Mata teduh itu menatap Kiyada dari jarak beberapa meter. Di belakangnya Jihan berdiri dengan ekspresi yang sulit diartikan. Farhan tersenyum ke arahnya seraya mengangguk sekilas.Harusnya saat ini Kiyada bahagia bukan? Sosok yang ia harapkan telah datang ke sini. Namun, sudut hatinya masih saja terasa nyeri saat melihat luka di balik tatapan teduh itu. Jika tadi tak ada Farhan, Kiyada tak tahu bagaimana keadaannya sekarang.“Kamu tidak apa-apa?” Suara Ustaz Subhan mengalihkan perhatiannya.Kiyada menggeleng pelan. Walau kepalanya masih sedikit terasa nyeri, tetapi sungguh itu tak sebanding dengan nyeri di hatinya. Kiyada akan lebih bersyukur jika Farhan membencinya, daripada harus bermuka dua. Meski di luar seolah terlihat baik-baik saja, tetapi Kiyada tak terlalu bodoh hanya untuk melihat wajah sendu di balik senyumnya yang dulu menjadi candu.“Besok kalau sudah boleh pulang, kamu langsung pulang ke rumah, ya?”“Iya,” lirih Kiyada seraya mengangguk pelan. Kini ia fokus menatap suami
Read more