Jerat Cinta Masa Lalu

Jerat Cinta Masa Lalu

last updateLast Updated : 2023-01-06
By:  SYAHHARBANU MCOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
81Chapters
4.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Raynald sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk melamar kekasihnya, Laura. Namun, sebelum ia sempat menyematkan cincin di jari manis perempuan itu, dering telepone membuyarkan segalanya. Alexandra, mantan kekasih Reynald baru saja tersadar dari koma setelah dua tahun berjuang antara hidup dan mati. Sayangnya Alexa harus kehilangan sebagian ingatannya. Ia terjebak pada kenangan masa lalu saat dirinya masih bersama Reynald. Bahkan Dylan, calon suaminya sendiri tak pernah ada di ingatan Alexa. Untuk menghindari Alexa masuk kembali ke masa kritisnya, Reynald mau tak mau harus merelakan rencana pertunangannya dan membantu kepulihan Alexa dengan berpura-pura menjadi kekasihnya kembali. Reynlad pikir, semua akan berjalan lancar. Sayangnya, semua tak sesuai rencana ketika Laura sang kekasih, justru menjalin hubungan dengan Dylan, calon suami Alexa.

View More

Chapter 1

Orang Asing

“Lexa ... Alexa kamu dengar, Ibu? Lexa?” 

Alexa merasa kepalanya berdenyut seakan mau pecah. Mual. Perutnya seperti diaduk dan seolah ingin memuntahkan isinya. Dengan hati-hati dan berusaha menahan rasa sakit yang mendera kepalanya, Alexa mengerjapkan matanya dengan lemah. Seluruhnya masih Nampak samar. Atap dan dinding yang putih menyergap matanya. Lantas, wajah seorang wanita tiba-tiba berada di atasnya. Ia menatap wanita paruh baya itu dengan mata memicing menahan sinar lampu yang menusuk matanya, berusaha agar wajahnya terlihat jelas. Lama kelamaan, ketika pandangannya mulai menajam, Alexa tahu, bahwa perempuan itu adalah ibunya. 

 Perempuan itu tersenyum, menatapnya penuh haru. “Dokter!” serunya seraya tergopoh-keluar dari ruang tempat Alexa terbaring. 

Alexa mengalihkan pandangannya. Ia menatap sekeliling. Ia bukannya tak tahu saat ini  sedang berada di rumah sakit. Tapi yang ia benar-benar tidak tahu adalah atas alasan apa yang sudah membuatnya tertidur di tempat ini dengan selang infuse tersemat di lengan kanannya dan sebuah oksigen yang membekap mulutnya. Tapi rasanya, ia masih terlalu lemah untuk bertanya.

Tak berapa lama, pintu ruangan itu kembali terbuka. Ibunya kembali menerobos masuk ke dalam ruangan, kali ini beliau datang bersama seorang dokter dan dua orang perawat yang setengah berlari. Di belakang mereka semua, seorang laki-laki berkemeja putih lengan panjang juga turut datang dengan wajah tak kalah khawatir. Alexa tak tahu siapa dia. Mungkin dokter muda yang magang di rumah sakit ini? Kepalanya masih terlalu sakit untuk diajak berpikir. 

Seorang dokter yang tadi datang bersama ibunya mendekatinya dan mulai melakukan pemeriksaan ini dan itu. Alexa di paksa membuka mata dan mengarahkan senter ke sana. Dua kancing bajunya di buka dan sebuah stetoskop di letakkan di dadanya. Dinginnya besi itu benar-benar terasa mencubit kulit Alexa.

 

"Halo, Alexa, kamu bisa mendengar saya? Kalau terlalu sulit untuk menjawab, cukup kedipkan mata kamu sekali saja." Tanya Dokter tersebut sembari memberi intruksi. Alexa yang merasa masih sangat lemah pada seluruh tubuhnya, mengikuti instruksi yang diberikan. Mengedipkan matanya sekali. Dan ketika ia membukanya lagi, semua orang yang berada di sana nampak mengembuskan napas lega dan tersenyum penuh syukur. Bahkan Alexa sempat melihat air mata menitik di wajah ibunya. 

“Sukurlah kalau begitu,” ucap sang dokter. Beliau lantas mencondongkan tubuhnya sedikit mendekat ke Alexa. Wajah tampannya tersenyum penuh ketulusan. “Alexa, selamat datang kembali. Kamu baru saja melewati masa kritis kamu setelah berjuang dari komamu selama dua tahun.”

Sungguh, Alexa terkejut mendengarnya. Dua tahun? Bukankah itu waktu yang sangat lama? Kenapa rasanya, Alexa seperti baru tertidur kemarin? Dan bukankah itu artinya, saat ini ia sudah berusia 30 tahun? Rasanya Alexa masih belum bisa menerima kenyataan ia telah melewati dua kali ulang tahunnya begitu saja tanpa kenangan yang berarti. Ah, bicara soal kenangan, tiba-tiba saja ia teriangat pada seseorang.

Alexa menyapukan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang bisa digapai matanya. Tapi, ia tak menemukan siapa yang dicarinya. Dimana dia? Alexa mencoba menggerakkan tangannya, meminta agar ibunya lebih mendekat. Tanpa diminta dua kali, ibunya segera mendekati kasur tempatny aterbaring dan memasang telinganya baik-baik untuk mendengarkan kalimat Alexa yang begitu lemah.

 “Ray?” hanya satu kata itu yang mampu keluar dari bibir Alexa. Ia terlalu lemah untuk bicara banyak. Tapi sayangnya, ibunya tak mendengar kalimatnya.

 “Apa sayang?” Tanya ibunya yang semakin mendekatkan telinganya ke mulut Alexa. Susah payah, Alexa mengumpulkan kekuatannya untuk kembali bicara. dibasahinya bibir yang terasa kering dan ditariknya napas dalam-dalam sebelum kembali bertanya.

 “Ray … nald? Mana?”

Entah benar atau tidak dugaannya. Setelah mengatakan itu, ia merasa ibunya terlihat begitu terkejut dan menjauh darinya beberapa langkah. Alexa tak mengerti mengapa satu nama itu membuat ibunya begitu terkejut. BUkankah beliau mengenal siapa pemilik nama itu? Bukankah beliau sudah sangat akrab dengannya? Lalu kenapa beliau terlihat begitu tegang? Beberapa pasang mata di dalam ruangan itu seolah menunggu ibunya mengatakan sesuatu. Tapi wanita itu tak kunjung bicara. Ia mengalihkan pandangannya, menoleh ke kiri dan ke kanan untuk  mencari-cari seseorang di dalam ruangan itu, lalu tak lama, ia membawa laki-laki berkemeja putih itu mendekat dengannya.

“Alexa … kasih tahu ibu. Ini, siapa?” 

Pertanyaan itu. Pertanyaan yang sama yang sejak tadi ingin ditanyakan Alexa pada ibunya. Perlahan, mata Alexa beralih menatap laki-laki itu. Menatapnya begitu lekat. Begitu dalam. Mencoba mencari-cari di dalam memorinya tentang laki-laki di hadapannya itu. laki-laki berkulit putih dan berbadan tegap menjulang. Namun, ia benar-benar tak tahu. Sepertinya ini adalah pertemuan pertama mereka karena Alexa benar-benar tak mengenali sosok di depannya. Mendadak, kepalanya terasa sangat sakit seolah dihantam benda keras. Alexa spontan menutup matanya, bahkan sinar lampu di ruangannya pun seolah  menusuk matanya, menambah rasa sakit yang mendera kepalanya. Alexa mengeluh dalam hati. Kenapa hanya sekadar mengingat saja membuat kepalanya terasa seperti dipukul benda tumpul? Apakah ada yang salah dengannya? Saat itu, dokter Alexa kembali mendekat dan mencegahnya melanjutkan mengingat.

 “Oke, Lexa, kalau kamu tidak sanggup, kamu tidak perlu memaksa dulu,” ucapnya menenangkan. 

Perlahan, Alexa membuka matanya dan menatap dokter itu sekilas, lalu kembali beralih pada laki-laki berkemeja putih di depannya. Laki-laki yang nampak tak kalah kusut dengan ibunya. Laki-laki yang terlihat lelah dengan kantung mata yang mulai menghitam melingkar di sekitar matanya. Laki-laki yang menaruh harapan penuh padanya agar ia bisa mengingat sedikit saja tentangnya. 

Namun, Alexa menyerah. Ia tak mampu mengingat siapa pria itu. Ia beralih menatap sang ibu dan menggeleng lemah. Membuat laki-laki berkemeja putih itu menunduk dalam dengan penuh kecewa. Tapi, dengan tiba-tiba ia menegakkan kembali tubuhnya dan menghampiri dokter yang berada di sisi ibu Alexa. Dicengkramnya kerah jas dokter itu dengan kasar dan ditarik mendekat ke arahnya. Seolah hilang kendali, ia mulai membentak pada sang dokter.

“Apa yang terjadi sama Alexa? Kenapa dia tidak bisa mengingat saya, tapi bisa mengingat ibunya? Jelaskan pada saya!”

Alexa sedikit terkejut melihat reaksi laki-laki itu. Ia dapat melihat bagaimana cengkraman itu begitu kuat hingga buku-buku tangannya memerah. Sorot matanya bahkan penuh kemarahan dan napasnya memburu. Alexa jadi semakin bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya laki-laki ini? Bukankah seharusnya yang bertindak seperti itu adalah Raynald? Kekasihnya yang bahkan tak menampakan diri hari ini. Apakah seseorang sudah mengabari laki-laki itu kalau dirinya sudah tersadar hari ini?

 

“Tenang dulu, Dylan. Seperti yang pernah saya jelaskan sebelumnya, kita baru bisa tahu kondisi pasti Alexa setelah dia tersadar dari komanya. Kami akan melakukan pemeriksaan kembali untuk tahu pasti apa yang terjadi pada Alexa.”

Alexa mencoba mengingat-ingat apa kata dokter itu beberapa detik lalu. Siapa katanya nama laki-laki itu? Dy … lan? Dylan. Apakah ia telah melupakan sesuatu tentang nama itu?

*** 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
81 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status