TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 46
Aku dan Santi saling pandang. Kemudian, kembali melihat wajah Ira yang menunduk dalam.
"Kamu nggak salah ngomong?" tanyaku untuk memastikan jika telingaku tak salah dengar.
"Tidak. Aku ingin bertemu Mbak Arin, memang untuk pinjam uang."
Aku tahu jika mereka akan kesulitan keuangan, tapi aku tidak menyangka jika Ira akan datang dan berani meminjam uang padaku.
Setelah apa yang mereka perbuat padaku, setelah bersekongkol mencurangi aku, kini dia datang dan dengan percaya diri ingin meminjam uangku? Apa dia tidak punya pikiran?
"Mbak, aku tahu, Mbak Arin pasti benci banget sama aku, sama Ibu, dan Mas Andri juga Mas Ari. Tapi ... untuk kali ini saja, tolongin aku, Mbak. Aku sangat membutuhkan
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 47Sampai di rumah, aku langsung memasak untuk sarapan kita hari ini. Kemudian, mandi dan beristirahat sebentar sebelum berangkat ke pengadilan.Alhamdulilah, sidang perceraianku dipermudah. Karena tidak ada perlawanan dari Mas Andri, sidang pun jadi bisa selesai lebih cepat. Dia menyerahkan semuanya padaku, dan hanya pasrah dengan keputusan sidang. Tidak ada drama rebutan harta gono-gini, dan tidak ada drama berebut hak asuh anak, karena kita tidak memiliki keturunan dari pernikahan itu.Aku dan Mas Andri sama-sama memilih berpisah secara baik-baik di depan hukum, tapi saling menyimpan dendam di luar pengadilan.Pukul delapan, aku dan Abah pergi ke kantor pengadilan agama. Hanya beberapa jam di sana, kita pun pulang dengan hasil yang kita inginkan. Hari ini, aku resmi berpisah secara hukum
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 48"Aduh, Rin, kamu itu anak nelayan, seumur hidup tinggal di pinggir pantai, tapi naik perahu malah mabok." Abah menggerutu seraya memijit tengkuk leherku.Aku masih menunduk seraya mengeluarkan isi dalam perutku."Nih, kasih air hangat." Suara Kang Diki terdengar mendekat. Satu gelas air hangat ia berikan pada Abah."Minum dulu, Rin."Aku mengambil segelas air hangat dari Abah dan meminumnya."Arin itu, mendingan dibawa ngebut naik motor, Bah. Daripada harus naik perahu. Oleng!" tuturku. Aku berdiri dan berjalan meninggalkan muntahan yang bercecer di pasir.Aku menjatuhkan bokong di bangku panjang di bawah pohon pandan. Membaringkan tubuh yang baru saja mengalami guncangan.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 49"Kok, bengong. Hey!"Aku tersadar saat Yusuf mengibaskan tangannya di depanku."Eh, gak papa," ujarku gugup.Mas Andri menoleh padaku yang berdiri di depan kasir. Sedangkan ia, baru saja keluar dari dapur restoran."Kamu ngapain di sini, Rin?" tanya Mas Andri saat akan keluar."Aku, mau nganterin ini untuk A Yusuf dan karyawannya." Aku mengangkat besek, lalu menyimpannya di meja kasir.Mas Andri hanya ber 'oh' saja. Kemudian, ia kembali berjalan seraya melewatiku."Eh, Mas!" Aku berteriak membuat mantan suamiku itu membalikkan badan."Ada apa?""Em ... cepat pulang ke rumah."Dia menautkan alis dengan mata yang menyipit.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 50Mereka terlalu terbuai oleh nafsu dan dosa yang sedang mereka nikmati, hingga tidak sadar, jika dengan ranting kecil di tanganku, aku mengambil satu persatu pakaian mereka.Sulit memang, mengambil helaian demi helaian kain yang menumpuk di atas pasir. Tapi, aku tidak ingin menyerah untuk memberikan pelajaran kepada mereka.Aku bernapas lega, saat kini semua pakaian Hena dan Ari sudah di tanganku. Aku menggulung kain-kain itu, dan membawanya menjauh dari tempat mereka sekarang. Aku menyimpan pakian mereka di perahu yang tadi aku jadikan tempat bersembunyi.Kita lihat, apa yang akan mereka lakukan jika sadar, bahwa pakaian mereka tidak ada di tempatnya."Huh!" Aku membuang napas kasar seraya menepuk-nepuk telapak tanganku.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 51Tanpa diduga, Ibu datang dan langsung menampar pipi menantunya itu.Hena memegangi pipinya yang memerah. Sedangkan Ibu menatap tajam dengan dada yang naik turun. Amarah Ibu dan Mas Andri sudah memuncak. Keduanya seperti elang yang siap menerkam mangsanya."Dasar tidak tahu diri! Kau murahan, Hena!!" maki Ibu."Tidak tahu terima kasih! Sudah syukur putraku memungutmu kembali setelah diceraikan. Bukannya berterima kasih, tapi malah mengkhianatinya!" ujarnya lagi seraya menoyor kepala Hena."Kenapa Ibu hanya menyalahkan aku, kenapa tidak menyalahkan Ari anak Ibu?!" Hena menjawab ucapan Ibu.Seketika Ibu murka dan langsung mencengkram seraya menarik pundak menantunya."Laki-laki tidak akan mau pada wanita, kalau wanita itu tidak menggodanya! Kamu sengaja
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 52Kabar tentang perselingkuhan Hena dan adik iparnya sudah menyebar. Bahkan menjadi topik utama dalam setiap perbincangan ibu-ibu. Di warung, di pantai, di sawah, semuanya membahas kejadian Hena di pelabuhan waktu itu.Seperti saat ini, aku yang tengah membeli sayuran di pasar, merasa gerah sendiri karena bosan mendengar cerita yang itu-itu saja.Tidak sedikit dari mereka pun, mengaitkan perselingkuhan Hena dengan perceraianku dengan Mas Andri."Rin, kamu seneng, dong, ya karena melihat mantan madumu dicerai dengan talak tiga. Langsung di depan banyak orang, lagi." Seorang Ibu penjual ayam potong tiba-tiba berucap saat aku menghampiri tempat jualannya.Tentu saja, ucapan ibu-ibu tadi langsung menjadi sorotan pengunjung pasar lainnya. Bukan
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 53"Pikirkan baik-baik, Rin. Tawaran ini tidak akan datang dua kali. Jangan menyesal jika nanti Andri akan memiliki wanita yang jauh lebih kaya dan cantik dariku!"Aku menarik sebelah bibir mendengar ucapan Ibu."Jangankan dua kali, Bu. Meskipun tawaran itu datang seratus kali pun, aku tetap tidak akan mau untuk kembali pada Mas Andri. Silahkan kalian keluar dari rumahku sekarang juga! Sebelum aku mengambil air mendidih di dapur dan menyiramkannya pada kalian!" ujarku dengan penuh penekanan.Dengan terpaksa, Ibu dan Ira berdiri. Mereka berjalan keluar dengan menghentakkan kakinya. Ibu bahkan menubruk sebelah pundakku dengan sedikit keras.Huft.Dasar tidak tahu malu. Datang hanya untuk menawarkan hal yang tidak aku harapkan. Jang
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 54Sekian menit diam di tempat, aku pun menghampiri Hena dan berhenti di sampingnya. Menyadari kedatanganku, ia langsung tancap gas dan menyimpan ikan ke dalam keranjang yang dia bawa."Bu Haji beli ikan di Hena?" tanyaku."Tidak, Rin. Kan, Ibu sudah pesan di kamu. Eh, tahu gak, Rin, kalau tadi si Hena jelek-jelekin kamu, lho.""Gak papa, Bu. Biarkan saja. Kalau Bu Haji, mau ambil ikan di si Hena, Arini gak papa, kok."Bu Haji berjalan semakin mendekatiku."Jangan ngomong gitu, Rin. Ibu hanya mau ikan dari kamu, sudahlah ikannya seger, kalau beli banyak suka ada potongan harga, lagi. THR pas lebaran, gak pernah ketinggalan. Udah, ah Ibu gak mau pindah dari kamu," t