Semua Bab Life Hates Me: Bab 91 - Bab 100
120 Bab
Bab 91
Setelah pelajaran PENJAS berakhir, kami berganti baju ke seragam yang biasa dikenakan pada hari Sabtu, yaitu seragam pramuka. Murid-murid perempuan mengganti bajunya di dalam kelas sambil mengobrolkan hal-hal trivia."Freya, kamu betulan skoliosis? Coba lihat dong," tanya Celestine."Buat apa kalian mau lihat?" Aku bertanya balik kepada siswi berbadan besar itu.Terjadi keheningan selama sesaat. Keheningan ini membuat tatapan dari siswi-siswi lain yang menatap ke arah kami jadi terasa lebih jelas. Tampaknya mereka juga penasaran dan ingin melihat seperti apa punggung dari pengidap skoliosis."Penasaran saja. 'Kan di buku cuma dikasih lihat gambar tulang belakang tengkoraknya saja," jawab Celestine dengan santai."Kalian 'kan bisa melihatnya lewat internet. Ada banyak tuh foto orang skoliosis," balasku sambil melangkah mundur, memperluas jarak di antara kami.Christina, salah satu anggota geng Celestine yang tomboy itu melangkah mendahului kelompoknya. "Kalau bisa lihat secara langsung
Baca selengkapnya
Bab 92
"Cepat ke sini, Freya!" perintah bu Herlina, guru yang memergokiku berdiri di tempat yang berbahaya ini.Aku pun melangkahkan kakiku ke arah wanita yang berlari menghampiriku. Aku memanjat dinding beton yang memisahkan kami berdua. Begitu aku berada di tempat yang sama dengannya, bu Herlina mencengkeram kedua lenganku dan memarahiku."Kamu mau apa di sana? Kamu bukan mau melompat ke bawah, kan?" Dia membombardir aku dengan pertanyaan-pertanyaannya.Aku tidak menjawab pertanyaan bu Herlina dan hanya terdiam saja. 'Aku sempat mempunyai pikiran untuk melompat dari atap.' Kalau aku menjawab begitu, bu guru pasti akan jadi tambah panik."Ibu tahu kamu lagi menghadapi banyak kesulitan, tetapi tolong jangan coba-coba berpikir untuk bunuh diri, ya? Menggunakan solusi permanen untuk masalah yang sementara itu tidak sepadan," ujar bu Herlina sambil menatap mataku dengan intens.Kalau aku yang dulu mendengar kata-katanya barusan, mungkin aku akan termotivasi dan mengurungkan niatku untuk bunuh d
Baca selengkapnya
Bab 93
Aku langsung terbatuk-batuk setelah sensasi seperti tercekik itu menghilang. Pak Yeremia yang duduk di hadapanku terkejut karena aku tiba-tiba terbatuk-batuk. Dia bangkit dari kursinya dan beranjak ke sampingku."Kamu kenapa, Freya?" tanyanya dengan khawatir sambil menepuk-nepuk punggungku.Untung saja perasaan tidak nyaman pada tenggorokanku menghilang dengan cepat. Pak Yeremia menyuruhku untuk pergi ke UKS kalau aku masih merasa sakit. Akan tetapi, aku lebih memilih untuk pulang ke rumah saja.Kulangkahkan kakiku keluar dari ruangan yang tidak begitu luas itu. Aku berjalan melewati lorong yang sudah sepi karena sebagian besar murid sudah pulang ke rumahnya masing-masing.Aku menuruni tangga sambil memikirkan apa yang terjadi padaku beberapa saat yang lalu. 'Apa itu tadi? Apa aku berhalusinasi lagi? Atau jangan-jangan ... tadi itu ulah hantu yang punya dendam?'Aku bergidik ngeri saat menduga kalau kejadian itu merupakan suatu peristiwa supranatural. Aku menggeleng-gelengkan kepalak
Baca selengkapnya
Bab 94
Beberapa hari telah berlalu, hari-hari yang kulalui penuh cobaan berkat Celestine dan anggota gengnya. Tidak hanya mengusili dan mengejek aku, mereka bahkan memberi tahu guru IPA tentang skoliosisku.Aku jadi disuruh maju ke depan untuk menjelaskan kelainan tulang belakang ini. Celestine dan anggota gengnya pun menanyakan pertanyaan yang tidak sopan kepadaku, sedangkan beberapa siswa nakal lain menjadikan skoliosisku sebagai bahan candaan.Kuhembuskan napas berat dan mencoba melupakan kejadian yang tak mengenakan itu. Aku hanya akan semakin stress kalau memikirkan kenangan buruk itu terus. Kulangkahkan kakiku menuju tempat dudukku yang berada di baris paling belakang.Aku menatap permukaan mejaku yang dipenuhi oleh coretan spidol. Coretan-coretan itu berisikan hinaan dan celaan terhadapku. Aku membaca satu per satu tulsian yang menghiasi permukaan mejaku. Kata-kata yang menyakitkan itu tidak lagi melukai hatiku.Aku hanya menghembuskan napas panjang. Percuma juga kalau aku marah dan m
Baca selengkapnya
Author Note
Halo~ V I L di sini OwO/ Terima kasih kepada para pembaca yang sudah mengikuti dan mendukung novel keduaku yang berjudul "Life Hates Me" :D Pada author note ini, aku mau memberi tahu kalau aku akan hiatus selama 1 minggu. Selain karena mau fokus belajar untuk UTS, aku juga mau menjaga kesehatan mentalku. Nanti aku bisa stress kalau UTS sambil nulis novel yang penuh emotional damage ini :v Oleh karena itu, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanannya. Aku akan kembali melanjutkan novel ini sesudah UTS. Jadi, kuharap para pembaca bisa bersabar dan jangan kabur, ya :) V I L undur diri, sampai jumpa minggu depan ^^
Baca selengkapnya
Bab 95
Sore ini, aku membantu mama menyimpun barang-barang kami ke dalam koper. Kakak juga ikut membantu kami sambil mengeluh kenapa aku dan mama akan berangkat lagi, padahal kami baru saja berangkat beberapa minggu yang lalu."Aih ... baru juga waktu itu berangkat, masa mau berangkat lagi? Nanti aku sama papa makan nasi sama telur atau nasi goreng terus lagi lah?" Kakak bersungut-sungut."Ya, kalian tinggal beli makanan di luar saja," balas mama "Kalau kita berlama-lama, nanti skoliosis adikmu bisa tambah parah sampai harus dioperasi. Kamu mau?""Ya, tinggal operasi saja di sini lah. 'Kan langsung sembuh kalau habis dioperasi?" ucap kakak dengan nada tidak mau tahu.Aku menarik sebuah senyuman miring dan tertawa kecil saat mendengar kata-kata kakak yang tidak tahu apa-apa. 'Belum tahu dia berapa biaya operasi skoliosis dan risikonya. Kalau dia tahu, dia tidak mungkin akan berkata begitu.'"Kamu pikir biaya operasi skoliosis murah? Biayanya kurang lebih 100 juta lho! Mau bayar pakai apa kita
Baca selengkapnya
Bab 96
Keesokan harinya, aku dan mama berangkat meninggalkan kota kelahiranku. Kali ini kami tidak ke Surabaya lalu Malang lagi, kali ini kami ke Yogyakarta lalu Solo. Rumah Sakit di Solo terkenal bagus sehingga mama memutuskan untuk membuat brace skoliosisku di sana.Selama berada di Yogyakarta, kami berdua menginap di rumah kakaknya papa. Mereka sangat ramah kepada kami dan perhatian kepadaku, seperti keluarga kakaknya mama saat kami berada di Malang."Jadi, kapan kalian pergi ke Rumah Sakit Ortopedi Solo?" tanya tante yang duduk di depan mama."Lusa, kata kak Kadek besok sudah penuh, makanya lusa baru pergi ke sana," jawab mama sambil mengarahkan pandangannya ke paman.Pria yang duduk di depanku menganggukkan kepalanya. Kami lanjut membicarakan tentang rencana kami selama beberapa hari kedepan serta skoliosisku. Rasanya belakangan ini aku sering mendengar kelainan tulang belakang itu dibicarakan membuatku bosan."Hari ini kalian istirahat saja dulu, kalian pasti capek. Besok atau kapan-ka
Baca selengkapnya
Bab 97
Aku menghabiskan waktuku selama kurang lebih 2 minggu dengan rekreasi ke tempat wisata setempat. Paman dan tante mengajak aku dan mama jalan-jalan ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan tempat wisata lain.Awalnya tinggal di sini tidak terlalu membosankan karena hampir setiap hari jalan ke luar. Namun, lama-kelamaan mulai jadi membosankan setelah semua tempat rekreasi sudah kami kunjungi. Aku, mama, dan keluarga paman pun hanya berdiam diri di rumah saja.Hari demi hari; minggu demi minggu pun berlalu. Akhirnya mama mendapat telepon dari pihak Rumah Sakit Ortopedi Solo kalau brace skoliosisku sudah jadi. Kami diminta untuk mengambilnya sesegera mungkin."Brace-nya sudah jadi, Ma?" tanyaku memastikan apakah aku tidak salah dengar."Iya, Mama kasih tahu pamanmu dulu," jawab mama.Kuanggukkan kepalaku untuk merespons perkataannya. Kulihat mama bangkit dari ranjang dan melangkah keluar dari ruangan ini. Aku pun jadi sendirian di dalam kamar tidur yang sunyi dan sepi ini.Aku memutuskan
Baca selengkapnya
Bab 98
Aku membuka kelopak mataku yang berat dan melihat hitam pekat. Hari masih gelap, matahari masih belum terbit. Aku terbangun dari tidurku yang tidak nyenyak. Rasa sakit pada rusuk kananku membuat aku terbangun dan kesulitan tidur.Aku mengubah posisi tubuhku dari berbaring menjadi duduk di atas ranjang. Kuangkat tanganku dan memegangi tali yang mengeratkan brace skoliosisku. Aku sangat ingin membukanya dan melepaskan pelindung punggung ini.Bunyi yang cukup nyaring itu menggema ke sepenjuru ruangan saat aku melepaskan tali pengikat brace ini. Aku pun tersentak kaget dan mulai panik, takut kalau mama terbangun. Kuarahkan pandanganku ke arah mama yang tidur di sampingku."Kenapa kamu melepas brace-mu?" Suara mama terdengar lesu saat menanyakan pertanyaan itu.Jantungku berdebar dengan kencang saat mengetahui kalau mama terbangun dari tidurnya, pertanyaan yang barusan dia tanyakan pun tak kalah membuatku semakin panik. Aku takut dia akan marah kalau tahu aku melepas brace-ku."Rusuk kanan
Baca selengkapnya
Bab 99
Beberapa jam kemudian, akhirnya aku dan mama sampai di kota asal kami. Perjalanan udara yang memakan waktu hampir 4 jam itu terasa sangat lama karena tidak melakukan apa-apa. Kami dijemput oleh papa dengan menggunakan mobil."Freya~ Gimana kabarmu?" sapa papa."Baik, Pa," jawabku singkat."Brace-nya tidak nyaman, ya?" tanya papa lagi kepadaku.Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaannya. Papa yang berjalan di samping kananku pun menarik sebuah senyuman lembut lalu menepuk-nepuk pundakku, seolah-olah memberikan aku semangat.Kami memasukkan barang-barang bawaan kami ke bagasi mobil. Aku disuruh langsung masuk ke mobil dan tidak perlu membantu mama dan papa. Aku pun menuruti perintah mereka."Woi, mana oleh-oleh buat aku?" tanya kakak kepadaku.Baru saja masuk ke mobil, aku sudah ditagih buah tangan oleh kakak laki-lakiku. Kulemparkan sebuah senyuman kesal kepada pemuda yang duduk di jok depan. Kakak pun merespons aku dengan memutar matanya."Minta saja sama mama. Aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status