti akan mengerti," sahut Mamah. "Naura sangat dekat dengan Mas Ronald," balasku. "Yah ... mulai detik ini, luangkan waktu untuk a
Baca selengkapnya
Bab 39 - Mamah.
"Ayo ... sini maju, jangan beraninya ngomong doang," tantang Mamah dengan wajah sangat menyebalkan."Cih ... Nenek tua!" sentak Sekar dengan wajah memerah.Tak tahu malu, pemarah sekali gundik Mas Ronald. Tak habis pikir aku."Berhenti Sekar!" tangan kekar suamiku menarik perempuan liar itu, sekali hentak tubuh Sekar langsung terbawa oleh Mas Ronald."Apaan sih Mas!" sentak Sekar tak terima."Jangan buat keributan, kamu mau masuk penjara. Heh!" bentak Mas Ronald. "Jangan kepancing emosi," sambungnya."Ck!!" Sekar berdecak kesal, lalu melipat tangan dibawah dada."Tidak berani?" tanya Mamah dengan senyum menyerigai. "Padahal aku ingin menghantam rahangnya lagi," lanjut Mamah sambil mengepalkan tangan."Sudah ya Ibu-Ibu. Harap tenang, kalau masih mau ribut nanti saya bawa masuk kedalam sel. Biar duel sekalian," seloroh petugas bertubuh tambun bernama Daus."Begini nih ... kalau masalah p
Baca selengkapnya
Bab 40 - Surat Cerai
Pov Ronald.Mengurut kening yang terasa berdenyut, kepala merunduk dengan fikiran berkelana. Suara Ibu tak kunjung henti, membuat isi kepalaku seakan terbakar ditempatnya."Amit-amit berurusan lagi sama keluarga sombong itu. Sok kaya, gayanya seperti dia orang paling kaya di Bumi ini." cecar Ibu masih tidak mau berhenti."Awas kamu balik lagi sama dia!" Ibu menunjuk telunjuknya diwajahku.Setelah membubuhkan tanda tangan kami segera pulang kerumah, selama perjalanan Ibu kembali mengeluarkan segala kekesalannya terhadap Astrid beserta Mamahnya. Benar-benar bikin pusing kepala!"Nald ... besok urus perceraian kalian. Jangan sampai perempuan songong itu, yang menggugatmu terlebih dahulu!" Ibu yang berada dijok belakang menepuk pundakku.Aku hanya diam tak bereaksi apapun."Dengar tidak?""Bu ... sudahlah, sebenarnya Ronald tak ingin bercerai dengan Astrid. Biar bagaimana pun, Astrid yang selalu seti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status