Ditempat restoran sederhana, karyawan perusahaan tempat Alesya bekerja sudah berkumpul dengan lengkap. Ada Zenith lelaki jangkung. Ezan, lelaki kekar berotot yang mengenakan kacamata. Dan juga Misilla wanita tinggi putih seksi yang menjadi pewawancara atas perekrutan karyawan baru. Dan terakhir ada Carla wanita sederhana berkacamata yang mempunyai semangat membara, ia telah memberi energi positif kepada Alesya saat pertama kali bertemu.Zenith berdiri dihadapan semuanya. “Baiklah semua sudah berkumpul! Terimakasih telah menyempatkan waktu, untuk menyambut karyawan baru kita, Semoga pekerjaan kita yang menumpuk dapat berkurang!” ucapnya dengan khidmat.“Apa-apaan pidato suram ini,” batin Alesya merasa terbebani.“Dan mulai saat ini kita akan berjuang bersama, dan jika diibaratkan satu tubuh lima jiwa. Susah senang kita akan selalu hadapi bersama,” ocehnya tidak berhenti.“Kata-katanya sangat memberi tekanan, tolong seseorang hentikan dia...” batin Alesya berteriak tidak tahan, dan ingi
“Kau!! Apa yang telah kau lakukan padanya?” serang Aidan yang salah paham, dikarenakan tampilan Alesya yang acak-acakan. Hingga Alesya akan terjatuh kelantai, namun Grey menahannya dengan memegang tangannya Alesya. Melihat aksi tersebut, Aidan semakin berang, dan akan mendaratkan pukulannya kembali, namun ditangkis Grey dengan cepat. “Kau telah salah paham!” ucapnya dingin. Dan menoleh ke arah Maisan yang hendak masuk kerumah “Tolong, bawa dia masuk kekamar!” pintanya kepada Maisan. Maisan hanya mengangguk setuju, ia memapah masuk Alesya yang sudah tidak sadar dengan yang terjadi. “Wah, hebat kau sungguh tidak punya malu? Apa kau selingkuhanya?!” Pembuluh darah Aidan tampak tegang dilehernya. “Enak saja! saya Direktur diperusahaan tempat isteri anda bekerja. Namun tidak sengaja bertemu dijalan, saya lihat dia sendirian sempoyongan dijalan, jadi saya mengantarnya pulang!” terangnya yang tidak ingin disalahpahami. Aidan terkulai lemas, ia sedikit lega dengan apa yang telah didengarn
“Sarapan dulu!” ajak Pak Lutfi dengan ramah. “Dikantor saja Pa, Alesya sudah telat nih!” ujarnya pamit beranjak pergi.Buk Mutia tidak menjawab, ia malah asyik berbincang-bincang dengan Maisan.“Bagaimana? Apa film yang ditonton bersama Aidan seru?” jerengnya agar Aleysa mendengar, namun bukannya terganggu Alesya malah pergi begitu saja.“Jelas seru dong Ma, buktinya Maisan sangat serius menontonnya, hingga tidak bisa diajak bicara!” balas Aidan mencoba berusaha menjawab pertanyaan yang dilontarkan bukan untuknya, untuk menggoda Maisan. “Apaan sih kamu ini!” Maisan angkat bicara dengan malu-malu.“Kalian berdua sangat lucu!” sambung Pak Lutfi dengan penuh kebahagiaan.***Grey tengah menimbang-nimbang proyek apa yang akan kali ini diambilnya sembari memegang secarik kertas, ia mencoba menghubungi Erriot seketarisnya. “Kau datang kesini! dan bawa karyawan baru bernama Alesya!” ketusnya menyudahi telepon.“Katanya, kantor kita akan mengurangi karyawan,” gosip seseorang karyawan wanita
“Itu berarti saya masih bekerja disini?” berulang kali Alesya bertanya agar ia tidak salah dengar.“Kalau tidak, untuk apa saya kasih kamu berkas ini! Atau kamu memang suka dipecat?” ucap Grey memegang keningnya yang tidak bisa berkata-kata lagi.“Oh jadi begitu.. Baik Pak, terimakasih saya akan bekerja lebih keras untuk proyek ini!” Alesya spontan menjabat tangan Grey lalu bersalaman dengan wajah Ceria.Grey malah ikutan menjabat tangan Alesya seolah terhipnotis, ia juga memaksakan senyumnya mengikuti irama goncangan tangan Alesya yang bersemangat. “Sudah jabat tanganya?” ucap Grey pasrah memasang wajah dingin.“Maaf Pak saya terlalu semangat,” akunya sembari pamit keluar dengan tersenyum lebar.Grey yang tadi bersikap dingin, tersenyum simpul tanpa sadar ia juga menatap tangannya yang bekas genggaman Alesya.***“Semua dengarkan! Ini ada tugas dari Direktur untuk besok lusa, jadi saya disuruh menyerahkan kepada Zenith untuk Dianalisa terlebih dahulu” paparnya menyerahkan kertas yang
“Aku harap kau tidak mengatakan apapun perihal kemandulanku kepada siapapun dan juga aku sudah menyerah dan tidak ingin melakukan terapi lagi!” Akhirnya apa yang hendak dikatakan Aleysa terlontar juga.“Baiklah, kalau itu maumu!”Arvin menyetujui tanpa bertanya lebih lanjut lagi.***Aidan dan Zellius telah berada di Caffe tempat mereka bertemu, dan sudah duduk saling berhadapan. “Dilihat dari ekspresimu, kau telah melakukan hal memalukan kepada buk Morin?” tebak Zellius santai.“Dengarkan terlebih dahulu... tadi tidak sengaja aku mengajak Buk Morin keluar malam ini,” bebernya dengan wajah bak benang kusut.Zellius tersenyum mendengar hal tersebut. “Berani juga kau!” godanya mencolek pipi Aidan.“Jangan menyentuhku sembarangan!” Aidan menepis jari Zellius yang kurus itu.“Jadi, bagaimana apa dia setuju?” tanya Zellius bersemangat.“Aku malah mengatakan kepadanya, bahwasanya itu hanya kesalahpahaman,” ucap Aidan memasang wajah kusut.Bibir Zellius semakin mengembang. “Kau kecewa? Salahk
“Apa katamu?! Kalau begitu ceraikan saja anakku!” teriaknya penuh amarah mengejar Alesya. “Sudahla Ma...” Pak Lutfi menahan tangan Buk Mutia lalu mencoba menenangkannya. *** Alesya telah sampai di restoran milik Misami sekaligus tempat tinggalnya. “Misaminya ada?” tanyanya kepada salah satu karyawan wanita. “Kau lama sekali!” Yang disambut Misami dari depan pintu masuk keruangannya. “Ada urusan tadi,” dalihnya seperti tidak terjadi apa-apa. “Oh kukira terjadi sesuatu, kalau begitu ayo masuk kekamarku!” Misami membukakan pintu dengan tidak sabar, mendorong Alesya masuk. Bokong Alesya telah meluncur disela-sela tempat tidur, Ia melihat tampilan Misami sangat berani dengan costum gadis iblis ketat hingga tercetak lekuk tubuhnya. dan pernak pernik diwajahnya. “Kau yakin berpenampilan seperti itu?” Pandangnya menatap keseluruhan tubuh Misami. “Kau juga berani sekali membeli costum seperti ini!” Tunjuk Misami ke samping kanan Alesya yang telah mengeluarkan kostumnya. “Ini imut, maka
“Sudahla tidak usah banyak bicara, Antarkan aku ketempat dudukku! ” timpalnya dengan wajah ketus seakan risih. “Baik, ikuti aku!” Ajak Dino memegang lengan Grey.“Tanganmu kau taruh dimana?” sindir Grey agar dilepaskan.“Kau ini pemalu sekali!” goda Dino sengaja membuat Grey geli.“Mulutmu seperti wanita!” ejek Grey yang tidak mau kalah.“Wah, jadi selama ini kau menganggap ku wanita, aduh aku jadi khawatir.” timpal Dino menutup dadanya seolah sedang dilecehkan.Alesya sudah mendengar percakapan menjijikkan mereka, walau Grey tidak sadar bahwa dia telah berada dibelakang mereka, karena ingin menanyakan toilet dimana. Ia mencoba masuk dalam percakapan mereka. “Apa kalian saling menyukai?” tanyanya tanpa menyapa terlebih dahulu.“Astaga, kaget aku!” ucap Dino spontan sembari memeluk erat leher Grey. Semakin membuat Alesya salah paham dan menggoda bosnya. “Aku tidak lihat apa-apa, lanjutkan bermesraannya.” Alesya tersenyum geli meninggalkan mereka berdua.“Hey kau salah paham! Ini tidak
“Aku akan bercerai dengan isteriku! Dan singkatnya kami sudah tidak bersama selama tiga bulan, dan sekarang tinggal menunggu persetujuannya!” jelasnya tersenyum kecut. “Kalau begitu ayo kita pacaran, lalu, segera selesaikan hubunganmu dengan isterimu.” Balas Morin lirih, matanya juga sudah berkaca-kaca seolah ingin menangis. Akhrinya penantian panjangnya terbayarkan juga, karena sudah sejak sekolah menengah Morin menaruh perasaan kepada Aidan. *** “Kalian berdua kemana saja? aku lelah mencari tahu!” rengek Misami lesu. “Aku tadi mencari angin segar, dan tidak sengaja bertemu dengan Pak Grey diatap, jadi kami mengobrol sebentar tentang pekerjaan!” terangnya yang tidak ingin disalahpahami. “Oh benarkah?” Dino datang tiba-tiba menaruh curiga kepada mereka. Ia melipatkan tangannya didada sembari memperhatikan Grey. “Kenapa wajahmu merah begitu? Apa yang telah kalian lakukan dibelakang kami?” Iterogasinya ingin mendapatkan cerita menarik. “Ayo mulai acaramu sekarang!” dalih Grey menye