Semua Bab Teruntuk Mantan Istri Suamiku: Bab 51 - Bab 60
98 Bab
Bab 51
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 51     Tanpa diduga, Ibu datang dan langsung menampar pipi menantunya itu. Hena memegangi pipinya yang memerah. Sedangkan Ibu menatap tajam dengan dada yang naik turun. Amarah Ibu dan Mas Andri sudah memuncak. Keduanya seperti elang yang siap menerkam mangsanya. "Dasar tidak tahu diri! Kau murahan, Hena!!" maki Ibu. "Tidak tahu terima kasih! Sudah syukur putraku memungutmu kembali setelah diceraikan. Bukannya berterima kasih, tapi malah mengkhianatinya!" ujarnya lagi seraya menoyor kepala Hena. "Kenapa Ibu hanya menyalahkan aku, kenapa tidak menyalahkan Ari anak Ibu?!" Hena menjawab ucapan Ibu. Seketika Ibu murka dan langsung mencengkram seraya menarik pundak menantunya. "Laki-laki tidak akan mau pada wanita, kalau wanita itu tidak menggodanya! Kamu sengaja
Baca selengkapnya
Bab 52
  TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 52       Kabar tentang perselingkuhan Hena dan adik iparnya sudah menyebar. Bahkan menjadi topik utama dalam setiap perbincangan ibu-ibu. Di warung, di pantai, di sawah, semuanya membahas kejadian Hena di pelabuhan waktu itu. Seperti saat ini, aku yang tengah membeli sayuran di pasar, merasa gerah sendiri karena bosan mendengar cerita yang itu-itu saja. Tidak sedikit dari mereka pun, mengaitkan perselingkuhan Hena dengan perceraianku dengan Mas Andri. "Rin, kamu seneng, dong, ya karena melihat mantan madumu dicerai dengan talak tiga. Langsung di depan banyak orang, lagi." Seorang Ibu penjual ayam potong tiba-tiba berucap saat aku menghampiri tempat jualannya. Tentu saja, ucapan ibu-ibu tadi langsung menjadi sorotan pengunjung pasar lainnya. Bukan
Baca selengkapnya
Bab 53
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 53       "Pikirkan baik-baik, Rin. Tawaran ini tidak akan datang dua kali. Jangan menyesal jika nanti Andri akan memiliki wanita yang jauh lebih kaya dan cantik dariku!"  Aku menarik sebelah bibir mendengar ucapan Ibu. "Jangankan dua kali, Bu. Meskipun tawaran itu datang seratus kali pun, aku tetap tidak akan mau untuk kembali pada Mas Andri. Silahkan kalian keluar dari rumahku sekarang juga! Sebelum aku mengambil air mendidih di dapur dan menyiramkannya pada kalian!" ujarku dengan penuh penekanan.  Dengan terpaksa, Ibu dan Ira berdiri. Mereka berjalan keluar dengan menghentakkan kakinya. Ibu bahkan menubruk sebelah pundakku dengan sedikit keras.  Huft. Dasar tidak tahu malu. Datang hanya untuk menawarkan hal yang tidak aku harapkan. Jang
Baca selengkapnya
Bab 54
  TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 54           Sekian menit diam di tempat, aku pun menghampiri Hena dan berhenti di sampingnya. Menyadari kedatanganku, ia langsung tancap gas dan menyimpan ikan ke dalam keranjang yang dia bawa. "Bu Haji beli ikan di Hena?" tanyaku. "Tidak, Rin. Kan, Ibu sudah pesan di kamu. Eh, tahu gak, Rin, kalau tadi si Hena jelek-jelekin kamu, lho." "Gak papa, Bu. Biarkan saja. Kalau Bu Haji, mau ambil ikan di si Hena, Arini gak papa, kok." Bu Haji berjalan semakin mendekatiku. "Jangan ngomong gitu, Rin. Ibu hanya mau ikan dari kamu, sudahlah ikannya seger, kalau beli banyak suka ada potongan harga, lagi. THR pas lebaran, gak pernah ketinggalan. Udah, ah Ibu gak mau pindah dari kamu," t
Baca selengkapnya
Bab 55
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 55   "Ibu dan Ira serta Ari, akan pulang ke Magelang. Tapi, Ibu tidak cukup ongkos. Pinjamkan Ibu uang, Rin. Ibu mohon, bantu Ibu untuk kali ini saja." Wanita yang wajahnya sudah dipenuhi keriput itu menangkupkan kedua tangan di dada. "Bu, kenapa harus ke Arin? Kenapa gak minta sama Mas Andri. Bukankah sekarang dia sudah punya penghasilan yang lumayan?"  Aku turun dari motor, kemudian duduk di teras rumah. "Andri enggan memberikan uang sepeser pun untuk kami, Rin. Dia masih marah sama Ari, soal Hena waktu itu. Jangankan memberikan uang, bertemu pun kami tidak. Dia tinggal di rumah temannya, sedangkan kami, tinggal di rumah kosong yang tidak ditempati pemiliknya. Kami di sini terlantar." Aku melihat pada Ibu yang kini bersandar pada tiang rumah. Ia sesekali mengusap matanya yang sudah memerah. Aku ti
Baca selengkapnya
Bab 56
     "Aku tidak menyangka kalian ternyata sekotor ini!"  "Tidak, kami tidak melakukan apa-apa!" ujar Yusuf sembari mengancingkan satu persatu kancing bajunya. "Tidak bagaimana, itu buktinya sudah jelas, bajumu pun terbuka, Yusuf!" ujar pria yang sedari tadi terus menuduh. "I—ini karena—" "Alaaaah, jangan banyak alasan, ayo, seret mereka ke luar!" "Ayo, bawa mereka keluar!!" "Ayo, giring mereka!!" Suara orang-orang mulai bersahutan. Ditariknya aku dan Yusuf dengan paksa. Dadaku berdetak hebat saat mereka semua menyeretku hingga ke depan Abah. "Ada apa ini? Kenapa kalian menyeret anakku seperti itu?" ujar Abah. "Anakmu telah berzinah dengan Yusuf!" "Tidak, Bah. Itu tidak benar.
Baca selengkapnya
Bab 57
   "Menikahi Arini! SEKARANG JUGA!!" Deg! Aku memegangi dadaku sambil menggelengkan kepala. Tidak mungkin aku menikah dengan pria yang sama sekali tidak aku cintai. Apakah aku bermimpi? Tolong, siapa pun itu, bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Aku tidak mau menikah secepat ini. "Abah, saya minta ijin untuk menikahi putri Abah. Demi nama baik Abah, dan Arin. Juga demi nama baik saya." Yusuf kembali berucap dengan lembut kepada waliku. Tidak ada yang bisa Abah lakukan selain mengangguk pasrah. Tidak ada pilihan lain untuk meredakan amarah warga yang sudah terlanjur dikuasai emosi. "Silahkan." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Abah. Membuat rasa sakitku kian bertambah. Malam semakin larut, air laut terdengar semakin bergemuruh. Seperti gemuruhnya hatiku yang dilanda kepedihan. Hatiku hancur karena
Baca selengkapnya
Bab 58
  TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 58        "Abah, Arin ikut pulang." Aku seperti anak kecil yang akan ditinggalkan ayahnya pergi jauh. Aku memegang baju bagian belakang Abah yang berjalan menuju pintu keluar. "Rin, kamu itu sekarang sudah jadi istrinya Yusuf, masak, mau ikut pulang sama Abah? Terus, suamimu gimana?"  Aku dan Abah berdiri saling berhadapan.  Mataku sesekali menoleh pada pria yang juga berdiri tengah memperhatikanku dan Abah. Aki Sanip dan istrinya sudah pulang terlebih dahulu, tinggallah Abah yang terus merayuku untuk tetap tinggal bersama Yusuf. "Pernikahan ini bohongan, Bah. Aku gak mau tinggal dengan dia," ujarku merajuk lagi. Abah menatapku tajam. Ia tidak suka aku menyebut ini pernikahan bohong
Baca selengkapnya
Bab 59
   Kemarin aku menyanggupi untuk memberikan uang pada mereka. Untuk mereka pulang kampung. Segera aku mengambil ponsel dan menelepon Ira. Untungnya, dia mau mengangkat teleponku.  "Mbak di mana? Kita sudah siap untuk berangkat," ujar Ira langsung tanpa jeda. "Iya, Ra. Aku lupa. Kamu sekarang lagi nunggu di mana? Biar aku langsung ke sana." "Di ... depan pom mini, Mbak. Kita sedang nunggu angkutan umum," ujar Ira lagi. Aku segera mematikan sambungan telepon, menghampiri motor dan langsung tancap gas menuju tempat yang disebutkan Ira. Sampai di sana, benar saja jika tiga orang itu sudah menunggu untuk berangkat. Mobil yang akan membawa mereka pun sudah berada di depan mereka.  "Maaf, aku telat," kataku seraya turun dari motor. "Gak papa, Rin. Kita masih belum berangkat, k
Baca selengkapnya
Bab 60
       Di dalam gelapnya penglihatanku karena mata terpejam, aku bisa merasakan jika tubuhku melayang. Yusuf, dia menggendongku dan membawaku entah ke mana. Aku sadar, dan sangat sadar. Karena, aku hanya pura-pura pingsan untuk menghindari tatapan jijik dari pria yang bergelar suamiku itu. Yusuf menyimpan tubuhku entah di mana. Mungkin di sofa ruang tengah tadi. Eh, tapi tidak. Ini lebih empuk dari sofa tadi.  Aku membuka mataku sedikit, dan ... kamar? Astaga, Yusuf membawaku ke kamarnya? "Rin, bangun, Rin," ujar Yusuf dengan memukul pelan pipiku. Tahan, jangan sampai bangun. Bertahanlah mata, jangan sampai terbuka. Apa yang harus aku katakan jika bangun dan melihat wajahnya. Aku tidak sanggup, aku malu. Demi Tuhan aku sangat malu. Membayangkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status