Lahat ng Kabanata ng Terjerat Gairah Arjuna: Kabanata 21 - Kabanata 30
102 Kabanata
21. Left and right
Sunday, when the week ends.Satu kali delapan belas jam, belum ada pesan balasan. Enam jam lagi bisa-bisa dilaporkan pada polisi. Atas hilangnya seseorang secara tiba-tiba. Mereka menyebutnya... ghosting? Polisi menangani masalah itu tidak? Kurang lebih ketika jarum jam singgah pada angka ananta, senantiasa berbaring di ranjang, si adam bernetra langit malam tengah itu menatap layar ponsel yang bahkan tiada notifikasi apapun—selain berita harian, itupun sudah berlalu.Dalam sebuah aplikasi sosial, ada satu kontak yang tersemat paling atas. Balon pesan terakhir berisi emoji hati. Dan belum ada respon apapun dari si penerima. Jika begini Juna malu jadinya. Juga bimbang, haruskah ia hapus saja? 'Arin kemana sih?' batin si alpha. Hidup Juna tidak pernah tenang semenjak mengenal Arina. Serasa naik Colossus yang berputar-putar, padahal menyentuh saja tidak pernah. Ingin menghalau keruhnya pikiran, Juna membuang napas
Magbasa pa
22. Perihal matlamat
05:53 pm"Arin, aku—" Juna hendak bicara. "Kakak, ayo masuk! Aku capek." Namun, bocah lelaki itu menginterupsi. 06:12 pm "Arin..." Kembali si pemuda membuka suara kala telah berada di dalam rumah sang pujaan. "Ya?" sahut Arin. "Kakak, dimana handuknya?" tanya anak kecil itu ketika melangkah menuju kamar mandi. 06:40 pm"Hei, aku—" Percobaan kesekian Juna untuk mengutarakan maksud kedatangan. "Kak, aku pakai baju yang mana?" Si putra mahkota meminta saran pada kakak perempuannya. 07:01 pm"Ar—" Satu kata belum selesai Juna ucapkan. "Kakak!" Dan adik Arin selalu punya cara untuk menghentikan. - - -"Akh!!"Tidak-tidak, bukan ini tujuan dari perjalanan panjang si adam hingga malam. Niatnya membangun hubungan lebih dekat dengan gadis pujaannya, bukan malah duduk bersampingan dengan seorang
Magbasa pa
23. Hug the stars
Arin tersedak. Sebenarnya sang puan sudah menelan kuah dari sendok Juna ketika si adik berteriak dari sofa tempatnya bersandar. Tapi rasa kuah itu ternyata lebih pedas dari dugaannya. Kedua alis Arin menaut, sedang matanya seketika berair. "Oh, kenapa? Nggak apa?" Nampak panik, Juna merendahkan diri di depan Arin. Menatap netra gadis itu, mencari tahu apa yang salah. Jika itu karena panas, ia tadi sudah meniupnya cukup lama. "Pedas," ucap Arin setelah mendapat segelas air mineral yang ia raih di meja. "Terlalu pedas? Harus aku tambahin air?" tanya Juna. Ia sudah mencicipi, namun ternyata beda pendapat dengan gadis di depannya. "Sedikit..." Arin pun mengudarakan ibu jari dan telunjuknya."Kak!"Ah, jangan lupakan orang terpenting di sana. Sudah memanggil-manggil ke sekian kalinya. Membuat sang kakak harus segera merespon sebelum dilempar teriakan berikutnya. Sementara Juna tak acuh lagi dan te
Magbasa pa
24. Dialog teman
Nyala di balik jendela dengan tirai terbuka adalah diorama angkasa yang dominan warna putih temaram. Seperti halnya kanvas sebagai tempat melukiskan kata, langit seolah siap menjadi tempat menggantungkan asa manusia. Yea, it's not always promising. Karena hujan terkadang menghapus jejak sesukanya.Nyala di ujung selimut kelabu mengantar melodi nyaring dari elektronik kecil nan pipih. Notifikasi yang setiap pagi datang namun seringkali diabaikan, alarm memang sesedih itu dalam bertugas membangunkan sang empunya. Gambar lonceng bertajuk 'PRESENTASI' itu tak lama digulir oleh jemari yang keluar dari kain tebal. "Ugh, lima menit lagi." Suara parau Arjuna terdengar meski konfigurasi belum sepenuhnya keluar dari selimut yang menutupi. Aksi yang mengejutkan kemudian dapat dilihat tepat dari plafon kamar. Juna tiba-tiba mengenyahkan kain penghangat tubuh sembari melotot dan menautkan kedua alisnya. Tangannya bergerilya meraih keberadaan ponsel. Karena alarm
Magbasa pa
25. Her fav caffe latte
Kring! Bukan pintu kaca yang ditoleh, tapi ponsel di meja barrier yang Juna periksa intens. Padahal jelas-jelas mode silent selalu disematkan pada tiap notifikasi ponselnya, dan amat kentara bahwa yang bergetar adalah genta kecil di atas pintu masuk kafe tongkrongan kaum muda. Usai menyadari tak kunjung ada kabar dari sang pujaan, Juna kembali mendongakkan kepala sembari menghela napas panjang. Rasanya sejak di kampus karbondioksida tak pernah sanggup menguapkan sesak dalam dadanya. Kelakuan Juna pun membuat rekan kerjanya melirik bingung pada lelaki itu. "Mas, caffe latte dua," ucap seorang gadis bersurai panjang dengan bandana di kepalanya. 'Arin?'Tidak-tidak, batin Juna tidak benar, meski yang terlukis di layar maya adalah raut manis sang kekasih yang menyukai caffe latte itu—ah, diksi kekasih akhir-akhir ini membawa euforia di benak Juna. Dan itu adalah masalah utama yang membuatnya kini bergeming tak mengacuhkan pesanan pembeli. Dua oniksnya terpaku pada si pemudi. Bisa-bisa
Magbasa pa
26. Sambung rasa
Ada yang menginginkan sebuah keajaiban malam ini? Lihatlah bintang di luar sedang bertaburan dengan cuma-cuma. Jikalau mereka jatuh satu per satu, lekatkan tanganmu dan batinkan keinginan pelan-pelan. Kalimat seperti, 'aku menginginkanmu, aku menginginkanmu... aku ingin menjadi satu-satunya milikmu... selamanya'. Tak perlu dilantangkan, cukup dibisikkan. Siapa tahu salah satunya berhasil didengar sang raja alam. Sementara di bidang daratan, dua pasang tapak suku berbalut sepatu melangkah konstan saling silang. Menempuh perjalanan manual usai turun dari mesin persegi panjang, Juna dan Arin berencana singgah di kursi hijau milik penjual nasi goreng tepi bulevar. Tepatnya di lajur pejalan, dekat gerai boba, sementara seberang utara adalah perguruan khusus ilmu terapan. "Kamu mikirin apa?"Masih sama-sama bergerak sebab belum sampai pada tujuan, Arin pun melempar tanya untuk membunuh sunyi di antara mereka. Ya, walaupun jalanan aspal belum juga lengang ditelan malam. Namun, trotoar dan
Magbasa pa
27. Four ways
Ada yang berdebu. Dipenuhi sarang laba pada ruji roda. Terparkir paling jauh dari gerbang, kendaraan merah itu akhir-akhir ini jarang disapa sang empunya. Tidak ada alasan lain selain mesin di dalamnya dingin, keropos, dan kering tanpa sapuan kasih sayang. Omong-omong soal kasih sayang. Ada juga yang dulu hampa, lembek, dan kosong tak bertuan. Orang menyebutnya hati, tapi Juna merasakan itu adalah ruang di dada juga di kepala. Sesuatu yang lebih luas daripada hati, jiwa. Dulu terbengkalai dan tak terawat oleh Arjuna Abisatya. Namun, tak perlu risau. Masalahnya sudah teratasi oleh semesta yang baik hati, yang mempertemukannya dengan afrodit laksmi. Yang hari ini berjanji untuk bertemu lagi. Sebelum benar-benar pergi, Juna menuruni tangga usai menalikan converse monokromnya dan mengunci pintu kamar indekos itu. Ia terhenti kala menoleh pada kendaraan merah miliknya yang menyendiri. Tak lama kemudian malah jentikkan jari yang Juna persembahkan. "Oke! Nanti gue perbaiki lo, Redeu!" gu
Magbasa pa
28. Tipe manusia
Dia mendapat apa yang diinginkan. Harinya berada di lingkup takdir semesta alam. Perputaran badan secara singkat di depan pintu kelas, beberapa kawan mungkin sempat melihat, mungkin juga abai dengan tingkah Arjuna. Dia sedang berbunga, terlepas dari tiga momentum pendekatan yang agaknya kurang bisa berjalan sempurna. Tak apa, setidaknya hati Juna terhibur oleh genggaman tangan yang rasanya masih saja menempel hingga sekarang, juga persetujuan tentang ajakan berkencan di akhir pekan. Hal-hal itulah yang serasa mekar di sekujur tubuh cowok tersebut, sementara kelopak kembang maya bertabur di setiap langkah kakinya menuju meja tersayang. "Lo mabuk? Jalan mleyot-mleyot gitu," cerca seorang taruna. Fantasi Juna menguap begitu saja kala suara tak asing menyapa gendang telinga. Terdengar tidak ramah sekali ucapan 'selamat pagi' dari sobat karibnya itu. Juna pun menggerutu pelan sebagai respon paling cepat versi dirinya. Entah karena resep kopi yang egois memeluk ruang memori, atau menu '
Magbasa pa
29. Love is not over
❬ DAC ❭+628952044xxxx| sumimasen, mau sebar kabar baik nih| Hello archers!Akhirnya kegiatan panahan kita tercinta bisa dilakukan lagi nih! Kapan tuh pelaksanaannya? Yuk, simak baik-baik info di bawah!📆 Sabtu⏰ 08:00-selesai📍 Lapangan yang baru terbuat dari batuJangan lupa datang dan ramaikan, guys! +628964402xxxx| Skuy skuy datang guys! +628112000xxxx| yeayyyBang Aa| Wihiii yang datang ditraktir mas 23M @Bang DamBang Dam| Gak| Aa tu seksi konsumtif+628952044xxxx| konsumsi anjirBang Dam| Ya gitu lahBang Aa| Lapangan kita dah keren guys| Wajib datang pokoknyaPemaparan di atas adalah penyebab getar beruntun yang mendera ponsel Juna. Informasi yang tertera membuat ia berpikir ulang. Pasalnya ada agenda lain yang semestinya Juna lakukan di hari yang sama. Namun, tidak enak juga jika harus absen pada aktivitas klub yang sudah lama minim kegiatan karena lapangan yang sedang dibangun ulang.Siang menuju keburitan, kelas kuliah kedua hari ini baru saja selesai. Beriri
Magbasa pa
30. Titik abu-abu
Orang-orang baik tapi pemaksa, terkadang mereka juga loyal pada sesama. Sebenarnya bingung juga mendeskripsikan enam manusia yang senantiasa di sisi pemuda berdarah campuran itu. Marven, dia sendiri juga sering menabung tanya akan hal tersebut. Manusia memang sulit dipatok dengan satu sifat saja, ia baru menyadari itu. Duduk di salah satu sofa, Marven memandang empat cowok yang sibuk dengan kebutuhannya masing-masing. Beranjak malam, dua yang lain sedang berbincang dengan para bintang atau bagaimana? Tidak biasanya absen tampang. Dengan alasan satu-dua patah kata entah mengapa basecamp mereka akhir-akhir ini sering terisi. Kubus 4x4 persegi di belakang minimarket adalah tempat berkumpul tujuh mahasiswa itu—entah siapa yang menemukan pertama kali, tapi hingga sekarang menjadi persinggahan favorite mereka. Ingin menebak plot twist-nya? Mungkin jadi bangunan tua itu milik keluarga pun atau kenalan salah satu dari mereka. Tempat lain yang juga sering dikunjungi adalah area paling beri
Magbasa pa
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status