Semua Bab Perfect Mommy : Bab 11 - Bab 20
71 Bab
Apa Ini Karma
Malam ini El dan Freya bersiap membawa Cia untuk pulang ke Indonesia. Mereka berdua tidak dapat meninggalkan anak-anak mereka lama-lama. Lagi pula, lebih aman jika Cia berada di dekat keluarganya. “Tidak mungkin kita membawa Cia pulang langsung ke rumah mama dan papa.” Freya sadar harus menjelaskan pelan-pelan pada papanya. “Sementara Cia akan tinggal di rumah kita, sampai kita bisa menjelaskan pelan-pelan pada papa.” El harus mencari waktu yang pas untuk mengatakan pada mertuanya itu. Freya mengangguk. Merasa apa yang dikatakan suaminya ada benarnya. Jika rumahnya yang paling aman dari pada tempat lain. “Aku masih heran melihat Noah yang tiba-tiba ingin bertanggung jawab.” Sampai detik ini, Freya masih memikirkan hal itu. El tersenyum. Kemarin, setelah kejadian di mana Noah menawarkan diri, dia masih menyempatkan diri mengobrol dengan temannya itu. “Apa yang membuatmu ingin menawarkan diri? Bu
Baca selengkapnya
Maafkan Aku
Daddy Bryan yang melihat temannya sebegitu terluka hanya bisa terdiam. Netranya menatap sang istri yang sedang duduk menenangkan temannya. Kejadian Cia sama dengan sang istri. Dia membayangkan jika mungkin orang tua istrinya itu ada, mungkin sama terlukanya dengan temannya saat ini. Ada sedikit terbesit penyesalan di hatinya. Namun, beruntungnya semua sudah terbayar dengan kebahagiaan keluarga mereka.“Sabar. Kamu harus kuat. Jika kamu saja lemah, apa jadinya Cia? Dia butuh dukungan.” Daddy Bryan membelai bahu temannya. Mencoba menenangkan. Felix yang menangis, menghapus air matanya. Anaknya mungkin lebih butuh dirinya. Apalagi sampai sang anak tidak berani pulang untuk menemuinya. Pastinya anaknya takut jika mama dan papanya marah.“Kamu harus kuat. Jangan tinggalkan dia sendiri.” Mommy Shea menatap temannya. Dia tahu bagaimana rasanya dulu sendirian. Tak ada tumpuan untuknya bersandar. Apalagi saat hamil. Mama Chika menatap
Baca selengkapnya
Pemeriksaan Kehamilan
Pagi ini, Cia berniat untuk memeriksakan kandungannya ke dokter. Sejak mendapati dirinya hamil, Cia belum pernah memeriksakan kandungannya. Saat keluar samar-samar, dia mendengar suara si kembar-anak dari kakaknya. Suara terdengar ramai sekali. Rasa penasarannya membawanya mengayunkan langkahnya. Menuruni anak tangga. Tepat di anak tangga ke lima, dia melihat dari kejauhan si kembar-Kean dan Lean berlarian. Sang mommy yang takut anaknya terjatuh pun terus mengikuti ke mana buah hatinya berlari. Balita dua tahun itu tampak tak peduli. Terus berlarian bercanda. Di sana tidak hanya ada kakaknya-Freya. Ada Mommy Shea juga di sana. Duduk memerhatikan cucunya yang berlarian.“Pagi,” sapa Cia ketika sampai di anak tangga terakhir. “Pagi, Sayang,” sapa Mommy Shea lembut. “Sini.” Mama Chika melambaikan tangan-memberikan isyarat untuk Cia duduk di sebelahnya. Cia duduk tepat di antara mamanya dan Mommy Shea. Sang papa d
Baca selengkapnya
Mual
Pulang kerja Papa Felix sibuk di dapur. Setelah tadi menanyakan pada istrinya apa saja yang dimakan Cia, dia langsung bergegas membuatkan salad buah untuk Cia. Mama Chika yang melihat suaminya heboh hanya bisa menggeleng saja. “Ini, cepat makan!” ucap Papa Felix memberikan mangkuk yang berisi salad buah. Cia mengerutkan dahinya, merasa bingung dengan sikap papanya itu. “Aku baru saja makan jeruk, Pa,” jawabnya. “Katanya orang hamil itu lapar, jadi kamu harus sedikit-sedikit makan.” Papa Felix kembali menyodorkan mangkuk yang berisi salad. Cia menoleh ke arah mamanya. Meminta bantuan untuk menjawab papanya. Sayangnya, mamanya hanya menaikkan bahunya sedikit. Tidak bisa menjawab. Cia pun tersenyum. Sadar jika sebenarnya papanya hanya ingin memberikan yang terbaik. “Terima kasih,” jawabnya seraya menerima mangkuk. Dengan lahap dia memakannya. Tak mau mengecewakan. Cia memakannya sampai habis. Selain karena untuk menghargai, alasan
Baca selengkapnya
Tidak Menyakiti
Selang beberapa saat kedatangan Al dan Shera, akhirnya tamu terakhir datang. Noah datang karena El mengundangnya. Mereka semua menyambutnya dengan hangat. El memperkenalkan Raven pada Noah. Menceritakan jika dia akan membangun mal di perumahannya. “Hai, Cia kita bertemu lagi,” ucap Noah tersenyum ketika meliat Cia. “Memang kalian bertemu di mana?” tanya El yang penasaran. “Kami bertemu di supermarket tadi, Kak,” jelas Cia.Akhirnya setelah mereka saling berbincang, El mengajak semua untuk mulai makan malam. Mereka menikmati makan malam bersama-sama. Saling bercerita dan mengobrol. “Semua masakan ini Cia yang buat,” ucap Freya memamerkan pada semua orang di meja makan. “Wah … ternyata kamu jago memasak,” puji Raven. Dari tadi dia merasakan makanan begitu nikmat dan cocok di lidahnya. “Dia lulusan universitas ‘culinary’ yang bercabang di London, jadi wajar dia pandai memasak,” puji
Baca selengkapnya
Jangan Hadirkan Dia Di Hidupku
Pagi ini Cia berolah raga. Memilih untuk berjalan-jalan di komplek rumahnya. Usia kandungan yang sudah mencapai sembilan bulan, membuatnya harus olah raga agar dapat membantu proses melahirkan. Hangatnya sinar matahari, membuat tubuh begitu nyaman. Sesekali Cia menengadah agar sinar matahari pagi menerpa wajahnya. Terasa hangat sekali ketika sinar matahari menerpa kulitnya. Cia terus berjalan. Mengatur napasnya yang terasa lelah. Maklum, rasa lelah ibu hamil dua kali lipat dari orang biasa. Langkahnya terhenti ketika melihat tali sepatunya terlepas. Ada banyak hal yang terkadang tidak bisa dilakukan oleh ibu hamil. Termasuk mengikat tali sepatu. Dengan perut yang membesar, mereka para ibu hamil kesulitan menunduk. Kini, Cia pun kesulitan untuk mengikat sepatunya. Dia hanya bisa memandangi tali sepatunya. Rasanya kesal sekali ketika tidak bisa menunduk. Saat sedang memandangi tali sepatunya, tiba-tiba seorang pria datang. Me
Baca selengkapnya
Kebahagiaan Orang Tua
Sesuai dengan rencana kemarin, hari ini diadakan pesta di rumah Daddy Bryan. Semua keluarga hadir, termasuk Noah, karena kebetulan mereka masih tinggal di rumah Cia. Semua yang hadir begitu ramai, apalagi ada Kean, Lean, Rigel, Anka. Mereka berempat membuat suasana menjadi lebih hidup lagi. “Jadi kapan kamu kembali, Noah?” tanya Papa Felix menatap Noah. “Wah … sepertinya kamu mau mengusirnya,” cibir Daddy Bryan, “Noah, jika ditempat Felix sudah tidak ada tempat-tenanglah. Di rumahku masih bisa menampungmu.” Daddy Bryan menatap Noah. “Aku hanya bertanya, Bry, kenapa kamu menuduhku mengusirnya?” Papa Felix mencebikkan bibirnya. Kesal dengan temannya itu. “Kalian tidak ingat umur. Selalu saja berdebat!” Daddy Regan pun ikut menimpali.“Sudahlah, Kak. Katakan kamu mendukung aku atau Bryan?” Papa Felix menatap Daddy Regan penuh intimidasi. Paling tidak dapat pendukung jika Daddy Regan mendukungnya. “
Baca selengkapnya
Hari Penting
Pagi ini Mama Chika harus pergi menengok Kean dan Lean yang demam. Karena Cia sudah hamil besar sulit untuk dia pergi begitu saja. Untungnya masih ada Noah di rumah. Jadi dia bisa pergi sebentar saja mengunjungi cucunya.“Mama akan pergi sebentar. Jadi kamu baik-baik di rumah. Ada bibi jika kamu butuh bantuan,” ucap Mama Chika pada Cia.Kemudian, menatap gantian pada Noah. “Titip Cia sebentar,” ucapnya.“Baik.” Noah tersenyum.“Ma, aku akan baik-baik saja.” Cia merengek merasa mamanya memperlakukannya seperti anak kecil. “Jaga dirimu baik-baik. Kabari jika ada apa-apa.” Mama Chika berangkat ke rumah Freya bersama dengan besannya. Mendengar cucunya sakit, benar-benar membuatnya cemas. Kini tinggal Cia dan Noah saja yang berada di rumah. Tentu saja bersama asisten rumah tangga. Tak ada kegiatan Noah hari ini, membuatnya berkesempatan menunggui Cia. Cia berjalan ke arah sofa. Noah sudah seperti m
Baca selengkapnya
Jelmaan Iblis
Perawat membawa anak Cia ke ruang bayi. Keluarga yang berada luar melihat bayi perempuan yang begitu cantik. Ada Nenek Liana yang sudah hadir di sana. Senyum mereka merekah ketika melihat bayi kecil Cia. Freya, Mama Chika dan Nenek Liana ikut mengekor perawat yang membawa anak Cia ke ruang bayi. Mereka ingin melihat dari dekat wajah cucu dan keponakan mereka. El masih berdiri di depan ruang persalinan. Tidak beranjak sama sekali. Dia menunggu Noah yang belum kunjung keluar dari ruang persalinan. Amarahnya sudah berkumpul. Tak kuasa untuk segera dilampiaskan.“Ayo!” ajak Papa Felix.“Aku harus di sini dulu, Pa.”Dahi Papa Felix berkerut dalam. Merasa jika ada yang aneh dengan menantunya. Namun, dia ingin melihat cucunya, jadi dia pun memilih untuk menyusul para wanita yang ke ruang bayi. Noah keluar dari ruang persalinan karena Cia harus dibersihkan lebih dulu. Menyelesaikan proses akhir dari persalinan. Ketika b
Baca selengkapnya
Tidak Mau Kehilangan Keduanya
Akhirnya sampai juga Noah di London. Perjalanan kali ini jauh lebih nyaman dibanding lima bulan lalu. Dia ingat betul bagaimana penerbangan lima bulan lalu,  harus kewalahan karena mual. Sepanjang perjalanan pulang dan pergi rasanya sungguh menyiksanya. Saat memeriksakan pada dokter, tidak ada penyakit yang dideritanya. Hingga akhirnya dia mendengar jika Cia tidak mengalami mual sama sekali selama hamil. Noah menduga jika mual yang dirasakannya karena Cia tidak merasakannya. Ini semacam sindrom kehamilan simpatik. Jadi rasa mual yang dirasakan ibu hamil, dirasakan oleh para suami, dan itu terjadi pada Noah. Noah sampai di rumahnya. Tubuhnya begitu lelah, karena perjalanan. Tak mau berlama-lama, dia segera mengistirahatkan tubuhnya. Sambil memandangi langit-langit kamarnya, dia memikirkan apa yang terjadi padanya selama ini. Sudah sembilan bulan kejadian ini, tetapi semua serasa masih seperti mimpi. Sembilan bulan yang lalu. Noah terus men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status