"Mbak, pelan-pelan aja kenapa?" protes salah satu ibu-ibu yang sedang menggendong seorang anak kecil.
"Tau, nih. Padahal baru datang juga. Main serobot aja!" omel perempuan yang tadi Nessa singkirkan dengan ujung sikutnya karena merasa kesal.
"Nes, jangan main serobot. Enggak enak," bisik Bu Erna dari belakang, namun Nessa tak perduli. Ia tetap bertingkah sombong.
"Maaf ya. Aku lagi buru-buru," jawab Nessa santai sambil meletakkan tasnya di atas kaca tempat perhiasan dipajang.. Tingkahnya yang sok iyes, sukses menarik perhatian pembeli lainnya.
"Mau beli emas ya, Mbak? Apa mau jual?" tanya salah satu penjaga toko sembari mendekat.
"Mau beli doong, Pak. Masa jual sih. Tapi mau tukar tambah."
"Mau tukar tambah toh? Kirain beli langsung," tukas salah satu ibu yang jengkel melihat tingkah Nessa.
"Iya dong. Abis gimana ya? Bosan sama modelnya. Aku tuh enggak suka pake perhiasan modelnya gitu-gitu aja! Maunya, tiap tahun baru, modelny
"Lah, malah pingsan dua-duanya. Bagaimana ini?" tanya salah seorang dari mereka yang berkerumunan."Haddduuuh! Kenapa malah bikin masalah di sini sih! Tolong angkat ke kursi ya," pinta Pemilik Toko pada pembeli.Meski uring-uringan, beberapa orang gotong royong mengangkat tubuh Bu Erna dan Nessa ke kursi panjang. Salah satu dari mereka meraih emas imitasi dan memasukkan kembali ke dalam tas Nessa."Kursinya cuma satu, yang pingsan dua." Gumam seseorang."Taruh aja di bawah satunya, bikin repot aja!" titah Pemilik Toko jengkel, sembari melangkah masuk untuk mengambil sesuatu. Ia keluar sambil membawa minyak kayu putih dan dua gelas air mineral, lalu menyerahkan pada mereka yang ada di situ. Beberapa orang membantu menggosok-gosok kedua kaki mereka berdua.Perlahan indra penciuman Nessa mulai mencium aroma minyak kayu putih yang sengaja di gosok dekat hidung Nessa, supaya cepat sadar. Seseorang menyodor
"Kenapa sendirian? Suamimu mana, Nes?" tanya Bu Yuni begitu mereka berdua sudah memasuki ruang tamu. Semula ia mengira, Rizal sedang duduk di ruangan tersebut."Jangan sebut dia suamiku lagi, Ma. Dia itu penipu. Dia sudah buat aku malu, di depan banyak orang. Mereka itu keluarga penipu, Ma!" ucap Nessa berang. Kepala Nessa langsung sakit, mendengar ibunya menanyakan tentang suami. Mulutnya mencak-mencak tak karuan. Bu Yuni yang heran mendengar ucapan Nessa langsung membawanya duduk."Ada apa, Nessa? Apa ada hal buruk yang menimpa rumah tanggamu dan Rizal?" tanya Bu Yuni khawatir.Nessa tak menjawab namun tangannya langsung merogoh tas dan mnegeluarkan perhiasan imitasi tersebut. Nessa melemparnya ke lantai. Bu Yuni yang bingung melihat tingkah Nessa, langsung bangkit dari tempat duduknya lalu berjongkok untuk memungut perhiasan yang berserakan di lantai."Enggak usah diambil, Ma. Buang ke tong sampah. Mereka sudah menipu kita. Mereka memberiku
Sementara di Toko Emas tadi, Bu Erna baru mulai tersadar, sekitar lima belas menit setelah kepergian Nessa. Ia berusaha duduk untuk menyambut air minum yang diberikan oleh orang yang masih menaruh iba. Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Ia mencari keberadaan Nessa."Ibu, nyari anak ibu yang perempuan tadi, ya?" tanya seseorang yang masih bertahan di situ.Bu Erna mengangguk lesu."Dia sih, pas sadar tadi langsung pergi. Katanya ibu biar nanti dijemput sama anaknya," ucap pemilik toko emas menirukan ucapan Nessa tadi.Bu Erna hanya mampu terdiam. Ia tak memiliki kekuatan lagi untuk berpikir. Hatinya semakin diliputi rasa benci terhadap Lily.Ya!Tentu saja ia benci, karena menyadari mereka semua ditipu mentah-mentah oleh Lily. Bu Erna mengepalkan tangannya, tiba-tiba saja ia menjadi sangat ingin bertemu dengan menantu pertamanya tersebut untuk memberinya pelajaran.Ia juga sudah menyiapkan kata
Pak Basuki dan Bu Yuni saling tatap melihat tingkah putri mereka seperti remaja labil. Baru saja ia menangis karena marah pada Rizal, tiba-tiba kemarahannya berpaling pada Lily. Pak Basuki mengeleng tegas."Jangan Nes. Mending kamu pulang aja dulu. Kamu jangan mudah percaya sama omongan mertuamu. Bisa saja dia berbohong 'kan?"Bu Yuni mengangguk setuju mendengar ucapan Pak Basuki. "Papamu benar, Nes! Kamu jangan mau dibodohi dua kali. Mending kita pulang. Kali ini Mama tidak mengijinkanmu bersama Rizal, sampai mereka datang dan benar-benar membawa perhiasan yang aslinya. Ayo!"Bu Yuni menarik paksa Nessa meninggalkan Bu Erna. Pak Basuki membantu istrinya.Nessa sempat meronta ingin tinggal namun Pak Basuki mengecam. "Nes! Jangan mau dibodohi dua kali. Kalau Rizal memang mencintaimu, pasti dia akan datang membawa perhiasan asli. Kalau enggak, berarti dia memang ingin berpisah denganmu! Cerai saja!"Nessa pun berhenti meronta.
"Eh? Enggak bisa gitu Zal. Ini bukan masalah asli enggaknya. Ini kenangan ibu dari Almarhum Ayahmu juga sebagiannya!" Bu Erna langsung menjauh dari putranya. Rizal sontak bangkit mengejar ibunya."Buuu ... sekali ini aja Bu! Aku janji, akan menemukan Lily secepatnya dan memintanya memberikan yang asli. Aku cuma pinjam sebentar Bu. Biar Nessa cepat balik ke sini! Masa ibu enggak kasian liat aku. Punya istri dua masa kabur semua?" rayu Rizal disertai rengekan dan wajah memelas. Ia terus mengikuti langkah ibunya menuju kamar."Buuu!" rengek Rizal lagi sambil memegang tangan ibunya. Bu Erna tetap diam melangkah ke peraduan."Mending kamu urus mobilmu sana Zal! Kalau cuma istri yang hilang, bisa cari lagi. Kalau mobil peninggalan ayahmu yang hilang, belum tentu kamu bisa beli lagi," gumam Bu Erna kesal sambil menghempas tubuhnya di pembaringan. Gurat kesal tampak jelas di wajahnya.Mobil? Rizal terkesiap. Tadi ia janji akan kembali secepatnya
Arjuna lalu mengirim pesan WhatsApp pada Lily."Kamu harus berterima kasih sama aku karena sudah menyelamatkanmu. Kalau kamu masih di rumah ini, mungkin hari ini kamu sudah meraih gelar baru di tempat baru, ALMARHUM LILY YOVITA!"Sent, dan dalam sekejap dua centang abu-abu di ponsel Arjuna berubah menjadi biru. Arjuna menatap layar ponselnya sambil tertawa, karena tulisan Lily sedang mengetik di whatsAppnya berulang kali timbul tenggelam. Entah seperti apa rupa wajahnya di sana menerima pesan Arjuna. Membayangkan Lily kesal membuat Arjuna sedikit terhibur."Kenapa emang?" balas Lily.Arjuna kembali tersenyum lalu membalas pesan Lily. "Madumu yang cantik itu, sudah tahu kalau emasnya palsu, dan mereka pasti menyalahkanmu. Dan memang salahmu! Rizal pasti berusaha menemukanmu!""Hah? Serius? Terus aku harus gimana Kak Juna? Aku takut ketemu mereka. Aku harus ngapain? Aku takut mati?"Pesan balasan dari Lily langsung masuk dengan emo
"Nes, sebaiknya kita bicara berdua di kamarmu dulu. Enggak enak kalau di luar. Ibu suruh masuk dulu nunggu di ruang tamu," ucap Rizal yang tak tega melihat ibunya kebingungan seperti anak ayam kehilangan induk karena tidak dipersilahkan masuk oleh Pak Basuki. Nessa yang sudah tak sabar ingin mendengar penjelasan Rizal langsung setuju."Ayo Bu, kita masuk dulu," ajak Nessa sambil menarik suaminya masuk lebih dulu. Bu Erna cepat-cepat menyusul mereka berdua."Nah, ibu tunggu di sini aja dulu. Aku mau bicara sama Mas Rizal ke kamar. Nanti Papa sama Mama pasti kesini temanin ibu kok," ucap Nessa begitu mereka melewati ruang tamu. Ia langsung mengajak Rizal ke kamar tanpa perduli pada mertuanya lagi.Bu Erna tak menjawab apa-apa, langsung mendudukkan dirinya di sofa. Jika ia boleh memilih, ia lebih baik duduk sendiri saja sampai Rizal selesai berbicara dengan Nessa daripada ditemani oleh kedua besannya. Bu Erna berdoa dalam hati, semoga Pak Basuki dan Bu
"Jangan bilang kamu iya-in juga Zal?" Bu Erna melotot panik."Lah, iya. Mau gimana lagi, Bu? Yang penting kan Nessa cepat balik!" sahut Rizal acuh.Spontan Bu Erna merasa kenyang. Ia meletakkan sendok makannya kembali di piring."Tapi kamu enggak benar-benar mau nyerahin ATM-mu yang di ibu ke Nessa kan, Zal?" suara Bu Erna jelas terdengar risau."Yaaa ... serahin aja dulu Bu. Biar Nessa enggak pulang-pulang lagi ke rumah orang tuanya," sahut Rizal santai, membuat Bu Erna lemas karena merasa seperti kerampokan oleh menantu sendiri."Sekarang ATM diminta, tadi siang emas ibu dipinjam, besok apalagi Zal?" ucap Bu Erna sambil menjauhkan piring yang belum separuh isinya dimakan dari hadapan. Rizal tak menjawab. Ia meneruskan makannya seolah tanpa beban."Mana minggu depan ada kumpulan arisan ibu-ibu pula. Kalau Lily belum ketemu-ketemu berarti perhiasan ibu belum kembali. Kalau ibu datang, bisa jadi