All Chapters of Wanita Yang Dicintai Suamiku: Chapter 131 - Chapter 140
169 Chapters
Bab 131
"Ayo nona. Kami tidak punya waktu banyak." Bentak kasar salah seorang dari mereka, membuatku terkejut."Siapa yang menyuruh kalian?" Aku membalas bentakannya."Anda akan tahu sendiri nanti. Karena itu ikut dengan kami dan berjalanlah ke arah mobil hitam di depan sana, jika tidak ingin kami bersikap kasar pada anda." Kembali tangannya menunjuk ke mobil minibus hitam di depan.****PoV ErikaAku melempar tatapan tajam pada mereka berdua. Tubuh kekar kedua pria ini benar benar menghalangi semua akses jalan kabur yang ku punya. Rasa takut masih membuat kedua kakiku gemetar, hingga menyulitkanku untuk berpikir cepat.Mobil hitam itu masih diam disana dan tak akan bergerak sebelum aku masuk. Sebisa mungkin aku masih mencoba berusaha untuk lari dari mereka. Jika saja aku bisa mengambil ponsel dan menekan tombol panggilan cepat yang sudah terprogram ke nomor mama. Tentu perasaanku akan sedikit lebih baik. Tapi, bagaimana caranya mengelabui mereka, karena sepertinya kedua pria ini adalah prem
Read more
Bab 132
"Beri aku satu bulan, Jeng Evelyn." Mama terdengar mengajaknya bernegosiasi."Aku sudah memberikan waktu satu minggu padamu. Jangan mencoba berkelit kali ini Nora karena aku tidak main main dengan ancamanku. Jika kau tak segera membayarnya, akan kulempar putrimu pada pria hidung belang yang haus bercinta itu.""Baiklah, akan kuusahakan, tapi kumohon jangan sakiti dia." Mama kembali memohon padanya.****PoV. Erika"Jika kau tidak ingin aku menyakiti putri kesayanganmu ini, maka cepat bayar hutangmu." Meski terdengar tenang namun, suara Tante Evelyn begitu menyakitkan di telingaku.Setelah mengatakan kalimat itu, wanita dengan rambut sebahu itu memutus sambungan teleponnya. Seringai tipis terlukis di wajahnya, seakan ingin memberitahu padaku akan kekesalannya."Tante!" Wajah Tante Evelyn mendongak, mengabaikan panggilanku, tatapan dingin ia perlihatkan, untuk sesaat kurasakan kakiku gemetar kembali kala melihat aura kejam yang seolah ingin diperlihatkannya dari balik sorot matanya yan
Read more
Bab 133
Sungguh, aku tak habis pikir kemana saja mama menghamburkannya?Mama benar-benar keterlaluan.Aku tak mau menjadi jaminan hutang mama, secepatnya aku harus mencari cara untuk kabur dari mereka. Apapun caranya mama harus menyelesaikan sendiri hutangnya karena aku tak mau jika nantinya hidupku akan berakhir menjadi mainan para lelaki hidung belang.***"Bu Alina, ini laporan penjualan dan daftar pesanan para reseller bulan ini." Lapor salah seorang staf kantorku siang ini."Oh, letakkan saja di sana, nanti akan kuperiksa." Jawabku singkat."Ada lagi?" Tanyaku karena kulihat ia masih berdiri di hadapanku."Ehm ... Anu bu." Ia tampak ragu."Kau ingin bicara sesuatu?" Aku menghentikan aktivitasku sejenak layar komputer ini dan segera mengalihkan pandangan padanya."Katakan!""Anu bu ... Bolehkah saya mengajukan pinjaman uang ke kantor. Saya akan mencicilnya setiap bulan." Mendengar perkataannya membuatku langsung mengerutkan kening. Wanita ini baru tiga bulan bekerja di kantorku dan sekar
Read more
Bab 134
Ia mengeluarkan ponselnya, kembali mengetik pesan disana. Entah mengapa, sedari tadi kulihat ia terus menerus gelisah.Aku masih memperhatikan dirinya. Risa nampak begitu gelisah, berkali kali kulihat ia mencengkram erat ponselnya, seakan ingin menghancurkannya. Hingga tanpa kusadari ketika mobilku berbelok, ada sebuah motor yang ditunggangi oleh dua orang pria bertubuh besar tiba tiba berhenti di depan dan menghentikan laju mobilku.****PoV. Reyhan."Terima kasih, akan ku cek email dari mu nanti, Fikri," Ucapku lalu memutuskan sambungan telepon.Baru saja hendak meletakkan ponsel ke atas meja, benda pipih itu kembali berdering. Spontan membuatku melirik demi mencari tahu siapa yang menghubungi selanjutnya.Sebuah pesan WA masuk secara bersamaan dengan panggilan telepon. Kulirik dilayar, sebuah nomor asing tertera disana. Meski hati penuh tanya. Namun, aku memilih menjawabnya.[Halo]" aku menyapa lebih dulu.[Aku ingin bicara denganmu, Reyhan. Satu jam lagi datanglah ke rumahku. Aku
Read more
Bab 135
"Apa yang sebenarnya terjadi, mas?" Melihat tubuh Alina yang berguncang. Aku meraihnya dalam dekapanku. Mengelus lembut punggungnya adalah hal yang selalu kulakukan untuk menenangkannya.""Tidak ada apa apa. Ayo kita pulang, sayang." Ucapku lembut lalu mengecup pucuk kepalanya.Melihat tubuh Alina yang masih gemetar, segera kugendong tubuhnya. Wanitaku ini tidak bicara apapun lagi. Sepertinya, kejadian yang barusan menimpanya, masih membuatnya shock. Melihat tubuhnya yang masih gemetar, tanpa sadar membuat tanganku kembali mengepal.****PoV Reyhan.Aku memandang Tante Nora tanpa berkedip, dadaku kembang kempis menahan murka. Rasanya ingin kupatahkan tangannya karena telah berani memanfaatkan istriku. Wajah wanita tua itu sedikit berubah pucat ketika aku keluar dari kamar ini sambil menggendong Alina, ia memalingkan wajahnya ketika pandangan mataku begitu intens menyerangnya.Ia masih berdiri dengan sisa keangkuhan yang tersisa dalam dirinya. Dalam hati aku mengutuk keadaan. Andai s
Read more
Bab 136
"Jika aku membantumu. Lalu, apa yang kudapat?""Apapun yang kau inginkan.""Baiklah, bagaimana jika yang kuinginkan adalah kepalamu. Apa kau akan memberikannya padaku?" Aku tersenyum miring. ****PoV Reyhan."Apa yang baru saja kau katakan?" Tanya Tante Nora spontan."Ke-kepala?""K-kau inginkan kepalaku?" Ucapnya seakan tak percaya.Mata Tante Nora menyipit tajam setelah mendengar perkataanku, mungkin ia tak menyangka jika ucapan sad!s seperti itu keluar dari mulutku. Ekor mataku melihat tangannya yang saling meremas dan wajah yang mulai menunjukkan rasa takut dan ketidak-nyamanan.Suasana ruangan seketika berbeda, ketegangan yang sudah terasa sejak tadi seakan bertambah tensinya. Aku tahu ucapanku tadi pasti membangkitkan emosinya.Dua orang pria yang diutus Bahar masih berdiri ditempatnya dalam posisi siaga. Menunggu tugas apapun yang akan kuberikan. Beberapa kali mereka melirik berharap agar aku bisa mengeluarkan satu perintah yang akan mereka lakukan.Tante Nora masih berdiri di
Read more
Bab 137
PoV Reyhan."Kau tidak apa-apa, sayang? Bagaimana dengan kepalamu? Apakah ada bagian yang sakit atau pusing?" Tanyaku begitu meletakkan tubuh Alina di kamar.Alina menggeleng pelan." Aku baik baik saja, mas.""Baguslah.""Nanti akan kuminta Bi Lastri untuk membawakan makanan untukmu. Istirahatlah, aku tahu kau begitu lelah hari ini." Ucapku sambil menarik selimut lalu mengecup lembut dahinya."Jangan pikirkan apapun. Aku hanya ingin kau beristirahat," ku ulang kembali ucapanku.Aku menggeser tubuh dari sisi Alina dan beranjak perlahan dari ranjang, membiarkan tubuhnya nyaman. Namun, baru saja membalik badan, suara Alina menginterupsi langkahku."Mas, kau mau kemana?" Pertanyaan Alina membuatku seketika menoleh. Wajahnya yang sayu dengan tatapan mata penuh tanya kini ia lemparkan padaku."Aku hanya ingin mandi. Kau mau ikut? Kita bisa mandi bersama, berendam bersama sekalian menghabiskan malam panas di bawah shower," Jawabku lembut sambil tersenyum penuh arti.Mendengar jawaban darik
Read more
Bab 138
"Tentu saja " jawab Tante Evelyn dengan penuh keyakinan.Seringai tipis lolos dari wajahku. Aku tahu hari ini akan segera datang. Hari dimana aku bisa membela Aisyah dan membuka semua takbir kejahatan Tante Nora selama ini.***PoV Reyhan."Ayo masuk," bentak Bang Togar sembari mendorong kasar punggung Erika.Mendapat perlakuan kasar, kedua manik mata Erika memandangku sayu seakan-akan meminta pertolongan, atau mungkin ingin melayangkan protes agar diperlakukan lebih baik. Entahlah, aku malas memperdulikannya.Wajah wanita itu tampak sedikit pucat dengan kantung mata yang tebal dan menggelap, rambut hitamnya yang biasanya tersentuh perawatan salon kini kusut seperti tak terurus. Aku memutar bola mata ketika ia menjerit karena merasa tak nyaman duduk bersebelahan dengan Bang Togar di jok belakang mobil. Mungkin ia tak menyangka akan duduk disebelah lelaki bertubuh besar dan kekar itu. Ah, mengapa rasanya terasa lucu. Membuatku menahan tawa.Mobil bergerak menuju ke sebuah rumah lain
Read more
Bab 139
Selagi Bi Lastri menahan Tante Nur di depan. Aku bergegas mengambil ponsel. Mengetik sebuah pesan WA untuk Mas Reyhan, tak lama, ponselku bergetar, lelakiku itu menelpon."Tunggu saja di rumah dan jangan biarkan ia masuk ke dalam, sebentar lagi aku akan tiba di rumah. " Pinta Mas Reyhan begitu panggilan teleponnya tersambung.****Aku menyimpan kembali ponselku. Ku lihat Bi Lastri membuka gorden sedikit. Cukup lama ia mengintip guna memastikan jika Tante Nur masih berdiri di depan pintu rumahku."Bagaimana bi, masih di depan orangnya?""Iya, mbak. Tuh masih berdiri di teras." Jawabnya."Bilang padanya kalau saya sedang tidak enak badan dan istirahat di kamar. Kalau dia mendesak, Bibi tarik ulur saja, karena sebentar lagi Mas Reyhan akan pulang.""Percaya sama bibi, mbak," tepuk Bi Lastri ke depan dadanya. Membuatku geli sekaligus gemas.Ah, ada-ada saja kelakuan asisten rumah tanggaku ini.Aku tersenyum melihat tingkahnya. Tak lama, Bi Lastri membalikkan badannya. Menghadap ke pintu.
Read more
Bab 140
Ah, banyak sekali pertanyaan dalam benakku ini. Sepertinya aku harus bersabar menunggu penjelasan dari Mas Reyhan. Karena tak mungkin lelakiku itu akan membeberkannya padaku semua yang terjadi di sini."Baiklah, aku setuju, tapi bawa aku menemui Erika.""Bagus. Itu pilihan yang tepat. Karena aku ingin mengakhiri semua ini." Jawab Mas Reyhan sambil melangkah menghampiriku.***Dua buah mobil bergerak beriringan memasuki halaman sebuah rumah. Untuk sesaat aku merasa nafasku tertahan. Seakan atmosfer tempat ini membuatku tak nyaman.Dari balik jendela, aku memperhatikan sekelilingku. Kelihatannya rumah ini cukup terawat dengan baik, nampak dari beberapa daun yang berguguran sudah terkumpul, sepertinya sudah ada orang yang menyapu dan membersihkan halaman rumah ini sebelum kedatangan kami.Awalnya, Mas Reyhan sedikit keberatan mengajakku. Namun, aku memaksa. Untunglah akhirnya ia bersedia membawaku setelah kedua bola mataku melotot marah padanya."Kau boleh ikut, tapi tetap berada di dek
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status