All Chapters of Tentang Restu: Chapter 31 - Chapter 40
104 Chapters
Kita Putus?
Ressa menggeleng, “aku berharap kita bisa bersama.”“Aku tidak sanggup jika harus memutuskanmu. Tapi jujur saja aku terlalu sakit jika harus melihatmu bersama Gilang,” ujar Arya masih dengan nada datarnya. “Mas....”Ressa tidak tahu harus mengatakan apa. Posisinya juga memang salah. Ia mencintai Arya tapi malah bertunangan dengan Gilang. “Ress, sejujurnya aku tidak bisa memutuskanmu, faktanya aku masih sangat mencintaimu.”Ressa masih terdiam.Arya menarik nafas panjang, “tapi aku mengikhlaskan kamu dengan Gilang. Aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaanmu dengannya. Jika kamu perlu seseorang untuk mendengarkan ceritamu, aku selalu ada untukmu.”Arya tidak tegas memutuskan Ressa. Tapi ia membebaskan Ressa bersama Gilang. “Mas Arya, maafkan Ressa.”“Kamu tidak bersalah. Aku harus tahu juga posisiku. Aku akan jalani yang sudah
Read more
Lupakan Arya!
Ressa pulang ke rumah dengan langkah gontai, sama sekali tak ada semangat dalam dirinya. Ia masuk ke rumah melewati banyak kerabat yang sedang berbincang di ruang tamu. Tapi tak satu pun yang ia sapa. Ia bahkan tak memperhatikan ada siapa saja di dalam rumah. “Yang baru dilamar, lesu amat,” ujar Kak Nawa ketika melihat adiknya masuk ke rumah dengan raut muka yang ditekuk. “Diem deh Kak Nawa! Pertunangan ini terjadi karena ulah Kakak dan Bang Ali. Kalian berdua ikut turut andil menghancurkan hidupku!”“Menghancurkan? Kamu tuh harusnya bersyukur Kakak kenalin sama Gilang, dia anak baik, keturunan baik, good looking, good attitude, dan good rekening.”“Tapi Ressa enggak cinta. Kenapa Kak Nawa ikut campur urusan kehidupan Ressa sih?” tanya Ressa memasang muka kesal dengan kakaknya ini, “Sangat merepotkan!”“Apa maksud kamu bilang kakak merepotkan?” tanya Kak Nawa tak ka
Read more
Sabar
“Ini permintaan ayah Ressa, mana bisa aku menolak.”“Kamu bisa menolaknya jika kamu punya hati.”Kalimatnya sengaja ditekan di frasa punya hati. Berharap Gilang akan menyadarinya. Memang Gilang sadar, tapi ia malah dengan sengaja mempermainkan emosi Arya, “ah, iya, hahaha, kamu ingin aku menolak gadis secantik Ressa? Oh, sepertinya aku berhadapan dengan orang yang picik!”Arya hanya bergeming. Sabar Ar, sabar, jangan terpancing emosi. Sabar Ar. Batin Arya. “Arya Permana! Aku tegaskan sekali lagi ya, Ressa itu sudah resmi dalam ikatan pertunangan denganku. Tahun depan kami akan menikah. Jangan pernah mencoba menggagalkan rencana pernikahanku dan Ressa. Mengerti?” ujar Gilang penuh dengan penekanan. “Aku mengerti,” jawab Arya, “silakan keluar dari kafeku ini jika tidak ada yang akan disampaikan lagi.”“Tidak perlu kamu usir pun a
Read more
Semeja dengan Tristan
Ressa tersentak kaget, begitu pula dengan Tristan dan Pak Andi. Mereka serempak menengok pada orang yang baru saja datang. “Oooh, bagus ya, enak-enak di sini sama wanita lain, sementara istrinya lagi hamil gede dibiarin jalan sendirian!”Pandangan seluruh pengunjung menuju ke arah mereka bertiga. Ressa kebingungan sebab sebutan wanita lain jelas saja tertuju kepadanya. Padahal dia enggak merasa melakukan kesalahan apapun. Melihat istrinya yang salah paham, Pak Andi segera berdiri, ia merangkul istrinya yang hormonnya sedang tidak stabil itu. Pak Andi tidak marah dengan kelakuan istrinya, ia paham betul wanita yang sedang hamil memang perasaannya sangat sensitif. “Sudah selesai belanjanya sayang? Jangan salah paham ya, wanita ini bawahanku, namanya Ressa, dia calonnya si Tristan ini. Lagian mana mungkin aku main di belakangmu,” jelas Pak Andi pada istrinya dengan sedikit bumbu kebohongan yang diramu. T
Read more
Healing di Kebun Teh
Tristan sedikit gelagapan, “eh, emm, anu Ress, waktu itu enggak sengaja liat profil kamu sih, i'm so sorry ya Ressa.” Tristan menjadi tidak enak dengan Ressa. “Haha, santai saja kali Tris, aku enggak kenapa-kenapa juga kok.” Ressa geli melihat sikap Tristan yang salah tingkah. “By the way kamu mau gak nih kita ke kebun teh?” tanya Tristan mengalihkan topik pembicaraan sekaligus untuk memastikan Ressa mau diajak kesana atau tidak. “Mau deh, lagi pula kayaknya kamu ngarahin mobilnya juga udah mau menuju ke sana kan?” tanya Ressa yang sadar sedari tadi memperhatikan jalannya mobil memang menuju ke arah selatan yakni ke kebun teh. Tristan tertawa mendengar jawaban Ressa. “Ya Tuhan, betapa peka sekali gadis di sampingku ini,” celoteh Tristan. Mereka berdua tertawa bersama. Sepanjang perjalanan mereka banyak berbincang tentang cuaca, pekerjaan, sampai g
Read more
Healing di Kebun Teh 2
Bagaimana Tristan bisa tahu? Oh ya Tuhan. Astaga, iya aku baru inget, Gilang memposting banyak foto di akunnya dan ngetag akunku. Emang sialan tuh bocah! Batin Ressa. “Cuma tunangan woi bukan nikahan,” jawab Ressa sewot. Terbawa sama perasaan batinnya. “Slow Ress, ga usah ngegas.” Tristan menepuk-nepuk pundak Ressa. Ressa menekuk mukanya, “kamu lagian aneh banget sih.” Nada bicaranya terdengar kembali normal. “Boleh nanya nggak Ress? Kamu kenapa mau diajak jalan aku? Secara kan ya kamu baru aja tunangan?” tanya Tristan sangat penasaran. “Lagi suntuk banget di rumah. Lagi malas ketemu ayah, atau nanti sore pasti bakal ketemu Gilang. Jadi tambah semakin malas,” jelas Ressa dengan jujur. “Gilang? Dia tunangan kamu kan? Aku tau soalnya liat di instagram kalau dia ngetag akunmu dan posting banyak foto tunangan sama kamu itu kayaknya ya. Aduh dek,
Read more
Arya Punya Wanita Lain?
Matahari terus berjalan ke arah barat dan hendak kembali ke peraduannya. Warnanya berubah sedikit jingga. Pertanda hari sudah mulai petang. Tuan Sanjaya berkali-kali menelepon Ressa tapi tidak aktif nomornya. Ia menjadi semakin khawatir sebab sejak ia pulang kerja tidak didapati anaknya. Ditambah WA nya hanya dibalas iya dan setelah itu tidak ada kabar lagi.Sebuah mobil masuk ke halaman rumah. Tuan Sanjaya berharap yang datang anaknya, Ressa. Tapi ternyata bukan. Seorang pemuda turun dari mobilnya. “Permisi, Om,” sapa Gilang yang baru saja datang. “Oh, kamu, Nak Gilang, silakan masuk.”“Om Sanjaya kenapa? Kelihatannya khawatir sekali?” tanya Gilang. “Om lagi nunggu Ressa, dia tidak bisa dihubungi nomornya.”“Ressa pergi dari kapan, Om?”“Kata Wati pergi sejak pagi setelah Om berangkat kerja. Wati bilang sih pake taxi online.”
Read more
Cemburu
Semakin berbicara pada diri sendiri, Ressa semakin over thinking. Ia yang putus asa akhirnya keluar kamar. Meski tidak nafsu makan, ia tetap harus makan. Ia hanya mencoba berusaha agar tetap hidup untuk memperjuangkan cintanya. Ia tidak ingin hidup dengan orang yang sama sekali tidak dicintainya. Yang diinginkan Ressa hanyalah Arya dan tidak ada yang lain. “Ress, lama sekali kamu mandinya, ayah dan Gilang sudah selesai makan,” ujar Tuan Sanjaya. Tuan Sanjaya dan Gilang sudah selesai makan tapi mereka masih berbincang di meja makan. Masih ada Gilang. Malas sekali. Batin Ressa. “Gilang, temani saya ngobrol di ruang keluarga ayo, biarkan Ressa makan.”“Siap, Om.”Keduanya pergi meninggalkan Ressa sendirian.Bagus. Begitu lebih baik. Batin Ressa. Ressa tak sedikit pun menoleh pada Gilang. Masa bodo dengan sikapnya barusan, ia hanya fokus pada makanannya. buru-buru ia
Read more
Clubbing
Berhari-hari, berminggu-minggu, terlewat begitu saja. Setiap detik, setiap embusan nafasnya, menahan perih luka di dada. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Semua terjadi karena takdir Yang Maha Kuasa. Arya berjuang dengan caranya, Ressa pun berjuang dengan caranya sendiri. Tapi mereka berjuang untuk hal yang sama. Arya menyerahkan semua urusannya pada Ressa sebab hari-hari ke depan yang akan menjalaninya Ressa sendiri. Arya merasa ia cukup mendampingi sampai mantan kekasihnya itu menikah. Cukup menghadirkan diri ketika Ressa membutuhkan sandaran. Begitu lebih baik, dari pada statusnya digantung. Awalnya Ressa menginginkan untuk kabur bersama Arya. Tetapi Arya menolak dengan alasan yang menurut Ressa terlalu menjadi anak baik. Ada sedikit rasa kesal pada Arya karena telah menolak idenya untuk kabur. Ressa yang terlanjur membenci Gilang karena telah menjadi sosok antagonis yang menjadi penghalang antara dirinya dan Arya,
Read more
Call Me Ressa, Please!
Pagi ini mentari bersinar cerah, menebarkan senyum pada seluruh alam. Ressa mulai membuka matanya perlahan setelah mabuk berat semalam. Ketika ia membuka matanya, ia terperanjat, bingung dan linglung. Aku sedang di mana? Batin Ressa. Bola matanya menyapu setiap sudut ruangan. Ruangannya sangat asing baginya. Belum juga mengerti tentang apa yang terjadi, netranya beralih menatap pakaiannya, itu bukan pakaian yang semalam dipakai. Damn. Tiba-tiba pintu kamar diketuk dan terbuka. Tristan masuk ke kamar, “kamu udah bangun?”“Tristan, kamu?”Seolah paham apa yang dipikirkan Ressa, ia langsung menjelaskan tanpa ditanya. “Semalem kamu mabuk berat, karena udah malem banget jadi aku bawa kamu ke rumahku.”Ressa melongo, “ini baju?”Tristan tersenyum, “Ah, iya, baju kamu kotor kena muntahan kamu.”“Yang gantiin siapa? Kamu?”Tris
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status