Lahat ng Kabanata ng Kubiarkan Suamiku Selingkuh, Karena Tidak Ingin Bercerai. : Kabanata 11 - Kabanata 20
29 Kabanata
Menyerah untuk kebahagiaan
“Aku tidak boleh seperti ini! Aku harus segera pergi.” tekadnya meyakinkan. Alesya tanpa pikir panjang berlari secepat kilat. Aidan menghambur keluar namun tidak lagi melihat sosok Alesya ditepi jalan. “Dia pasti kabur, dasar!” gerutunya seraya kembali kemobil. Alesya ternyata tidak pergi, ia bersembunyi dibelakang pohon sambil memegang dadanya yang seperti tercabik-cabik. Dan tanpa sadar airmatanya menetes. “ Eh? Air apa ini? Apakah hujan?” tanyanya, ia menundukan kepalanya dan menahan isak tangisnya. “Tidak jangan lagi, tolong biarkan airmata ini jatuh untuk yang terakhir,” lirihnya pasrah. *** “Berhenti disini saja!”pinta Morin. Aidan menginjak rem, dan mempersilahkan Morin turun. “Aku akan segera menyiapkan laporan yang tertunda tadi, malam ini!” Ucapnya saat Morin membuka sabuk pengamannya. “Apakah ingin singgah sebentar? Dan menyelesaikan bersama?” saran Morin. “Tidak perlu! Isteri saya pasti sedang menunggu dirumah,” sambungnya, seraya tersenyum. “Baiklah, kalau begitu.
Magbasa pa
Pelukan yang tidak sengaja
“Mama dan papa malam ini tidak tidur disini. Jadi aku akan tidur dikamar sebelah,” beritahunya sambil bergegas keluar setelah mengambil pakaian gantinya. “Hei...”panggil Alesya, ia juga mengepalkan tanganya. Namun raut wajahnya dalam keadaan tenang. “Ada apa?” sahut Aidan dingin. “Tidak ada!” Alesya menutup pintu segera. Ia masih mengepalkan tangannya dengan senyum kecut. “ Ini sudah berakhir! Tolong tidak usah dipikirkan lagi,” tekadnya menyemangati. Burung mencericip dari luar jendela, menandakan pagi telah tiba. Sejak kejadian tadi malam Alesya menjadi sulit tidur. Ia bangun perlahan dengan keadaan kurang fit. Tok tok tok! Alesya tidak mengindahkan ketukan pintu, ia kembali berselubung diselimutnya. “Rasakan! Siapa suruh tidur dikamar lain.” Batinnya menggerundel. “Aidan, nak. Bangun sudah pagi!” panggil buk Mutia. Alesya melompat dari tempat tidurnya mendengar suara orang yang dia tidak sukai dan langsung merapikan diri. Ia membuka pintu dan mendapati wajah buk Mutia beruba
Magbasa pa
Memulai hari pertama bekerja
“Kenapa tidak mengetuk pintu dari depan saja!?” celetuknya. “Aku sudah mengetuk dan memanggil! Jadi tidak perlu bertanya lagi. Ayo kita keluar dari sini.” usul Alesya yang tidak ingin membuang waktu.“Kalau begitu, ikut sarapan denganku!” ajak Aidan.“Kau saja! harini aku mulai kerja. Jadi, aku tidak ingin terlambat,” tolak Alesya.“Baiklah aku tidak akan memaksa!” Aidan berjalan keluar.“Tunggu sebentar!” cegat Alesya menhampiri Aidan.“Kau berubah pikiran?” ucapnya mengangkat alis sebelah.Alesya merapikan rambut Aidan yang acak-acakan.Aidan dengan sigap menepis tangan Alesya dengan cepat. “Apa yang kau lakukan?”“Aku tadi berbohong kepada ibumu, mengatakan kau tadi sedang mandi! jadi, kau harus rapi!” paparnya seraya tersenyum. “Tidak perlu! Aku bisa merapikan sendiri. Dan mulai sekarang jangan menyentuhku sembarangan lagi!” sergah Aidan dan langsung membalikan badannya sembari mengambil pakaian yang akan dikenakannya.Alesya menoleh jam dinding, ternyata sudah menujukkan pukul
Magbasa pa
Tidak seperti yang diharapkan
“Jika ada yang mau ditanya, kamu bisa datang keruanganku, baiklah kalau begitu saya pamit.” timpalnya dengan tersenyum ramah. “Huft aneh, bukankah dia tadi bersikap kasar? Manusia memang tidak bisa diprediksi,” celetuk Alesya menggelengkan kepalanya. Aleysa membuka pintu ruangan-nya yang selama ini ia impikan, “Akhirnya aku bisa bekerja,” ucap batin-nya yang kembali bersemangat. Dan perlahan membuka pintu dengan penuh harap. Namun Pemandangan yang ia harapkan pupus sudah dengan apa yang telah dilihatnya didepan mata, orang-orang didalam tampak seperti benang kusut, dan dibawah mata mereka menghitam seolah tidak tidur selama berhari-hari. “Maaf... sepertinya salah ruangan.” Alesya menutup pintu lalu memencubit tangannya. “Aduh sakit,” ringisnya kesakitan dan kembali membuka pintu penuh harapan bahwa yang tadi dilihatnya hanyalah khayalan. “Hei kau anak baru? Buruan kesini, bantu aku memprint berkas ini!” pinta pria jangkung yang tampak semrawut itu. “Shit... Ini bukan khayalan!
Magbasa pa
Perayaan untuk mendekatkan diri.
Ditempat restoran sederhana, karyawan perusahaan tempat Alesya bekerja sudah berkumpul dengan lengkap. Ada Zenith lelaki jangkung. Ezan, lelaki kekar berotot yang mengenakan kacamata. Dan juga Misilla wanita tinggi putih seksi yang menjadi pewawancara atas perekrutan karyawan baru. Dan terakhir ada Carla wanita sederhana berkacamata yang mempunyai semangat membara, ia telah memberi energi positif kepada Alesya saat pertama kali bertemu.Zenith berdiri dihadapan semuanya. “Baiklah semua sudah berkumpul! Terimakasih telah menyempatkan waktu, untuk menyambut karyawan baru kita, Semoga pekerjaan kita yang menumpuk dapat berkurang!” ucapnya dengan khidmat.“Apa-apaan pidato suram ini,” batin Alesya merasa terbebani.“Dan mulai saat ini kita akan berjuang bersama, dan jika diibaratkan satu tubuh lima jiwa. Susah senang kita akan selalu hadapi bersama,” ocehnya tidak berhenti.“Kata-katanya sangat memberi tekanan, tolong seseorang hentikan dia...” batin Alesya berteriak tidak tahan, dan ingi
Magbasa pa
Saat bosku bertemu suamiku
“Kau!! Apa yang telah kau lakukan padanya?” serang Aidan yang salah paham, dikarenakan tampilan Alesya yang acak-acakan. Hingga Alesya akan terjatuh kelantai, namun Grey menahannya dengan memegang tangannya Alesya. Melihat aksi tersebut, Aidan semakin berang, dan akan mendaratkan pukulannya kembali, namun ditangkis Grey dengan cepat. “Kau telah salah paham!” ucapnya dingin. Dan menoleh ke arah Maisan yang hendak masuk kerumah “Tolong, bawa dia masuk kekamar!” pintanya kepada Maisan. Maisan hanya mengangguk setuju, ia memapah masuk Alesya yang sudah tidak sadar dengan yang terjadi. “Wah, hebat kau sungguh tidak punya malu? Apa kau selingkuhanya?!” Pembuluh darah Aidan tampak tegang dilehernya. “Enak saja! saya Direktur diperusahaan tempat isteri anda bekerja. Namun tidak sengaja bertemu dijalan, saya lihat dia sendirian sempoyongan dijalan, jadi saya mengantarnya pulang!” terangnya yang tidak ingin disalahpahami. Aidan terkulai lemas, ia sedikit lega dengan apa yang telah didengarn
Magbasa pa
Salah paham!
“Sarapan dulu!” ajak Pak Lutfi dengan ramah. “Dikantor saja Pa, Alesya sudah telat nih!” ujarnya pamit beranjak pergi.Buk Mutia tidak menjawab, ia malah asyik berbincang-bincang dengan Maisan.“Bagaimana? Apa film yang ditonton bersama Aidan seru?” jerengnya agar Aleysa mendengar, namun bukannya terganggu Alesya malah pergi begitu saja.“Jelas seru dong Ma, buktinya Maisan sangat serius menontonnya, hingga tidak bisa diajak bicara!” balas Aidan mencoba berusaha menjawab pertanyaan yang dilontarkan bukan untuknya, untuk menggoda Maisan. “Apaan sih kamu ini!” Maisan angkat bicara dengan malu-malu.“Kalian berdua sangat lucu!” sambung Pak Lutfi dengan penuh kebahagiaan.***Grey tengah menimbang-nimbang proyek apa yang akan kali ini diambilnya sembari memegang secarik kertas, ia mencoba menghubungi Erriot seketarisnya. “Kau datang kesini! dan bawa karyawan baru bernama Alesya!” ketusnya menyudahi telepon.“Katanya, kantor kita akan mengurangi karyawan,” gosip seseorang karyawan wanita
Magbasa pa
Memutuskan untuk menerima hati yang lain?
“Itu berarti saya masih bekerja disini?” berulang kali Alesya bertanya agar ia tidak salah dengar.“Kalau tidak, untuk apa saya kasih kamu berkas ini! Atau kamu memang suka dipecat?” ucap Grey memegang keningnya yang tidak bisa berkata-kata lagi.“Oh jadi begitu.. Baik Pak, terimakasih saya akan bekerja lebih keras untuk proyek ini!” Alesya spontan menjabat tangan Grey lalu bersalaman dengan wajah Ceria.Grey malah ikutan menjabat tangan Alesya seolah terhipnotis, ia juga memaksakan senyumnya mengikuti irama goncangan tangan Alesya yang bersemangat. “Sudah jabat tanganya?” ucap Grey pasrah memasang wajah dingin.“Maaf Pak saya terlalu semangat,” akunya sembari pamit keluar dengan tersenyum lebar.Grey yang tadi bersikap dingin, tersenyum simpul tanpa sadar ia juga menatap tangannya yang bekas genggaman Alesya.***“Semua dengarkan! Ini ada tugas dari Direktur untuk besok lusa, jadi saya disuruh menyerahkan kepada Zenith untuk Dianalisa terlebih dahulu” paparnya menyerahkan kertas yang
Magbasa pa
Penyesalan datang terlambat!
“Aku harap kau tidak mengatakan apapun perihal kemandulanku kepada siapapun dan juga aku sudah menyerah dan tidak ingin melakukan terapi lagi!” Akhirnya apa yang hendak dikatakan Aleysa terlontar juga.“Baiklah, kalau itu maumu!”Arvin menyetujui tanpa bertanya lebih lanjut lagi.***Aidan dan Zellius telah berada di Caffe tempat mereka bertemu, dan sudah duduk saling berhadapan. “Dilihat dari ekspresimu, kau telah melakukan hal memalukan kepada buk Morin?” tebak Zellius santai.“Dengarkan terlebih dahulu... tadi tidak sengaja aku mengajak Buk Morin keluar malam ini,” bebernya dengan wajah bak benang kusut.Zellius tersenyum mendengar hal tersebut. “Berani juga kau!” godanya mencolek pipi Aidan.“Jangan menyentuhku sembarangan!” Aidan menepis jari Zellius yang kurus itu.“Jadi, bagaimana apa dia setuju?” tanya Zellius bersemangat.“Aku malah mengatakan kepadanya, bahwasanya itu hanya kesalahpahaman,” ucap Aidan memasang wajah kusut.Bibir Zellius semakin mengembang. “Kau kecewa? Salahk
Magbasa pa
Pesta Halloween pertama
“Apa katamu?! Kalau begitu ceraikan saja anakku!” teriaknya penuh amarah mengejar Alesya. “Sudahla Ma...” Pak Lutfi menahan tangan Buk Mutia lalu mencoba menenangkannya. *** Alesya telah sampai di restoran milik Misami sekaligus tempat tinggalnya. “Misaminya ada?” tanyanya kepada salah satu karyawan wanita. “Kau lama sekali!” Yang disambut Misami dari depan pintu masuk keruangannya. “Ada urusan tadi,” dalihnya seperti tidak terjadi apa-apa. “Oh kukira terjadi sesuatu, kalau begitu ayo masuk kekamarku!” Misami membukakan pintu dengan tidak sabar, mendorong Alesya masuk. Bokong Alesya telah meluncur disela-sela tempat tidur, Ia melihat tampilan Misami sangat berani dengan costum gadis iblis ketat hingga tercetak lekuk tubuhnya. dan pernak pernik diwajahnya. “Kau yakin berpenampilan seperti itu?” Pandangnya menatap keseluruhan tubuh Misami. “Kau juga berani sekali membeli costum seperti ini!” Tunjuk Misami ke samping kanan Alesya yang telah mengeluarkan kostumnya. “Ini imut, maka
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status