Semua Bab Jerat Cinta Masa Lalu: Bab 21 - Bab 30
81 Bab
Rencana Yang Terlewat
Dylan pulang ke rumahnya dengan rasa lelah yang membelit tubuhnya. Seluruh lampu sudah padam. Artinya, ibu dan adik perempuannya, Nania sudah tidur. Ya, Dylan sudah terbiasa pulang dalam kondisi seluruh lampu rumah sudah padam. Mereka memang jarang bertemu ketika malam, mereka lebih sering bertemu saat pagi. Ketika pukul 04.00 ibunya akan terbangun untuk melaksanakan sholat tahajud dan menyempatkan mengaji sedikit sembari menunggu waktu subuh. Setelah itu, beliau akan mulai disibukan dengan urusan rumah tangga. Memasak sarapan untuk Dylan dan adiknya yang masih SMA, dan segala macam kesibukan rumah lainnya.Dylan menghempaskan tubuh di atas kasurnya yang terasa nyaman. Ia melonggarkan dasi yang sejak pagi menecekik lehernya. Ia bersyukur seluruh pekerjaannya hari ini lancar tanpa hambatan. Meski setiap hari ia akan meneysal karena belum sempat menyelesaikan kasus ayahnya pasca tragedi kecelakaan yang menimpa Alexa. Ah, mengingat gadis itu membuat Dylan melayangkan ingatannya pada Laur
Baca selengkapnya
Toko Bunga Dan Pertemuan Tak Terduga
Sudah satu minggu berlalu sejak hari itu. sejak pertemuan pertama Laura dengan Dylan. Sejak mereka saling bertukar pikiran dan saling menguatkan. Laura sudah tak pernah bertemu lagi dengan laki-laki itu. Beberapa kali ia diam-diam datang berkunjung ke rumah sakit, tapi Dylan juga tak pernah terlihat di sana. Entahlah. Kemana perginya laki-laki itu. Mungkin ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Bisa jadi juga, hari itu adalah pertemuan pertama dan terakhir Laura dengan Dylan. Laura tak mau ambil pusing dan memikirkannya. Ia hanya ingin fokus pada hubungannya dengan Raynald. Berusaha untuk tetap menjaga semuanya agar tak ada yang berubah atau merasa ada yang berubah “Mik, duluan ya.” Sore itu, Laura pamit pada rekan kerjanya untuk pulang lebih awal. Ia sudah menyelesaikan pekerjaannya. Biasanya jika pekerjaannya selesai lebih awal seperti ini, Laura akan menghabiskan waktu di tempat kerjanya. Sekadar cerita-cerita atau menemani kawannya lembur. Ia bersyukur mendapatkan pekerjaan ini y
Baca selengkapnya
Misi Baru
Pagi pukul 07:00, untuk pertama kalinya Laura sudah siap untuk berangkat ke kantor. Tapi sebelum itu, hari ini sudah memiliki rencana untuk memulai misinya bersama Dylan. Malam tadi, sepulang dari pertemuan mereka, sebuah pesan masuk ke ponsel Laura. Dari nomor asing yang ternyata milik Dylan. Laki-laki itu memintanya untuk datang lebih pagi ke rumah sakit, esok hari. Maka hari ini, Laura bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah selesai berdandan, Laura keluar dari kamarnya untuk berpamitan dengan ibunya. “Kok tumben pagi banget, Lau?” Mama Laura yang sedang sibuk menata sarapan tentu saja merasa terkejut. Pasalnya ini kali pertama Laura berangkat sepagi ini selama bekerja. Jam operasional kantor Laura adalah jam sembilan pagi. Biasanya, Laura akan berangkat satu jam sebelumnya. Siaga ketika terjadi macet, ia tak akan terlambat. “Iya, Ma. Laura ada perlu.” Laura tak berniat menjelaskan lebih lanjut karena hal itu hanya akan memperpanjang waktu dan membuatnya terlambat. Ia lantas mer
Baca selengkapnya
Pertanyaan Tak Terjawab
Alexa meraba tulisan tangannya yang tercetak pada buku pemberian Laura. Sejujurnya ia tak ingat apa-apa tentang buku ini. Ia tak ingat pernah membeli atau memberikannya pada seseorang. Terlebih, ia tak ingat pernah menulis sesuatu semacam itu.“Selamat karena sudah memenangkan kasus penggelapan dana Rumah Sakit Nami. Bekerja keraslah, tapi jangan lupa bersenang-senang.”Kalimat itu terdengar penuh perhatian dan manis ketika ia membacanya. Tapi, untuk siapakah kira-kira ia mengirimkan pesan itu? Kasus penggelapan dana? Bukankah seharusnya ia mengirimkan ini untuk seseorang yang bekerja dibidang hukum? Apakah ia mengenal seseorang yang bekerja di sana? Alexa mendesah. Ia mengalihkan pandangannya ke jendela besar yang berada di kamarnya. Menatap langit yang biru di luar sana. Sungguh, ia merasa benar-benar aneh terhadap dirinya yang sekarang. Bukan sekali dua kali ia merasa kosong. Terkadang Alexa merasa ingin bertemu dengan seseorang. Ia rindu, tapi …. ia bahkan tak tahu pada siapa rind
Baca selengkapnya
Tentang Pertemuan Diam-Diam
Raynald menghentikan mobilnya di depan rumah Laura. Hari sudah malam. Jam sudah menjukkan pukul 21:05. Tapi ia merasa harus berkunjung. Hari ini adalah hari ulang tahun ibu Laura. Setidaknya, ia harus menebus kesalahannya pada Laura karena sudah tak menemaninya mencarikan hadiah ulang tahun untuk ibunya. Raynald mematikan mesin mobil, membuka seat belt, dan meraih buket bunga mawar yang diletakkannya di kursi samping kemudi, lantas keluar dari mobilnya. Ia tahu, jam segini Laura dan ibunya masih belum tidur. Mereka biasanya akan tidur ketika sudah menunjukkan pukul 22:00. Raynald mendekati pintu dan mengetuknya tiga kali. Tak berapa lama, knop pintu berputar dan seseorang meuncul dari baliknya.“Ray?!” seru Ibu Laura, begitu tak menyangka dengan kehadrian Raynald di rumahnya.“Malam, ma. Selamat ulang tahun.” Ia menyodorkan sebuket bunga mawar merah ke hadapan ibu Laura. Perempuan itu seketika merasa teranjung dan menekan dadanya yang menghangat.“Ya ampun, terima kasih lho.” Beliau
Baca selengkapnya
Penerimaan
Laura bangkit dari tempat tidurnya dan meraih ponsel yang tadi diletakkannya di nakas, samping tempat tidur. Ia menimang-nimang untuk mengirim pesan singkat kepada Raynald. Setelah kepergiannya tadi dari rumah Laura, ia tak pernah tenang memikirkan Raynald. Laki-laki itu sedang diselimuti emosi. Ia takut terjadi apa-apa pada Raynald. Bahkan ia tak memberi Laura kesempatan untuk sekadar menjelaskan. Setelah Laura membenarkan pertanyaan Raynald tentang pertemuannya dengan Dylan di luar rumah sakit, laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya dengan tiba-tiba. Menyentakkan Laura yang bergelayut pada tubuhnya. Sekeras apa pun Laura mengejarnya, Raynald tak juga menghentikan langkah. Ia mantap berjalan dengan langkah-langkah lebarnya menghampiri mobilnya dan hilang di dalamnya. Laura terus mencoba mengejar Raynald. Diketuknya jendela mobil beberapa kali, tetap saja Raynald seolah tak melihat keberadaannya. Emosinya terlihat jelas dari raut wajahnya. Laura bahkan sempat merasa takut. Ia ben
Baca selengkapnya
Kepanikan Dylan
Laura kembali terbangun ketika waktu menunjukkan pukul 08:00. Sejenak ia diam di atas tempat tidurnya. Merasakan sakit di kepalanya yang sepertinya sudah sedikit berkurang . Perlahan ia mencoba bergerak duduk dan kembali meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasurnya. Ada 8 pesan dan 13 misscall. Laura meringis melihat notifikasi di ponselnya. Ia membuka panggilan masuk di ponselnya. 10 panggilan dari Raynald, 1 dari Angel, dan 2 di antaranya dari Dylan. Laura menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia beralih pada notifikasi pesan yang masuk. Ada 3 pesan dari Raynald yang menanyakan kondisinya dan memintanya menghubunginya kembali jika sudah lebih enakan. Dua pesan dari Angel. Laura membuka pesan itu dan membaca isinya.From: Angel Lau, kamu sakit? Sakit apaan? Anemia lagi?Pesan singkat pertama yang dikirmkan rekannya itu. Lalu tak lama berselang, pesan kedua masuk.From : AngelYa udah kamu istirahat ya. Biar aku yang urus kerjaan.Bunyi pesan kedua. Laura bersyuku
Baca selengkapnya
Salah Paham
Dylan mendudukkan Laura di samping kursi kemudi dan memasangkan seatbelt untuknya. Setelah itu, ia memutari bagian depan mobilnya dan duduk di kursi kemudi. Sejenak ia berpikir mau dibawa kemana wanita di sampingnya ini? Laura ngotot tak tingin dibawa ke rumah sakit, sementara Dylan tak tahu sama sekali di mana rumah Laura. Tiba-tiba sebuah ide hinggap di atas kepalanya. Dengan cepat ditariknya tas tangan perempuan itu dan ia memutuskan untuk membongkar seluruh isinya. Mencari-cari ponsel Laura. Cepat Ia membuka kontak Laura dan menemukan nama Raynald di sana yang diapit dua buah hati. Ragu-ragu, Dylan akhirnya mengontak nomor itu. Sebenarnya ia takut akan terjadi kesalah pahaman antara ia dan Raynald. Namun ia sama sekali tak punya pilihan lain. Maka ketika panggilannya dijawab oleh Raynald, Dylan memutuskan untuk to the point. “Saya Dylan. Saya butuh bantuan kamu, rumah Laura di mana?” ujar Dylan tiba-tiba. Karena tak ada jawaban dari seberang sana, Dylan kembali mengulangi kalimat
Baca selengkapnya
Tak Bisa Ditorerir
Raynald masih dapat mendengar jeritan Laura ketika ia menghampiri laki-laki yang terpelanting di atas lantai karena hantamannya. Ia tak dapat lagi menahan emosi yang memuncak di ubun-ubunnya ketika melihat Dylan memperlakukan Laura begitu hangat. Dylan hendak bangkit ketika Raynald terlebih dahulu mencegah gerakkannya. Mendorongnya kembali ke atas lantai dan menarik kerah bajunya dengan berang. Matanya melotot tajam. Napasnya memburu. Entah karena ia habis berlari atau karena rasa sakit di dalam hati yang dideranya ketika melihat adegan mesra Laura dengan laki-laki di depannya ini. Yang mencengkram tangannya begitu kuat untuk mencegahnya menghajar wajahnya kembali. Tepat saat itu, Raynald merasa seseorang menarik tangannya dari belakang. Suara Laura yang tadi tenggelam karena emosinya, perlahan timbul kembali dan Raynald mulai kembali ke alam sadarnya. Perlahan, cengkramannya di kerah baju Dylan mengendur. Perlahan ia melangkah mundur. Masih menatap Dylan dengan penuh kebencian. Ia l
Baca selengkapnya
Perasaan Tak Biasa
Raynald melangkah dengan perasaan carut marut. Ia masuk ke dalam kamarnya yang gelap dan menutup pintu. Menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang. Duduk termenung memikirkan semuanya. Hatinya masih sangat sakit setiap kali mengingat bagaimana Dylan memperlakukan Laura. Dan sakitnya bertambah kian parah ketika mengingat bagaimana Laura lebih membela laki-laki itu ketimbang dirinya. Raynald meraup wajahnya dengan kedua tangannya dan merebahkan tubuh di atas kasur. Pikirannya sedang tak karuan. Segala kemungkinan-kemungkinan buruk terus saja berkelebat di dalamnya. Ia sungguh tak ingin apa yang pernah terjadi pada Alexa, kembali terjadi pada Laura. Ia masih sangat ingat bagaimana cemasnya ketika mendapat telepone dari Dylan, mengabarkan kalau Laura pingsan. Raynald bahkan tak mengatakan apa-apa pada Alexa. Ia bergegas meninggalkan rumah sakit. Berlari menyusuri koirdor, melajukan mobilnya dengan ugal-ugalan. Dan kembali berlari ketika ia tiba di rumah perempuan itu. Tapi apa yang didapat? ia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status