Semua Bab MENIKAH DENGAN SULTAN: Bab 11 - Bab 20
78 Bab
Bab 11
[Mi, aku minta waktu paling sedikit satu bulan untuk membawanya bertemu denganmu. Malam ini aku tak bisa datang, kalian makan malam saja dengan keluargan Anggenila karena sudah telanjur janji/ Bilang saja, aku sedang di luar kota dan tidak bisa pulang.]        Akhirnya pesan itulah yang Wira kirimkan pada Mami---perempuan yang begitu dihormatinya. Gawai Wira kembali bergetar, nomor Mami kembali muncul dan melakukakan panggilan. Wira dengan sigap mengangkatnya. Baginya Mami adalah perempuan yang layak dihormati. Wira tahu semua keputusannya adalah yang terbaik untuknya.        “Wira! Oke, Mami berikan kamu waktu satu bulan untuk membawa gadis yang kamu rasa bisa mendampingimu. Namun, tolong hargai Mami. Malam ini datanglah meski sebentar, Mami tidak akan membahas apapun terkait masalah pertunangan. Ini akan menjadi makan malam biasa.” Mami berkata penuh penekanan. Wira tahu, Mami t
Baca selengkapnya
Bab 12
Dua orang berseragam polisi mendekat, lalu menatap Wira dan mengeluarkan surat penangkapan.        “Berdasarkan laporan dari Ibu Tasya, kami harus menangkap Anda. Silakan jelaskan semuanya di kantor polisi!” ucap polisi tersebut sambil mengeluarkan borgol.       Tanpa disangka, Rinai menghadang kedua polisi itu. Dia menatap kedua lelaki berseragam itu dengan penuh permohonan.        “Bapak polisi yang terhormat, tolong dengarkan penjelasan saya! Saya menjadi saksi bagaimana kejadian itu terjadi sebetulnya! Bang Wira gak salah, Tasya dan Tisya yang duluan mencari masalah. Mereka membully saya, Bang Wira hanya berusaha menolong,” ucap Rinai. Dia berharap polisi itu bisa mengerti dan mendengarkannya.        Kedua sudut bibir Wira tertarik sempurna. Ada rasa yang tak bisa diartikan ketik
Baca selengkapnya
Bab 13
Wira menatap sederet tulisan itu dengan seksama. Rasa khawatir mencuat. Bagaimanapun, dirinya tidak bisa menghubungi Rinai. Gadis itu tak memiliki alat komunikasi.    [Tolong cari tahu keberadaan Rinai. Saya segera kembali.]    Petugas polisi tersebut baru saja menyelesaikan panggilan teleponnya. Dia berjalan dengan mimic wajah sangat terkejut.   “S—selamat siang P—Pak W—Wira!” ucapnya sedikit terbata. Begitu rupanya tatanan kehidupan di sini. Hanya orang-orang yang berharta yang dianggap.    Wira menatap dingin.    “Jadi bagaimana, Pak? Bisakan saya di antar kembali ke tempat yang tadi?” ucap Wira datar.    “Bisa, Pak! Sangat bisa. M
Baca selengkapnya
Bab 14
Mobil mewah yang dikendarai Rinai berpapasan dengan mobil xenia second yang dikendarai oleh Tasya yang baru saja pulang dari kantor polisi. Mereka tadi mampir dulu ke minimarket untuk membeli kebutuhan bulanan, sehingga datang tidak berbarengan dengan mobil polisi yang mengantar Wira pulang.      “Widihhh, Sya! Mobil siapa tuh, keren bingitsss! Rendi kali, Sya?” Tisya menatap mobil SUV super mewah yang berpapasan dengan mereka.     “Masa, sih Mas Rendi? Tadi baru teleponan dia lagi sibuk katanya,” Tasya ikut menatap mobil mewah itu dari kaca spion miliknya.      “Wah berarti ada bibit super tajir lainnya di kawasan kita, siapa tau jodoh Mbak, Sya!” Tisya tersenyum senang.   &n
Baca selengkapnya
Bab 15
Rendi dan Tasya baru saja selesai melakukan hal terlarang itu lagi. Keduanya keluar dari kamar hotel bergandengan tangan. Sejak tadi Tasya meracau meminta agar pacarnya itu segera menangkap kembali pemulung menyebalkan itu ke dalam penjara.    “Iya, Sayang! Nanti aku hubungi teman kenalan polisiku yang lain.”    “Janji, ya!” rengek Tasya.    “Iya, pasti,” jawab Rendi.    “Makasih ya, Sayang! Hari ini kamu hebat banget. Oh iya, Ini mobil baru buat kamu!” ucap Rendi sambil menyodorkan kunci mobil pada kekasihnya.   “Ini masih atas nama perusahaan Dharma Grup, Mas?” Tasya mendelik.    Rendi menggeleng. Bagaimanapun semenjak k
Baca selengkapnya
Bab 16
Wira mendekat, kedua polisi itu saling melirik memberikan isyarat. Tasya dengan lantang memberitahu pada kedua polisi tersebut tentang siapa yang datang.         “Pak, polisi! Silakan tangkap lelaki miskin yang songong itu, Pak! Dia yang sudah merusak mobil yang dihadiahkan kekasih saya hari itu!” ucap Tasya sambil menyeringai.          “J—Jangan!” pekik Rendi gemetar. Dia maju dan menepuk kedua pundak polisi yang memang temannya itu bergantian.         “K—kita s—salah orang! Ayo pergi!” ucapnya gemetar. Apalagi Wira menatapnya denga tajam.          Rinai menatap heran pada sosok lelaki yang sejak tadi diam itu. Bahkan tampak wajahnya pucat dan mimiknya ketakutan. Kedua polisi itu pun saling pandang, lalu menatap Rendi yang sejak awal ba
Baca selengkapnya
Bab 17
“Eh, apa maksudnya?” Wajah Rinai mulai bersemu. Dia pun bukan gadis bodoh yang tidak bisa merasakan perhatian Wira yang berlebih akhir-akhir ini.     “Makanlah dulu … usai makan aku akan bicara sesuatu,” ucap Wira sambil menopang dagu dan menatap wajah manis itu yang tengah menyuap malu-malu.     “Bicara saja sekarang, Bang!” Rinai menjadi gugup ditatap sedekat itu oleh Wira membuat rasa dalam dada seolah melompat-lompat tak karuan.     Wira malah tersenyum, membuat Rinai semakin salah tingkah dibuatnya.     “Nanti, nunggu kamu kelar makan dulu,” ucap Wira bersikukuh.     “Ehmmm.” Akhirnya hanya it
Baca selengkapnya
Bab 18
Wajah Rendi memucat ketika memasuki ruangan tersebut. Tampak Wira duduk pada kursi goyang di ujung meja bundar yang tersedia. Wajahnya tampak dingin dengan rahang tegas dan tatapan bak mata elang.     Di sebelah kanan Wira, duduk Satrio yang merupakan tangan kanannya. Sementara itu, di sebelah kirinya tampak Bu Ernia---Kepala HRD&GA Dhrama Grup yang sudah siap dengan setumpukkan berkas. Di samping Bu Ernia, duduk dengan wajah dingin dan mencekam Pak Handika---seorang lawyer yang selama ini membantu Dharma Grup dalam setiap pengambilan keputusan hukum.     “Selamat pagi!” Rendi menyapa semuanya. Dadanya berdentum hebat. Keringat dingin terasa membasahi telapak tangannya.     “Selamat pagi, Pak Rendi! Silakan duduk!” titah Bu Ernia mempersilakan Rendi yang kini bahk
Baca selengkapnya
Bab 19
Rinai berganti pakaian di ruang ganti. Dress maroon kali ini pilihannya. Dia mencoba mengepas pakaian itu dan benar-benar memang cocok di badannya. Rinai memutar-mutar tubuhnya di depan cermin besar yang ada di sana. Lalu merapikan rambutnya. Rinai bersiap keluar dari kamar ganti dan memberikan kejutan untuk Wira.    Tirai tempatnya berganti pakaian dibukanya. Wira yang tengah menunduk memainkan gawai menoleh ke arahnya. Kedua netranya tak berkedip menatap seorang bidadari yang tengah berdiri dengan wajah bingung. Akan tetapi Wira segera menguasai dirinya. Dia mengalihkan pandangan pada setumpuk pakaian lainnya. Dengan gaun yang tampak cantik itu, wajah Rinai tampak semakin berseri meskipun tanpa make up.    “Bang, bagus gak?” tanyanya polos.    “Hmmm.” Hanya sebuah anggukan beserta deheman terlontar. Namu
Baca selengkapnya
Bab 20
Mami menatap foto yang tengah ramai di sosial media. Postingan netizen tentang putra semata wayangnya yang tengah menggandeng seorang gadis dengan pakaian lusuh. Posisi di mana saat Rinai hendak mengganti pakaian di sebuah toko di mall ternama itu menyebar cepat. Wajah Wira terlihat jelas, sedangkan Rinai hanya tampak samping itu pun wajahnya tertutup oleh beberapa helai rambut.    Gawai mahal milik Mami ramai dibanjiri chat oleh para jejaring sosialitanya. Wanita dengan model pakaian yang anggun itu memijit pelipisnya. Hatinya sesak melihat beberapa komentar miring teman-teman sosialita. Bahkan ada yang langsung menawarkan putri mereka agar dipertemukan dengan Wira.    Mami sengaja menunggu Wira yang memang belum pulang. Dirinya cukup kesal pada putra kesayangannya itu. Wira menolak dijodohkan dengan Angel yang sudah jelas bibit, bebet dan bobotnya. Angel juga cantic, seksi dan b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status