Semua Bab Jerat Cinta Duda Bucin: Bab 81 - Bab 90
135 Bab
Satu Minggu
Sussana menghentakkan kakinya, "Aku lelah, enggak mood bercanda," sahut Sussana. “Aku serius. Kemarilah! Besok aku harus kembali ke Jakarta.” “Apa? Mas Akbar mau kembali ke Jakarta?” “Hmm. Mau ikut?” tanya Akbar sambil tersenyum. Sussana menggelengkan kepalanya. “Lalu kapan mau kembali ke Jakarta?” “Enggak tahu, mungkin setelah siap lahir dan batin,” jawab Sussana. Akbar kembali beranjak dari posisinya, kini dia dan Sussana duduk di ranjang dengan posisi berhadapan. “Apa yang harus aku lakukan agar kamu siap lahir dan batin?” Sussana mengedikkan bahunya. Setelah makan malam, mereka lewati malam itu dengan berbaring di ranjang Sussana. Benar-benar tertidur, meskipun kini keduanya saling berbagi kehangatan dalam pelukan. Sussana meregangkan tubuhnya, sebelum ia membuka kedua matanya. Akbar yang sudah terbangun lebih dulu bahkan tadi sempat keluar kamar Sussana untuk menjawab panggilan telpon, tersenyum melihat Sussana yang terlihat agak berantakan karena bangun tidur. “Apaan si
Baca selengkapnya
Istri Akbar
​"Bisa kamu jelaskan maksud dari foto ini?" tanya Bayu pada Sussana sambil memperlihatkan layar ponselnya. Ada foto Sussana dan Akbar dengan posisi sangat dekat. Sussana menghela nafasnya. Suasana hatinya sudah buruk saat tadi pagi mendapati foto kebersamaannya dengan Akbar jadi bahan gunjingan di grup pesan. Bahkan saat dia sampai di kantor beberapa karyawan dengan terang-terangan menghinanya. "Sussana, kamu kenapa masuk kerja," ucap Raka lirih saat mereka berpapasan. "Raka, pantesan cinta kamu enggak diterima. Targetnya Sussana itu CEO, enggak masalah walaupun jadi pelakor," teriak salah satu rekan Sussana. "Hei, jangan bicara sembarangan. Jatuhnya fitnah," seru Raka. "Sudahlah," sahut Sussana sambil beranjak menuju ruang kerjanya. "Harusnya kamu terbuka dan katakan kalau sudah menikah. Jadi orang tidak berprasangka negatif juga orang yang ada hati akan mundur karena tau status kamu.”“Aku tidak ingin mencampur adukan urusan pribadi dengan kerjaan," sahut Sussana. Pertanyaan
Baca selengkapnya
Seperti Saat Pertama Kali
Setelah menyapa Om dan tantenya, Sussana duduk disamping Meta. Raka pun hadir di sana, mengingat dialah yang menjalankan kegiatan kerja sama. “Kamu ngapain di sini? Pak Akbar sudah punya istri, kamu bisa lihat nanti,” bisik Meta karena tidak ingin apa yang disampaikan di dengar oleh Bayu yang berada satu meja dengannya. Sussana tidak memperdulikan bisikan Meta. Malam ini Sussana terlihat sangat cantik. Mengenakan dress hitam dengan one shoulder panjang dengan belahan sampai lututnya. Dengan high heels dan tas pesta, juga sapuan make up dan tatanan rambut melengkapi penampilannya malam ini. Acara sudah di mulai, Sussana melihat rombongan keluarga besar Akbar yang sudah hadir dalam ruangan acara. Sussana belum berani menyapa, menunggu sampai acara Akbar malam ini selesai baru dia akan membicarakannya pada Akbar. Tamu yang hadir adalah semua rekanan Digital Winner. Bahkan Nola dan Inggrid pun ikut hadir. Meskipun tidak saling menyapa karena masing-masing masih menyimpan dendam dalam ber
Baca selengkapnya
Permainan Kita Cukup Liar
Akbar membenamkan wajahnya pada tulang selangka Sussana dan mulai meninggalkan jejak cinta di sana, membuat si pemilik tubuh melenguh dan mengerjapkan matanya.“M-Mas Akbar,” panggil Sussana.“Hmm. Kita ulangi lagi. Seperti saat pertama kali.”Sussana yang belum sepenuhnya sadar hanya diam saat Akbar mulai menyentuh dan mencium area sensitif Sussana. Bibir Akbar yang terasa dingin dan basah menyapu ceruk leher Sussana. Desahan keluar dari bibir yang kemudian dilumat oleh Akbar. Sussana meletakan tangannya pada bahu Akbar sambil menikmati pagutan panas yang dipimpin Akbar.Cukup lama tidak saling menyentuh membuat keduanya meluapkan rasa rindu dengan menikmati cumbuan sebagai pembuka kegiatan. Akbar melepaskan pagutannya, Sussana yang terengah meraup oksigen sebanyak mungkin untuk memompa paru-parunya. “Kamu harus dihukum, sayang.”“Loh, aku salah apa?” tanya Sussana dengan kedua tangan menahan dada Akbar yang semakin akan menempel pada tubuhnya. Akbar menyentuh surai Sussana, menghapu
Baca selengkapnya
Saling Memaafkan
Akbar yang duduk di sofa sambil fokus pada Ponsel, sedang berkomunikasi dengan Bowo. Tersenyum saat menoleh pada Sussana yang bersandar pada headboard dengan tangan menahan selimut agar tetap menutupi tubuhnya. Dagu akbar menunjuk nakas di samping ranjang, nampan berisi makanan. Sussana memasang wajah cemberut saat kembali merasakan sakit dan pegal ditubuhnya karena ulah Akbar. Meraih botol air mineral, beberapa tegukan menuntaskan dahaganya lalu meraih piring berisi menu sarapan ala western. "Habiskan!" titah Akbar. "Biar kamu ada tenaga untuk mengulang kegiatan semalam," ujar Akbar. "Enggak ada ya, aku mau kembali ke apartemen. Kelamaan di sini bisa-bisa aku enggak bisa bangun." Akbar terkekeh, "Kita temui Mamih dan Papih, mereka sudah mau kembali ke Jakarta." "Sekarang?" "Nanti jam makan siang, aku mandi dulu," ujar Akbar berjalan menuju toilet. "Mas Akbar makan siang itu setengah jam lagi, kenapa enggak bilang sih. Aku sudah kenyang dengan ini," sahut Sussana sambil me
Baca selengkapnya
Bicara Baik-Baik
“Orangtua kamu sudah tau kalau kalian sekarang sudah kumpul lagi.”“Belum Mih, nanti Aku akan menemui mereka kalau sudah di Jakarta,” sahut Akbar.“Sussana, kamu akan kembali ke Jakarta ‘kan?”Pertanyaan Ibu mertua Sussana sukses membuat Sussana dan Akbar terkejut. Keduanya saling menatap. Sejak bertemu sampai dengan sepakat kembali bersama dan menikmati madu cinta semalam, Akbar dan Sussana belum membahas masalah ini.Melihat kecanggungan Sussana dan masih bungkam dengan pertanyaannya, “Ya sudah, kalian diskusikan dulu bagaimana baiknya. Yang jelas kami akan selalu mendukung segala keputusan kalian,” ucap Zudith sambil tersenyum.“Iya, Mih,” jawab Sussana.Makan siang keluarga Mahesa saat itu begitu hangat, senyuman terpatri di wajah setiap orang yang hadir. Keberadaan mereka di Jogya untuk pembukaan cabang perusahaan Akbar memang suatu kesuksesan tapi yang membuat mereka lebih bahagia adalah melihat Sussana yang bisa kembali berada di tengah mereka.“Kamu baik-baik ya sayang, jaga k
Baca selengkapnya
Terima Kasih Sayang
Sussana berdecak, “Aku sedang tidak mood membicarakan apapun.” “Duduklah, kita harus bicara baik-baik.” Sussana bergeming, masih dalam posisi berdiri tanpa memandang Akbar. Akbar merengkuh Sussana kemudian mengarahkannya untuk duduk. Mengecek bekas luka di beberapa bagian tubuh Sussana, menatap sudut bibir wanita pujaannya yang terlihat darah mengering disudut itu. Menghela nafasnya, lalu menangkup wajah Sussana, "Kita bicarakan nanti, sayang. Aku akan panggil dokter," ujar Akbar. Sussana menahan lengan Akbar saat hendak beranjak, "Enggak usah, aku mau istirahat. Badan aku ‘tuh rasanya remuk gara-gara kamu semalam. Di tambah ada tante gila ngamuk." Akbar terkekeh, lalu mengacak rambut Sussana. "Kalau kamu mau perpanjang urusan ini, harus segera visum." "Enggak, aku mau tidur." Sussana merebahkan diri memunggungi Akbar. "Tidurlah, nanti malam kita lanjut lagi." Sussana berbalik, "Lanjut apa?" "Menurut kamu?" "Mas Akbar," pekik Sussana. "Aku masih capek." Akbar terkeke
Baca selengkapnya
Terhalang Jarak
Akbar mengeratkan pelukannya, “Terima kasih sayang.” Keduanya kini berhadapan, Akbar mencoba mengikis jarak diantara mereka dengan mendekatkan wajahnya. Hembusan nafas Akbar terasa hangat di wajah Sussana, juga dengan pagutan yang dilakukan Akbar. Bukan hanya pagutan bibir, pasangan suami istri yang sedang dimabuk cinta itu melanjutkan sesi percintaan mereka. Dengan tubuh keduanya yang sudah sama-sama polos, Akbar mulai bergerilya di sepanjang tubuh Sussana. Seakan seorang yang pengemis cinta yang sangat dahaga akan rasa cinta. Menikmati tubuh Sussana dengan penuh damba. Tidak berbeda dengan Akbar, Sussana juga menikmati. Menikmati sentuhan dan arahan untuk membuatnya melayang dan meneguk nikmat surga dunia. Entah karena memang buncahan rasa cinta yang luar biasa atau karena mulai esok mereka akan terpisah jarak. Meluapkan rasa karena cinta mereka akan terhalang oleh ruang. Sussana meremas sprei sambil menengadah menikmati gerakan tubuh Akbar, bahkan desahan berkali-kali keluar dar
Baca selengkapnya
Tidak Sadarkan Diri (2)
Dering ponsel Sussana berbunyi membuat pemiliknya yang masih terlelap pun terusik. Meraba nakas tempat ponselnya berada. Menggeser tombol hijau, "Halo," ucap Sussana dengan suara serak khas bangun tidur. "Sayang," ucap Akbar di ujung telpon. Sussana langsung membuka matanya, "Mas Akbar." Cukup lama Sussana melepas rindu hanya via telp dan video call, padahal baru dua hari Akbar pulang ke Jakarta tapi rasanya seperti sudah berhari-hari. Jika bukan karena Sussana harus segera bersiap ke kantor, mungkin mereka akan tetap melanjutkan pembicaraannya. 'Cepat cari pengganti kamu, biar bisa segera aku jemput.' Pesan yang dikirim Akbar. 'Mas Akbar enggak ada niat ke sini untuk temui aku?' Balas Sussana. 'Adalah, tapi lebih baik kalau kamu permanen di Jakarta.' Sussana berdecak sambil meletakan ponselnya. Akbar menyerahkan persoalan insiden Nola yang menyerang Sussana pada Papihnya. Berharap tidak akan menjadi masalah di kemudian hari. Yudha dan Zudith pun menemui kedua orang tua Nol
Baca selengkapnya
Sussana Hamil
“Keluarga pasien atas nama Sussana,” ucap salah satu perawat. “Saya Sus, saya suami Sussana.” Perawat itu mengantarkan Akbar menemui dokter. “Bagaimana kondisi Sussana, Dok?” tanya Akbar pada dokter yang sudah memeriksa Sussana. Akbar begitu mengkhawatirkan Sussana, tidak ingin sesuatu terjadi pada Sussana. "Kondisi Ibu Sussana stabil. Mungkin saat ini terlalu lelah dan banyak pikiran jadi tubuhnya bereaksi karena butuh istirahat. Ditambah dengan kondisi hamil muda memang lebih lemah dibandingkan kondisi sehat." Akbar menganggukan kepalanya, mengerti dengan apa yang dijelaskan dokter. 'Tunggu, Dokter bilang hamil?' batin Akbar. "Hamil? Istri saya hamil, Dok?" "Betul. Tekanan darahnya pasien agak rendah dan kurang asupan makanan, mungkin karena morning sicknessnya. Setelah Ibu Sussana bangun, tolong paksa untuk makan. Nanti suster akan menjelaskan vitamin dan makanan yang boleh dan baik untuk dikonsumsi," terang dokter. Demi apapun, Akbar saat ini sangat bahagia. Kalau tidak i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status