All Chapters of Dua Lelaki dalam Hidupku: Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
Si Tuan Tampan Steve Anderson
Riak wajah Darma yang tadi merah padam karena kemarahannya pada Gama, kini rona itu sudah menghilang. Darma hanya menatap putranya dengan raut lelah. Sementara tangannya kembali menepuk pundak Gama, bedanya kali ini mereka sudah berdiri saling berhadapan.“Cari Hera sampai ketemu. Kau harus menemukannya. Bagaimanapun dia istrimu. Meskipun sebenarnya Papa sangat kecewa padamu, Gama. Tapi semuanya sudah terjadi. Mungkin ini salah Papa karena sudah memaksamu menikah dengan Hera padahal kau tidak mencintainya. Jika nanti Hera ketemu, Papa pasrah kalaupun nantinya kalian akan memilih berpisah. Mungkin pernikahan kalian memang tidak bisa dipertahankan meski sebenarnya Papa sangat menyayangi Hera dan merasa tidak enak dengan ayahnya yang sudah tiada.”Darma berusaha berpikir bijak. Ia tidak lagi berapi-api memarahi ataupun menampar Gama. Darma pikir sedikit banyak ia juga berperan dalam hal ini.Karena Darma lah yang sudah memaksa Gama untuk menikahi Hera.
Read more
Hamil 1
Steve tersenyum.“Kalau begitu, aku ucapkan selamat bergabung dengan Butik Anderson. Semoga kau bisa bekerja dengan baik,” ucap Steve sebelum akhirnya ia memalingkan wajahnya dan mengedarkan pandangan pada para karyawan yang berdiri menyambutnya.“Setelah ini kalian semua bisa kembali bekerja. Terimakasih untuk sambutan kalian,” tutup Steve lalu ia melanjutkan langkahnya memasuki butik yang sangat ia rindukan.Setelahnya Steve masuk, semua karyawan wanita langsung menjerit tertahan dan mengepalkan tangan mereka dengan gemas. Menatap punggung lebar lelaki itu yang masuk ke dalam lift. Ruangan boss memang berada di lantai tujuh. Sementara butik ini memiliki tujuh lantai. “Tuan Steve semakin tampan!”“Style rambutnya berubah, tapi itu tidak mengurangi ketampanannya sedikitpun!”“Ya Tuhan! Terimakasih sudah menciptakan lelaki setampan Tuan Steve di dunia ini.”Hera meringis
Read more
Hamil 2
Tiba di dalam toilet wanita, Hera segera memuntahkan cairan dari perutnya. Meskipun mulutnya sudah tidak memuntahkan apapun, anehnya ia tetap merasa mual.  “Tuan Steve?” desah Hera lemas menatap pada kaca, dimana pantulan tubuh jangkung Steve ada di sana.“Apa kau masih ingin muntah?” tanya Steve. Rupanya tadi ia mengikuti Hera hingga ke toilet wanita. Tidak ada yang akan berani menegur Steve meski ia masuk ke toilet khusus wanita karena Steve adalah pemilik butik ini.Hera mengangguk lemah. Lalu kembali menunduk di atas wastafel. Sedangkan Steve membantu memijit tengkungnya. Sampai akhirnya rasa mual itu mereda, Hera membasuh mulutnya dan ia berbalik menatap Steve.“Hera, sebaiknya kuantar kau ke rumah sakit. Aku tahu keadaanmu sedang tidak sehat,” usul Steve. Ia menatap cemas pada Hera yang betul-betul mengkhawatirkan. Sebenarnya bukan hari ini saja Hera muntah-muntah
Read more
Darimana Anda Tahu Kehamilanku?
  “Selamat pagi, Tuan Steve!” sapa Velia yang melihat Steve baru saja memasuki butik dan berjalan melewatinya. Hera yang sedang melayani pelanggan yang memesan rancangannya, melarikan bola matanya ke arah Steve yang ternyata juga sedang menatapnya dengan pandangan tak terbaca. Sampai membuat Hera merasa heran.‘Mengapa Tuan Steve menatapku seperti itu? Apa aku sudah melakukan salah padanya?’ gumam Hera bertanya-tanya.Sementara itu, pandangan Steve turun perlahan dan tertumbuk pada perut Hera yang masih datar. ‘Hera sedang hamil. Kupikir dia masih gadis,’ desah Steve dalam hati.Steve menyimpulkan bahwa ia jatuh cinta pada wanita yang telah menikah dan akan memiliki anak. Ia memang tidak mengetahui jika sebenarnya Hera melarikan diri dari suaminya.Melihat Steve yang pergi begitu saja setelah menghentikan langkahnya sebentar di hadapan Velia dan Hera, membuat kedua wanita itu saling bersit
Read more
Kau Ibu yang Kuat, Hera
“Apa?! Jadi sebenarnya Hera tidak tinggal dengan suaminya di Singapura? Orang tua Hera sudah meninggal? Lalu, apa suaminya tahu kalau Hera hamil?” Steve melebarkan mata setelah mendengar ucapan Velia. Ya! Karena merasa penasaran, maka Steve mencari informasi tentang Hera pada Velia. Yang ia tahu, Velia lah yang paling dekat dengan Hera di sini.Velia menggeleng pelan. Ia duduk di depan Steve yang duduk di seberangnya. Steve sengaja mengajak Velia makan di restoran siang ini demi bertanya banyak hal mengenai Hera.“Hera sering bercerita padaku kalau ia kabur dari suaminya. Katanya, mereka sudah menikah selama satu tahun. Tapi pernikahan mereka tidak berjalan lancar seperti suami-istri kebanyakan. Hera menikah dengan lelaki yang masih mencintai mantan istrinya yang sudah meninggal. Dia bahkan disuruh tinggal di paviliun. Tidak satu atap dengan suaminya. Bayangkan, Tuan! Bagaimana perasaan Hera. Aku heran, ada suami sekejam itu di dunia ini,
Read more
Mengenalkan Sang Kekasih
Hera hanya mengangguk. Lalu membalasnya dengan senyum tipis. Sebelum ia kembali mengarahkan pandangan pada Mentari yang masih asyik dengan kedua bonekanya. Boneka pemberian dari Steve! “Mama!” rupanya bocah perempuan itu baru menyadari jika Hera berdiri tak jauh darinya, memerhatikannya.“Lihat kucing! Kelinci! Mamaku sudah datang. Mama baru saja membereskan bajuku ke dalam koper. Nanti aku akan ajak kalian naik pesawat terbang. Hore!” seru Mentari bertepuk riang. Hera dan Steve saling menoleh lalu tersenyum. Tak ingin terlalu lama membuat Mentari bermain sendirian, Hera pun menghampirinya dan duduk di depan Mentari.“Memangnya, kau mau mengajak mereka juga naik pesawat, sayang?” tanya Hera menatap wajah lucu Mentari.Bocah itu mengangguk semangat. Membuat kuncir rambutnya bergerak-gerak.“Iya, Ma. Si kucing dan kelinciku harus dibawa. Katanya mereka juga mau melihat pesawat seperti aku.
Read more
Kemana Iren?
 “Jangan lupa hubungi aku kalau sudah sampai di Indonesia,” pinta Steve pada Hera. Pagi ini, Hera dan Mentari akan melakukan perjalanan ke Indonesia. Mereka sudah berada di bandara Singapura diantar oleh Steve.Hera mengangguk. “Tentu saja. Aku pasti akan langsung menghubungimu begitu sampai di sana,” jawab Hera. Yang membuat hati Steve merasa sedikit lega.Steve lalu menurunkan pandangannya pada Mentari yang sejak tadi tak lepas memegang tangan kanan Hera. Bocah kecil itu berdiri di samping ibunya, dan memeluk si kucing dan si kelinci, boneka kesayangannya.“Hey, Nona manis! Kau juga harus berjanji untuk tidak melupakanku meskipun akan tinggal cukup lama di sana.” kali ini Steve meminta pada Mentari sembari tubuhnya membungkuk agar sejajar dengan bocah itu.Mentari mengangguk tersenyum sambil mengangkat tangan kanannya. “Aku janji Om Steve. Om Steve juga jangan menangis karena tidak diajak Mama
Read more
Aku Percaya Gama Kita Orang yang Berbeda
Sejak tadi Hera tidak melihat keberadaan sepupunya di rumah itu. Saat Hera menikah, Iren tidak bisa datang karena sedang kuliah di Jepang.Sementara Fatma dan Bimo mereka menyempatkan datang, hanya saja mereka tidak bertemu dengan Gama saat itu. Padahal sebenarnya ketika pernikahan, Gama memang lebih banyak meninggalkan Hera sendirian di atas pelaminan. Kalaupun berdiri di samping Hera, paling hanya sebentar saja untuk menghentikan omelan Darma dan Jessy.   “Kuliahnya memang sudah lama selesai, Hera. Bahkan Iren sudah bekerja.” Fatma mengatakannya sambil tersenyum.“Benarkah?”     Fatma mengangguk. “Iya. Sekarang anak itu sedang jalan bersama dengan pacarnya. Dan apa kau tahu, Hera? Pacar Iren itu adalah boss di kantor tempatnya bekerja! Kata Iren lelaki itu sangat baik dan tampan. Yah.. meskipun dia sama sekali belum pernah datang ke rumah ini ataupun bertemu dengan Bibi dan Paman
Read more
Enyahlah dari Pikiranku!
“Tentu saja. Dan aku punya satu kejutan untukmu. Tadi siang Gama mengenalkanku pada ayahnya untuk yang pertama kali. Dia berniat serius dan akan segera datang melamarku ke rumah ini,” wajah Iren tampak berbinar. Membuat Hera ikut melebarkan senyumnya.“Benarkah? Aku bahagia mendengarnya. Dan yang pasti… Gama beruntung mendapatkanmu.”  Iren menggeleng dengan tegas. Tidak setuju dengan ucapan Hera.“Bukan Gama yang beruntung mendapatkanku. Tapi aku lah yang beruntung mendapatkan dia. Dia adalah hidupku, cintaku,” gumam Iren sembari benaknya membayangkan wajah tampan Gama yang jarang tersenyum itu. Tapi entah kenapa selalu membuatnya tergila-gila.Berbanding terbalik dengan Iren yang begitu bersemangat saat menceritakan tentang Gama kekasihnya, Hera justru mengulum senyum pahit. Mengingat Gama mantan suaminya justru telah menorehkan luka dan kenangan yang menyakitkan.‘Andai Gamaku seperti ke
Read more
Apa Wanita itu Kekasihnya Gama?
Iren tidak tahu jika ucapannya itu membuat tubuh Hera membeku. Ada yang salah dengan hatinya saat Iren mengucapkan nama Gama lagi. Tapi tepukan tangan halus Mentari di pahanya, membuat Hera mengerjap dan menatap bocah mungil itu.“Ma. Kenapa Mama melamun?” tanya Mentari. Kedua alisnya yang lebat itu menyatu. Mata abunya menatap Hera dengan bingung.“Iya, Hera. Apa yang sedang kau pikirkan?” Bimo dan Fatma juga bertanya. Hati mereka menduga kalau Hera pasti sedang memikirkan mantan suaminya.Hera menggeleng. “Enghh, tidak. Aku tidak sedang memikirkan apa-apa,” dusta Hera lalu memaksakan senyum kecil.Fatma dan Bimo saling tatap. Mereka tahu kalau Hera berbohong. Tampak sekali dari raut wajah Hera saat ini.Bimo memberi isyarat agar istrinya segera mengajak Mentari bermain. Dan Fatma mengangguk. Digendongnya Mentari menjauhi meja makan sebab Bimo sepertinya ingin berbicara serius dengan Hera.&l
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status