Semua Bab Teruntuk Mantan Istri Suamiku: Bab 41 - Bab 50
98 Bab
Bab 41
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 41        Hena and the geng berteriak histeris saat tembok itu roboh dan menimpa barang yang mereka bawa dari dalam.  "Kenapa harus didorong ke arah sini, sih? Kenapa gak dibawa ke sana?!" Ibu berteriak. Kesal karena usaha mereka untuk menyelamatkan barang-barang miliknya berbuah kesia-siaan.  Harta mereka hancur tidak tersisa. Termasuk magic com serta kompor gas yang baru dibeli Hena pun raib. Rusak dan tidak akan bisa terpakai lagi. "Kasihan, ya mereka?" "Iya, kenapa gak disuruh pergi baik-baik, sih. Malah dibikin menderita seperti itu?" "Eh, ngomong-ngomong, kenapa ibunya si Andri tidak pingsan, ya?" "Abah Agung dan Arini itu sakit hati dengan konspirasi mereka. Makanya dibalas dengan seperti itu. Menurutku
Baca selengkapnya
Bab 42
  TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 42       Kusingkirkan cobek yang ada di depanku. Takutnya aku khilaf dan melemparkan benda itu ke arah Teh Rani. "Tanggung jawab apa, Ran? Abah sudah melakukan semua yang Abah bisa lakukan untuk Almarhum Bapakmu," ujar Abah dengan memandang wanita itu. "Itu belum cukup, Bah. Masih kurang dan sangat kurang. Gara-gara naik perahu Abah, Bapak jadi meninggalkan aku dan Emak."  Kini air mata Teh Rani mulai terjun dan berucuran.  Meninggalnya Mang Asep memang pukulan terberat bagi Teh Rani. Kini, ia menjadi seorang yatim piatu. Yang hanya tinggal dengan neneknya yang mengalami setroke. Apa karena tidak ada lagi sosok tulang punggung di keluarga mereka, hingga Teh Rani datang dan minta tanggung jawab dari Abah? 
Baca selengkapnya
Bab 43
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 43       "Tidak bisa! Abah akan pikirkan bagaimana agar Rani dan Emakmu, masih tetap bisa makan. Sekarang, pulanglah. Nanti Abah akan ke rumahmu." Awalnya Teh Rani menolak untuk pulang, tapi setelah Abah membujuknya, ia pun akhirnya pergi juga.  "Tidak nyangka, si Rani sampai nekad ingin nikah sama Abah, gegara sudah tak ada lagi yang memenuhi kebutuhan dia. Ck ck ck, anak jaman sekarang, tidak mau hidup susah," ujar Mang Karim. Semua orang mengangguk setuju. Satu persatu orang-orang mulai pergi meninggalkan rumah Abah. Tinggallah aku dan Abah yang duduk menyandarkan punggung pada tembok. "Bah." "Hmm." "Abah jangan nikah sama Teh Rani." Hening. Abah tidak menjawab ucapanku. Apa jangan-j
Baca selengkapnya
Bab 44
  TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 44       "Luar biasa, kamu Rin. Luar biasa malu! Hahaha ...!!" Santi kembali tergelak saat setelah aku menceritakan kejadian memalukan yang tadi aku alami. "Kamu ketemu dia di mana, sih?" tanyanya lagi seraya memungut kacang dan memakannya. "Di toko Bu Haji, pas beli ini." Aku menunjuk cemilan di tanganku. "Udah kegeeran aja, dikira mau nyulik. Eh, padahal kamu yang nyulik sepatu dia." Santi kembali menertawakan kemalanganku. Aku membiarkan dia tertawa sepuas hatinya. Anggap saja aku pelawak yang sedang menghibur penonton.  Tidak apa-apa, bikin orang tertawa itu berpahala, bukan? Walaupun jika diingat kejadiannya jadi nyesek juga. Malu. "Mungkin, ini azab bua
Baca selengkapnya
Bab 45
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 45     Abah mengembuskan napas kasar. Aku mematikan kompor dan menuangkan sayur bening yang telah selesai aku masak ke dalam mangkuk. Selanjutnya, aku duduk di kursi meja makan untuk mendengarkan Abah bicara. "Tidak apa-apa, hanya untuk menghindari hal yang sama. Abah tidak mau ada korban selanjutnya jika perahu itu tetap Abah pakai." "Sayang banget, Bah kalau dijual. Lagipula, kesalahan ada pada nelayannya, yang lupa mengisi bahan bakar. Bukan karena perahunya. Perahu mahal, lho, Bah." Abah mengembuskan napas kasar untuk kesekian kalinya.  Aku tahu, harga jual perahu, tidak sebanding dengan harga belinya. Dan pasti, jauh lebih murah dari perahu baru.  "Abah tahu. Tapi, perahu kita itu rusak, setelah terombang-ambing selama dua hari dua malam di te
Baca selengkapnya
Bab 46
  TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 46         Aku dan Santi saling pandang. Kemudian, kembali melihat wajah Ira yang menunduk dalam. "Kamu nggak salah ngomong?" tanyaku untuk memastikan jika telingaku tak salah dengar. "Tidak. Aku ingin bertemu Mbak Arin, memang untuk pinjam uang." Aku tahu jika mereka akan kesulitan keuangan, tapi aku tidak menyangka jika Ira akan datang dan berani meminjam uang padaku. Setelah apa yang mereka perbuat padaku, setelah bersekongkol mencurangi aku, kini dia datang dan dengan percaya diri ingin meminjam uangku? Apa dia tidak punya pikiran? "Mbak, aku tahu, Mbak Arin pasti benci banget sama aku, sama Ibu, dan Mas Andri juga Mas Ari. Tapi ... untuk kali ini saja, tolongin aku, Mbak. Aku sangat membutuhkan
Baca selengkapnya
Bab 47
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 47      Sampai di rumah, aku langsung memasak untuk sarapan kita hari ini. Kemudian, mandi dan beristirahat sebentar sebelum berangkat ke pengadilan. Alhamdulilah, sidang perceraianku dipermudah. Karena tidak ada perlawanan dari Mas Andri, sidang pun jadi bisa selesai lebih cepat. Dia menyerahkan semuanya padaku, dan hanya pasrah dengan keputusan sidang. Tidak ada drama rebutan harta gono-gini, dan tidak ada drama berebut hak asuh anak, karena kita tidak memiliki keturunan dari pernikahan itu.  Aku dan Mas Andri sama-sama memilih berpisah secara baik-baik di depan hukum, tapi saling menyimpan dendam di luar pengadilan.  Pukul delapan, aku dan Abah pergi ke kantor pengadilan agama. Hanya beberapa jam di sana, kita pun pulang dengan hasil yang kita inginkan. Hari ini, aku resmi berpisah secara hukum
Baca selengkapnya
Bab 48
  TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 48        "Aduh, Rin, kamu itu anak nelayan, seumur hidup tinggal di pinggir pantai, tapi naik perahu malah mabok." Abah menggerutu seraya memijit tengkuk leherku. Aku masih menunduk seraya mengeluarkan isi dalam perutku.  "Nih, kasih air hangat." Suara Kang Diki terdengar mendekat. Satu gelas air hangat ia berikan pada Abah. "Minum dulu, Rin." Aku mengambil segelas air hangat dari Abah dan meminumnya. "Arin itu, mendingan dibawa ngebut naik motor, Bah. Daripada harus naik perahu. Oleng!" tuturku. Aku berdiri dan berjalan meninggalkan muntahan yang bercecer di pasir. Aku menjatuhkan bokong di bangku panjang di bawah pohon pandan. Membaringkan tubuh yang baru saja mengalami guncangan.
Baca selengkapnya
Bab 49
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 49       "Kok, bengong. Hey!"  Aku tersadar saat Yusuf mengibaskan tangannya di depanku. "Eh, gak papa," ujarku gugup. Mas Andri menoleh padaku yang berdiri di depan kasir. Sedangkan ia, baru saja keluar dari dapur restoran. "Kamu ngapain di sini, Rin?" tanya Mas Andri saat akan keluar.  "Aku, mau nganterin ini untuk A Yusuf dan karyawannya." Aku mengangkat besek, lalu menyimpannya di meja kasir. Mas Andri hanya ber 'oh' saja. Kemudian, ia kembali berjalan seraya melewatiku. "Eh, Mas!" Aku berteriak membuat mantan suamiku itu membalikkan badan. "Ada apa?"  "Em ... cepat pulang ke rumah." Dia menautkan alis dengan mata yang menyipit.
Baca selengkapnya
Bab 50
  TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 50        Mereka terlalu terbuai oleh nafsu dan dosa yang sedang mereka nikmati, hingga tidak sadar, jika dengan ranting kecil di tanganku, aku mengambil satu persatu pakaian mereka. Sulit memang, mengambil helaian demi helaian kain yang menumpuk di atas pasir. Tapi, aku tidak ingin menyerah untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Aku bernapas lega, saat kini semua pakaian Hena dan Ari sudah di tanganku. Aku menggulung kain-kain itu, dan membawanya menjauh dari tempat mereka sekarang. Aku menyimpan pakian mereka di perahu yang tadi aku jadikan tempat bersembunyi. Kita lihat, apa yang akan mereka lakukan jika sadar, bahwa pakaian mereka tidak ada di tempatnya. "Huh!" Aku membuang napas kasar seraya menepuk-nepuk telapak tanganku.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status