Share

Debar-Debar

“Kita pulang saja, ya?” tanya Ustaz Subhan dengan nada khawatir.

“Tidak perlu. Nanti setelah minum obat juga InsyaAllah sembuh,” jawab Kiyada ragu.

Ustaz Subhan termangu, rasanya ia tak tega jika harus meninggalkan Kiyada dalam keadaan seperti ini. Jika nanti terjadi sesuatu pada sang istri, maka ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Setelah memuntahkan semua isi perutnya Kiyada kembali menegakkan punggung. Ia duduk di teras indekos yang dalam keadaan sepi, seraya menarik napas panjang beberapa kali berharap rasa mual itu kian berkurang.

Beruntung di dalam mobil Ustaz Subhan selalu menyediakan botol air mineral. Dengan penuh kelembutan ia membimbing Kiyada untuk meminumnya perlahan. Melihat wajah sang istri yang tampak sedikit pucat, hatinya benar-benar bimbang.

“Kita ke dokter saja kalau kamu nggak mau pulang.” Putus Ustaz Subhan pada akhirnya.

Kiyada terdiam beberapa saat. Rasa mualnya perlahan mer

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status