All Chapters of Merebut Suami Pelakor: Chapter 61 - Chapter 70
119 Chapters
Perempuan Udik Murahan
“Kamu menuduh aku juga selingkuh?”Kening Rama berkerut. “Aku nggak pernah menuduh kamu.”“Lalu maksud perkataan kamu tadi apa? Aku juga selingkuh, iya, kan?”Rama tidak sebodoh itu untuk tidak curiga pada Lisa saat ini. Sebenarnya sejauh mana kepercayaan di antara mereka sudah terkikis? Serusak apa rasa percaya di hati mereka?“Bukan—““Aku nggak pernah selingkuh!” Mata itu melotot, seolah berusaha menyangkal kesalahan yang sudah dia perbuat.Bolehkah Rama mengartikannya seperti itu?Tapi tidak, Lisa bukan perempuan yang seperti itu. Lisa adalah wanita cerdas yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Rama bisa menerima tuduhan itu, tidak mengapa asal bukan berita bahwa Lisa selingkuh darinya.Dia sama sekali tidak mampu membayangkannya.“Iya, aku percaya. Kamu bukan perempuan seperti itu. Cinta kita nggak serusak itu untuk saling mengkhianati. Jadi tolong percaya juga padaku, Lisa.”Rama meraih tangan Lisa, tapi dengan cepat Lisa menepisnya. “Jangan merayu aku, Mas. Aku tahu kamu cuma
Read more
Aku Nggak Gila!
Pagi berganti dengan pagi lagi. Hari ini dapur sepi. Tak ada lagi yang memasak nasi goreng udang dan juga tidak ada yang mengamuk karena marah. Lisa merasa lega untuk sesaat. Setidaknya pagi ini dia tidak perlu stress memikirkan masalah sepanjang hari di kantor. Ia bisa berangkat kerja dengan tenang. Nayna juga tidak terlihat sejak tadi.Mungkin takut Lisa akan memberinya pelajaran lagi. Rama juga tidak marah lagi padanya. Semalam lelaki itu masuk kamar dan menatapnya cemas. Rama pasti khawatir dengan dirinya.Lisa tersenyum tipis, memegang pegangan pintu garasi untuk mengambil mobil. Namun, tahu-tahu ruangan itu terkunci. Lisa berusaha mendorongnya, tapi tetap tidak bisa.“Bik!! BIBIK!!” Ia kembali ke dalam rumah sambil mendecak dengan kening berkerut. Lisa melangkah cepat dengan kekesalan yang kian memuncak ketika Bik Sumi tidak juga mendengar panggilannya.“BIIIIIKK! MANA SIH! PUNYA TELINGA GAK?!”Alih-alih Bibik yang datang, malah Rama yang muncul dengan penampilan kasualnya. “Ad
Read more
Karma Bakal Datang
“Ibu mengalami gangguan kecemasan yang cukup tinggi, itu mempengaruhi tingkat kepekaan dan kegiatan Ibu sehari-hari. Pastikan istirahat yang cukup dan tolong Bapak dukung istrinya semaksimal mungkin ya.” Rama mengangguk ramah pada sang psikiater wanita berumur akhir 30-an itu. “Saya berikan resepnya, silakan ditebus ya.” Lisa tidak mengatakan apa-apa. Ekspresinya datar dan tubuhnya kaku. Setelah basa-basi pamitan singkat itu berakhir, Rama membawa Lisa keluar. Berusaha untuk memeluk pinggang wanita itu dan menyalurkan kekuatan.“Semua orang merasakan kecemasan, jangan khawatir ya.” Senyum dan nada suara yang seringkali dia tujukan kepada Lisa masih sama, hanya saja reaksi Lisa-lah yang berbeda. Ia tak acuh dan sepenuhnya diam.Lalu ia mendecak, seolah sejak tadi ia sudah menahan semua kata yang sudah mendesak di lidah. “Tapi nggak semua orang yang cemas bakal datang ke psikiater, mereka biasa aja. Nggak semua orang cemas karena ada perempuan lain di rumahnya dan bertingkah sepert
Read more
Trauma di UGD
Nayna mengintip Rama yang sedang memeriksa tabung gas, sesekali dia akan menyalakan kompor setelah memperbaiki posisi regulator.Namun, kompor tak kunjung menyala. Kening Rama berkerut memikirkan apa yang salah. “Gasnya belum habis ‘kan?” Ia menoleh sejenak pada Nayna.“Belum. Kata Bibik baru seminggu lalu diganti.”“Regulator dan selangnya juga masih bagus. Mungkin kompornya yang bermasalah. Saya akan panggil tukang servis."Nayna mengangguk sementara Rama meninggalkan kompor menuju wastafel untuk mencuci tangan. Samar-samar Nayna mendengar bunyi desisan dari kompor seolah ada api yang ingin memantik keluar, spontan ia bergerak untuk menyalakan kompor.Kompor itu akhirnya menyala. Nayna tersenyum antusias sambil menoleh pada Rama. “Kompornya sudah menyala.” Tangannya menunjuk api kompor.Rama berbalik. “Oh? Sudah nyala?” Namun, tiba-tiba kompor bermata dua itu mengeluarkan desisan keras dan lima detik kemudian sebelum Rama sempat berlari menuju tempat Nayna, kompor memuntahkan api k
Read more
Jatuh Cinta Pada Nayna
Rama kembali memberinya usapan di kepala, betul-betul sama seperti usapan tangan Bapak. Hangat dan menenangkan. Lelaki itu tidak mengatakan apa-apa. Belaian tangannya yang terasa kasar membuat Nayna memejamkan mata dengan tenang. Itu lebih baik ketimbang kata-kata penghiburan yang akan membuat Nayna tersenyum miris, sebab perempuan yang sejak tadi ia bicarakan adalah istri yang sangat Rama cintai.“Kita ke klinik aja kalau begitu.” Bisikan itu membuai telinga Nayna, sarat akan kekhawatiran dan kepedulian yang tulus.Nayna mengangguk, keningnya berkerut ketika ia merasa belum ingin menjauh dari dada Rama. Rasanya begitu nyaman, kendati ia tahu bahwa ini tidaklah benar.Rama juga tidak menyuruhnya mengangkat kepala. Momen itu berlangsung cukup lama sampai Nayna akhirnya menarik napas dan menjauhkan kepalanya dari dada Rama.“Ayo kita pergi.” Ditatapnya Rama sendu, lalu dia temukan kilat yang berbeda dari mata pria itu, kilat yang sama saat Rama menatap Lisa.Lelaki itu kembali memeluk
Read more
Saya Suapin, ya?
Nayna menelusup masuk ke kamar Rama dan Lisa selagi mereka belum pulang. Ia tak perlu mencari obat-obat itu, karena sudah terletak begitu saja di atas nakas.Ia tak membuang waktu untuk sekedar mengulum senyum puas. Segera Nayna ganti obat-obat Lisa yang masih belum termakan satu butir pun dengan obat yang sudah dia siapkan.Nayna merapikan bungkusan obat itu kembali lalu keluar dari kamar. Memastikan Bibik tidak akan melihatnya dan sang pemilik kamar belum pulang. Bagus. Ia tinggal menunggu efek dari obat itu.***Lisa pulang lebih dulu daripada Rama. Ia langsung masuk kamar, tak ingin memperburuk mood-nya jika sampai dia berpapasan dengan Nayna.Tasnya ia lemparkan ke ranjang. Hari ini ia ditemani oleh Bagus sampai malam, cukup untuk membuat bahunya ringan kembali. Secara tak sengaja matanya menyapu kantong obat yang tadi dibeli Rama.Lisa menghela napas panjang. Ia ambil kantong itu dan ia buang ke tempat sampah di samping pintu kamar mandi. Dia tak perlu minum obat. Tak ada yang
Read more
Perhatian yang Berlebihan
Nayna berhenti mengunyah. Rama sudah menyendok nasi goreng yang baru datang itu lalu mengulurkannya ke depan mulut Nayna. Ia terdiam ragu, bolak-balik memandangi sendok dan juga Rama.Banyak alasan yang bisa Nayna gunakan untuk menolak, salah satunya ia ingin memakan nasi goreng itu setelah bakso dan mie ayamnya habis, atau dia sudah kenyang dan nasi goreng sosis yang masih mengepul itu biar Rama saja yang makan.Namun, ia malah membuka mulut dan membiarkan Rama menyuapinya. Kendati kelezatan nasi goreng itu meleleh di mulutnya, ia tidak bisa memungkiri kalau perhatian Rama adalah yang terpenting saat ini.Tidak. Misinya bukan itu. Ia melakukan semua ini untuk membalas dendam, bukan yang lain. Tujuannya tidak boleh melenceng. Ini hanya sekadar godaan. “Mau lagi?” Nayna mengangguk pilon, mendadak ia tidak bisa mengontrol pergerakan tubuhnya. Suapan kedua itu meluncur diikuti dengan pandangan intens Rama yang bisa Nayna sadari.“Kamu lapar banget ya?” Lelaki itu tertawa ringan, terlih
Read more
Efek Obat
Rama membuka pintu kamar. Lampu utama sudah dimatikan dan pencahayaan menjadi remang-remang. Ia menemukan Lisa sudah tertidur di atas ranjang. Ia melirik kantung martabaknya, adahal ia ingin memberikannya kepada Lisa.Karena mengingatkan Ayna untuk meminum obat, Rama juga mengingat obat yang sudah dia belikan untuk Lisa. Apa Lisa sudah meminumnya?Namun, obat yang dia letakkan di atas nakas tidak ada. Rama membuka satu per satu laci nakas untuk mencari obat itu, tapi tidak ada. Di mana Lisa menyimpannya?Ia juga mencari di lemari pakaian, lalu matanya tertuju pada tempat sampah. Kantung putih itu teronggok di sana. Dengan cepat Rama mengambilnya. Memeriksa isinya dan mengerutkan kening ketika semua jenis obat itu masih utuh. Tak ada satu pun yang berkurang, bungkusnya pun belum dibuka.Kenapa Lisa sampai membuang obat-obatnya?Rama naik ke kasur, menyentuh bahu Lisa dengan lembut dan membangunkan wanita itu. “Lisa? Bangun, Sayang.” Rama terus menepuk-nepuk pundak wanita itu sampai akh
Read more
Kekacauan di Dapur
Saat Bik Sumi masuk ke dapur untuk membuat sarapan, ia terkejut hebat ketika mendapati kondisi dapur yang berantakan seolah habis diserang orang utan.Isi kulkas terhambur dan rusak begitu pun dengan badan kulkas yang penyok di beberapa bagian. Bik Sumi tak mampu menutup mulut saking kagetnya. Jangan-jangan ada maling semalam?Dengan cepat ia keluar dapur lalu mengetuk pintu kamar sang majikan. Untunglah Rama yang membukakan pintu jadi dia tidak perlu disemprot oleh Lisa.“Iya, Bik. Kenapa?” Seperti biasa, nada suara Rama selalu sopan dan lembut saat berbicara dengannya.“Anu … itu di dapur.” Mata Bibik berlarian ragu.“Di dapur kenapa?”“Kayaknya semalam ada maling, Pak. Dapur berantakan banget. Isi kulkas berceceran semua.”Alis Rama bertautan. “Maling?”“Iya, coba Bapak lihat. Dapur seperti kena badai.”Rama mengikuti Bik Sumi untuk melihat kondisi dapur dan benar saja. Situasi ruangan itu sama seperti yang Biik gambarkan.“Sejak kapan begini?”“Bibik baru lihat barusan pas masuk b
Read more
Siapa yang Kamu Lihat Semalam?
“Lisa, bisa bicara sebentar?” Lisa baru saja melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi ketika Rama datang dengan wajah seriusnya. Ia mengerutkan kening seraya menghentikan gerakannya mengeringkan rambut dengan handuk. Lelaki itu mendekat dan mengangkat seuntai gelang yang selalu dia pakai setiap saat. “Ini punya kamu, 'kan?” Lisa segera mengambil gelang itu dari tangan Rama. “Loh, kok bisa sama kamu?” Rama juga merasa heran, mengapa gelang ini bisa ada di bawah kulkas? “Semalam kamu ke dapur? Kamu nggak melihat hal yang aneh-aneh? Ada maling yang masuk?” Kening Lisa berkerut bingung mencerna semua pertanyaan Rama. “Aku ke dapur buat ngambil minum. Memangnya kenapa, sih?” “Jam berapa?” Lisa mengangkat bahu tidak peduli. “Mana aku tahu, aku cuma bangun dan ngambil minum.” “Kamu nggak menemukan sesuatu yang aneh?” “Aneh apa, sih?” “Dapur berantakan pagi ini, seperti habis diamuk. Aku pikir rumah kita kemasukan maling.” Lisa mendongak untuk mengingat-ingat apa saja yang dia lak
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status