All Chapters of Wanita Yang Dicintai Suamiku: Chapter 111 - Chapter 120
169 Chapters
Bab 111
Alina mengalihkan pandangannya padaku, sorot mata dan tatapan nampak melihatku dengan penuh arti. Aku yakin, setelah ini, ia akan meminta penjelasan lain padaku. Kurasa, mungkin sudah saatnya Alina mengetahui semua tentang Aisyah, tentang kebersamaanku yang singkat bersamanya. Dan juga, memberitahu padanya siapa sebenarnya Erika, wanita yang selalu menjadi benalu dalam hubungan kami dulu.****PoV Reyhan. Keluar dari butik, aku mengantar Alina pulang kerumahnya, hari mulai menjelang gelap begitu melangkahkan kaki meninggalkan rumahnya. Syukurlah, semua urusan pernikahan kami sudah hampir selesai, hanya tinggal menunggu hari pelaksanaannya saja.Aku mengemudikan mobilku cukup pelan karena jalanan yang masih begitu padat, mobil mewah ini bergerak menuju salah satu rumah yang kubeli dua tahun lalu di daerah selatan Jakarta. Sebuah rumah mewah yang dijual karena penghuninya yang dulu terlilit hutang dengan salah seorang rekan bisnisku. Rumah berdesain Mediterania klasik yang indah.L
Read more
Bab 112
Bab 112"Ucapanmu tidak salah. Hanya saja, wanita tidak suka dengan kebohongan, nak. Wanita lebih suka pria yang terbuka pada dirinya." Ujar mama cepat.Aku mengangguk membenarkan ucapannya."Mama harap kau bisa perlahan-lahan menceritakan semua padanya, rasanya itu terdengar cukup adil untuk Alina." Lanjut mama menimpali kemudian mengakhiri sarapannya.****"Bu Alina, anda tinggal tanda tangani di sini, sini, dan disini," tunjuk Customer Service cantik bernama Gita ini pada beberapa lembar dokumen yang ada di meja depanku."Ada lagi?" Tanyaku begitu selesai menandatanganinya."Selesai." ucapnya sambil merapikan kembali dokumennya. Tak lama, ia kembali fokus pada layar komputer di hadapannya, menginput data yang ada dalam dokumen yang baru saja kutanda tangani tadi.Sambil menunggunya, aku mengambil ponselku lalu menyandarkan punggungku ke sandaran kursi. Beberapa menit berlalu dalam diam, menunggunya selesai.Lelah menatap layar ponsel, aku melempar pandangan ke sekeliling. Suasana
Read more
Bab 113
"Aku tak punya banyak waktu apa yang ingin kau bicarakan denganku, Erika?""Aku juga tak akan bicara basa basi denganmu. Langsung saja, aku mencintai Mas Reyhan, aku ingin kau membatalkan pernikahanmu dengannya." Ucapnya tegas dengan tatapan penuh kebencian padaku***Kerongkonganku rasanya tercekat begitu mendengar ucapannya. Cinta? Ia mencintai Mas Reyhan? Apakah ia bertepuk sebelah tangan, karena sepanjang yang ku ketahui, wanita yang pernah begitu dicintai Mas Reyhan adalah mendiang Aisyah."Benarkah?" Aku memiringkan kepalaku balas bertanya padanya."Iya, aku mencintainya dan sejak dulu selalu mencintainya." Ucapnya tegas."Tapi, Mas Reyhan tak membalasnya kan?" Ejekku."Diam kau, jika kau tidak hadir dalam hidupnya. Sekarang mungkin kami sudah bersama." Desisnya begitu yakin."Apa itu hal penting yang ingin kau sampaikan? Maaf, pernikahanku tinggal seminggu lagi, aku tak ingin merusak hariku dengan membicarakan hal yang tak masuk akal seperti ini." "Aku mencintainya, Alina." Ia
Read more
Bab 114
"Bolehkah? Tapi ini kan paketnya untuk ibu. Rasanya lancang Jika aku yang membuka paketnya lebih dulu. "Tak apa. Buka saja, aku juga penasaran apa isinya." Perintahku padanya.Tangannya dengan cekatan menarik pita merah yang mengikat dan menghias kotaknya, mataku langsung terbelalak melihatnya. Astaga, apa ini?****Aku mengerjab beberapa kali demi memastikan apa yang baru saja kulihat. Tak lama ada rasa hangat yang menjalar, seketika mataku mengembun.Kotak berhias pita merah ini berisi sebuah foto kedua orang tuaku. Sebuah pigura berukuran sedang yang berisi foto lama mama dan papa yang sewaktu mereka mereka berlibur di Jogja. Rasa haru bercampur kerinduan kini merasuk kedalam hatiku.Aku mengambil pigura tersebut dan memandangnya cukup lama. Aku ingat foto ini ada di dalam kamar utama rumah peninggalan mendiang kedua orang tuaku yang kosong, aku tahu karena aku sediri yang meletakkannya kembali di sana setelah penyewa terakhir rumah itu keluar.Siapa yang sengaja mengambilnya da
Read more
Bab 115
"Selamat atas pernikahanmu, Alina." Ucapnya sambil mengulurkan tangan."Anda mengenalku?" Aku langsung mengerutkan kening."Tentu saja.""Ehm, terima kasih. Maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Refleks aku langsung bertanya padanya. ****Wanita itu mengulas senyum tipis lalu menaikkan salah satu sudut bibirnya. Entah mengapa, aku merasa tatapan matanya begitu dingin. Seakan berbeda dengan sikapnya yang ia tunjukkan saat ini.Mengenakan kebaya modern yang dipadukan dengan rok panjang, ditambah set perhiasan berlian yang menempel di tubuhnya membuat wanita itu terlihat berkelas. Meski kutaksir usianya sudah menginjak angka lima puluhan.Berulang kali ku coba mengingat wajahnya, aku yakin benar benar pernah mengenalnya. Namun, meskipun aku bersikeras, tetap saja memori ku begitu lemah untuk mengingatnya."Kau lupa padaku, padahal dulu kita pernah bertemu." Ucapnya."Benarkah?"gumamku langsung melirik ke arah Mas Reyhan. Raut wajah lelakiku itu masih nampak tegang, meski memaksakan
Read more
Bab 116
Satu persatu penghuni rumah ini akhirnya berkumpul di meja makan. Duduk di sebelahku ada Mbak Sita yang tengah menyuapi Diyara sementara Mas Reyhan asyik menyantap nasi gorengnya.Ponsel Mas Reyhan berdering sesaat setelah ia menyelesaikan sarapannya. Raut wajahnya seketika berubah ketika melihat ke layar ponselnya."Mas ada apa? Mengapa panggilan teleponnya tidak dijawab?" Tanyaku begitu melihat Mas Reyhan yang sengaja mengabaikan panggilan masuk ponselnya.****PoV ReyhanPonselku terus berdering, meski telah kuabaikan. Kucoba untuk bersikap setenang mungkin dihadapan Alina, agar tidak menimbulkan kecurigaannya. Aku enggan menerima panggilan telepon ini karena tak ingin mengundang masalah atau membuatnya khawatir.Mata Alina kembali melirik ketika ponselku kembali berbunyi. Namun, kali ini bukanlah panggilan telepon melainkan sebuah pesan WA yang masuk. Terpaksa, ku buka pesan itu di bawah tatapan mata Alina yang penuh tanya. Demi menghilangkan rasa penasarannya."Tak ada apa apa sa
Read more
Bab 117
"Baik, aku akan pergi, mas. Tapi, ingatlah, aku akan kembali." Balasnya dengan seringai tipis di wajahnya. Kututup rapat pintunya setelah memastikan ia keluar, segera ku keluarkan ponselku lalu menghubungi seseorang."Sudah sejauh mana penyelidikanmu, Fikri?" Tanyaku begitu panggilan telepon ini tersambung.***PoV Reyhan."Kau tak apa apa, Aisyah? Kau nampak sedikit tegang?" Tanyaku padanya saat kami tak sengaja bertemu di kantin.Aku dan Aisyah memang kuliah di satu universitas yang sama. Tepatnya satu tingkat diatasnya. Kami pertama kali bertemu ketika tak sengaja ia mengembalikan kartu mahasiswa milikku yang tertinggal di perpustakaan kampus. Melihatnya yang begitu pemalu dan pendiam, entah mengapa membuatku penasaran. Aku sadar sejak pertemuan pertama kami, pesonanya tak bisa kuabaikan.Aisyah gadis yang berbeda. Setidaknya itulah kesan pertamaku saat pertama kali melihatnya. Tak seperti para gadis lain yang kebanyakan selalu tebar pesona. Aisyah malah lebih suka menyendiri da
Read more
Bab 118
PoV Reyhan.Mataku mengerjab beberapa kali, entah mengapa kedatangan Erika ke kantor membuka kembali ingatan tentang Aisyah. Kutarik salah satu laci meja kerjaku. Laci bagian bawah kini terbuka, sebuah foto yang diambil beberapa tahun lalu kini sudah berada di tanganku. Sebuah foto yang memiliki kenangan manis untukku.Wajah Aisyah bersemu merah dengan senyuman yang begitu manis terlihat. Foto dengan latar belakang pagoda tinggi berlantai sembilan di pulau Kemaro, menjadi satu satunya foto dirinya yang masih kusimpan.Pulau Kemaro adalah sebuah tempat yang paling ingin dikunjungi oleh Aisyah semasa hidupnya, akupun mengabulkan keinginannya, ditemani tiga orang teman lain, kami berlibur ke Palembang beberapa hari.Kisah Pulau Kemaro dipercaya berasal dari legenda cinta seorang saudagar Tiongkok dan seorang putri Palembang. Sang saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An jatuh cinta kepada Siti Fatimah. Kisah cinta mereka yang berakhir tragis dan masih dikenang hingga sekarang menjadi daya t
Read more
Bab 119
Dari jarak sepuluh meter, aku melihat seorang wanita melangkah masuk ke arah lobby kantor. Kufokuskan pandangan menatapnya. Meskipun di tutupi kacamata hitam yang membingkai hampir sebagian wajahnya. Namun, garis wajahnya masih kuingat dengan jelas."Itu, Tante Nur ...? Untuk apa dia datang kesini?" Gumamku tanpa sadar.****Mataku masih terus menatapnya yang berjalan masuk ke dalam bangunan berlantai dua puluh itu, sambil menenteng tas H*rmes Birk*n dilengan kirinya. Ia lalu berdiri di hadapan resepsionis, entah apa tujuannya datang ke kantornya Mas Reyhan.Benakku kini mulai bertanya, ia tak mungkin datang kesini jika tanpa alasan. Perasaanku mulai tidak nyaman, entah mengapa aku merasakan kedatangan Tante Nur kemari memiliki niat yang tidak baik.Aku bingung, pikiranku mulai ragu. Haruskah aku mengabaikan kedatangannya atau menonjolkan rasa keingintahuanku akan tujuannya?Arloji ditanganku sudah menunjukkan pukul empat sore, itu artinya tak lama lagi para karyawan akan pulang. Hal
Read more
Bab 120
"Mbak, ruangan Pak Reyhan, ada dilantai berapa?" Tanyaku kemudian pada resepsionis wanita ini.***Aku memutuskan untuk menunggu saja di lobby, meskipun aku tahu jika Tante Nur pasti menemui Mas Reyhan di ruangannya. Entah mengapa, ada rasa takut di hati jika nantinya kedatanganku yang mendadak ke ruangan Mas Reyhan akan membuat mereka berdua tidak nyaman untuk bicara.Ku buang pandangan ke arah luar, menatap jalanan yang masih dipenuhi oleh kendaraan yang padat merayap. Meski wajahku terlihat tenang, Namun hatiku bergemuruh gelisah.Beberapa menit berlalu, namun, sosok yang kutunggu belum juga datang. Benakku kini mulai bertanya, apa yang sedang mereka bicarakan disana? Apakah ini ada hubungannya dengan Erika, Putri semata wayang Tante Nur?Sampai sekarang, Mas Reyhan masih belum terbuka dan menutupi siapa pengirim paket teror itu kepadaku. Ia beralasan jika hal itu tak akan ada lagi, dan memintaku untuk segera melupakannya. Kuakui, ucapannya benar, setelah menikah dan memboyong kami
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status