All Chapters of Tentang Restu: Chapter 11 - Chapter 20
104 Chapters
Alasan Penolakan
Tuan Sanjaya tampak menjentikkan abu rokoknya di asbak, “Ibu beneran ingin tahu alasan Ayah menolak keras hubungan mereka berdua?”Nyonya Mira mengangguk dua kali dengan cepat. Ia sangat penasaran. Tuan Sanjaya membetulkan posisi duduknya, “Bu, Ibu tahu? Arya Permana itu adalah anak dari Sukardi dan Kalimah,” Nyonya Mira tampak berpikir sejenak, “Sukardi yang dulu kerja bareng Ayah?” tanyanya.Tuan Sanjaya mengangguk sambil menyesap batang rokoknya yang hampir habis. Nyonya Mira masih belum yakin. “Dia akhirnya menikahi Kalimah? Bagaimana kabar Gayatri?” tanya nyonya Mira. “Entah. Kabar terakhir yang Ayah tahu Gayatri kembali ke rumah orang tuanya. Sukardi mengambil alih perusahaan Ayah Kalimah, tapi karena gila judi, aset perusahaan habis dan akhirnya gulung tikar. Itu kenapa anak-anaknya berpendidikan rendah dan ikut kerja di gudang kita. Selebihnya Ayah tidak mau
Read more
Hari Pernikahan
“Please, Mas, antar aku ke rumah Vera saja ya,” ujar Ressa kembali mengatupkan kedua telapak tangannya meminta diantar ke rumah Vera, sahabatnya. “Kenapa gak langsung pulang saja? Nanti kelamaan,” tanya Arya yang masih keberatan dengan permintaan kekasihnya. Baginya, mengantar sampai ke rumah adalah suatu bentuk tanggung jawab. “Aku belum siap menunjukkan hubungan kita ke ayah, ke Vera dulu ya, nanti kalau sudah waktunya kita bisa leluasa pergi antar jemput di rumah,” pinta Ressa masih dengan tatapan memohonnya. Arya akhirnya menyerah. Ia tak punya daya untuk satu hal ini, terpaksa ia mengikuti saran Ressa meskipun dalam hati kecilnya selalu menolak jika harus antar jemput di rumah Vera. Dengan gontai lelaki itu mengangguk, ia memakai helm dan menstater motornya. Ceklek ceklek ceklek. Ressa berkali-kali mencoba mengunci helmnya tapi usahanya tidak juga membuahkan hasil. Sia-sia. Ia terus mencoba
Read more
Perjodohan
“Aw,” pekik Ressa. Ia membuka matanya. Melihat sekitar. Pemandangannya mirip kamarnya. Siapa yang sudah menggotongnya ke kamar? Di mana Arya? Tok tok tokTiba-tiba pintu kamar diketuk, sekali, dua kali, ia tak mendengarnya. Ketukan itu semakin kencang. Sayup-sayup terdengar suara dari luar, “Ressa, sayang, Nak, ditunggu ayah di luar.”Itu suara ibu Ressa, Ressa mengucek matanya. Ia melihat pakaian yang dikenakannya. Bukan gaun pengantin. Jadi tadi itu mimpi? Batin Ressa. Ia tak tahu harus sedih atau senang. Sedih karena pernikahannya dengan lelaki pilihannya hanya sebuah mimpi, atau harus senang karena insiden terjatuh saat pernikahan ternyata hanyalah sebuah mimpi. Kepalanya terasa berat karena tidur singkatnya di sore hari. Ressa membuka pintu kamarnya, “ada apa Bu?”“Kamu tidur? Sore hari jangan tidur!” larang ibu Ressa. &
Read more
Speechless
Di rumah Arya. Malam ini Arya menonton televisi sambil sesekali mengecek notifikasi ponselnya. Takut kalau-kalau tiba-tiba kekasihnya menghubunginya. “Arya anak ibu, lagi apa?” ibu Kalimah menghampiri anak lelakinya yang sedang menonton televisi. “Ini Bu, nonton moto gp, seru, sini Bu duduk,” jawab Arya sambil menepuk karpet di sebelahnya. Ibu Kalimah pun ikut duduk di samping Arya. Matanya melihat layar kaca, sesekali menatap anak lelakinya itu. “Nak, kayaknya sudah lama sekali pacarmu enggak main kesini lagi. Kamu masih sama Ressa?” tanya ibu Kalimah. “Masih, Bu,” Jawab Arya singkat. Matanya masih terpaku pada jajaran motor di layar kaca. “Kenapa kok enggak main kesini lagi?” tanya ibu Kalimah mengulangi pertanyaannya karena penasaran. “Dia sibuk kerja di kota, Bu,”  jawab Arya dengan lembut. 
Read more
Apa Kamu Menyerah?
Hari ini Arya tetap berangkat kerja ke gudang seperti biasanya, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia tetap Arya yang pekerjaan keras.Seandainya tuan Sanjaya mau sedikit saja membuka hatinya, ia akan bisa melihat watak Arya yang berbeda jauh dengan ayahnya, Sukardi.Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitu peribahasa yang selalu dipegang teguh oleh tuan Sanjaya sehingga ia menutup mata atas segala perilaku baik dari Arya. Tuan Sanjaya tidak merasa sedang balas dendam. Ia hanya masih merasa sakit hati atas apa yang diperbuat rekannya, Sukardi. Juga ia tidak mau putrinya diperlakukan dengan tidak baik oleh keluarga Sukardi. Masih ada trauma yang mendalam baginya. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba tuan Sanjaya mengunjungi gudang. Biasanya ia akan menyuruh orang kepercayaannya untuk mengecek. Di sanalah ia melihat dan berpapasan dengan Arya, putra dari si penghancur kariernya. Arya sedang menata barang ketika tuan Sanjaya berk
Read more
Bertemu Ayah Ressa
“Maafkan aku, Ress. Aku mau kamu tetap hormat pada orang tuamu, ikuti dulu kemauan orang tuamu. Sambil berjalan, kita sambil cari solusi, aku akan membuktikan pada ayahmu, kalau aku pantas mendapatkanmu. Kita berdoa bersama semoga semesta menyatukan kita. ” Sebuah deru motor mendekat pintu masuk. Ressa dan Arya kompak melihat ke arah luar. Dika. Rekan kerja Arya sudah sampai. Ia membuka pintu menggunakan kunci yang dibawanya. Tapi gagal, karena ada kunci yang tergantung di dalam. Arya membukakan pintu dan mempersilakan Dika untuk masuk. “Dik, masuk, gih, siapin semuanya!”Dika masuk ke dalam. Pandangan matanya menangkap sosok gadis cantik yang sering diceritakan Arya. Apa dia Ressa? Dika bertanya-tanya dalam hatinya. Wajar saja karena Dika memang belum pernah ketemu sebelumnya. “Eh, siapa itu Ar? Ressa kah?” Tanya Dika setengah berbisik. Arya mengangguk, “yoi.”
Read more
Perkenalan dengan Gilang
Arya kembali ke warung miliknya dengan ojek online. Meski hatinya perih, ia harus tetap bekerja. Apalagi saat ini coffe shop miliknya sudah dikenal kalangan milenial. “Bro, lesu amat abis kencan,” celetuk Dika yang melihat Arya tak bertenaga. “Nanti lah aku ceritakan kebenarannya sama kamu,” jawab Arya tak punya mood untuk bercerita. Dika tak ambil pusing tentang itu.“Kamu kalo ga semangat gitu istirahat dulu gih. Biar aku yang ambil alih semuanya. Daripada kamu nanti menurunkan kualitas minuman kamu sendiri. Oke?” ujar Dika pengertian. Sesuai motto coffe shopnya yakni "kepuasan pelanggan adalah prioritas kami". “Gak. Aku tetep kerja, semangat buat diriku sendiri!” ujar Arya. Dika terkekeh mendengarnya. Aneh sekali memang sahabatnya yang satu ini. “Bro, liat tuh, Adit sama Vera dateng,” ujar Dika menunjuk di pintu di mana Adit m
Read more
Perkenalan dengan Gilang 2
Tanpa jeda, Ressa menjawab, “enak saja, aku masih cinta banget sama dia. Dan kami sedang berusaha biar ayah bisa merestui kami.” Gilang tersenyum sinis, “Memangnya cukup waktunya? Dua bulan lagi kita bertunangan, tadi aku mendengar percakapan mereka sih gitu.”Ressa terkejut mendengarnya hingga sisa jus yang di mulut hampir tersembur, “hah?”Gilang merasa menang bisa mendapatkan Ressa yang cantik jelita dengan mudahnya. “Kamu tega nyakitin hati orang lain?” tanya Ressa, “kamu mau tunangan sama orang yang tidak mencintai kamu?”“Aku pribadi tidak masalah, lambat laun kamu juga akan tergila-gila padaku,” jawab Gilang tak acuh. Ia terlalu percaya diri. “Tapi aku enggak mau sama kamu. Dan tidak akan pernah mencintai kamu.”Ressa menolak langsung. Tapi apalah daya, lelaki yang ada di hadapannya ini adalah laki-laki yang dijodohkan oleh aya
Read more
Kembalinya Bapak Arya
Kafe milik Arya terlihat sangat sibuk. Dika hampir kuwalahan melayani pengunjung. Malam ini malam minggu, wajar jika banyak pemuda pemudi sepasang kekasih yang mampir ke kafe nya. Juga ada beberapa gerombol pemuda pemudi yang sepertinya sedang rapat membahas sesuatu. Tidak masalah bagi Arya ada yang lama berada di kafenya. Yang penting tidak melebihi jam tutupnya. Dari banyaknya pengunjung, terlihat seorang laki-laki paruh baya yang sedang merokok di kursi luar kafe. Ia mengamati bagaimana keadaan kafe di dalam, sesekali melihat ke arah meja pelayanan. Tatapan mata Arya menangkap sosok yang duduk di luar. Ia yang penasaran segera menghampirinya. “Bapak?” Sapa Arya. Laki-laki itu menoleh ketika disapa. Ya, benar, dialah Sukardi, bapaknya Arya. Untuk apa dia datang kemari? Bukankah dia sudah pergi sendiri dari rumah setelah pertengkaran dengan istrinya sampai saat itu ibu Kalimah harus diopname. Seburuk-buruk
Read more
Dilema
“Ressa bisa berangkat sendiri loh Yah,” jawab Ressa dengan setenang mungkin agar tidak memicu emosi ayahnya. “Ayah sudah bicara pada Gilang dan orang tuanya semalam, mulai sekarang kalau kamu mau berangkat ke kota harus didampingi Gilang, dia itu calon suamimu,” jelas tuan Sanjaya. Ressa menunduk. Memainkan sendok dan setengah nasi yang tersisa di piringnya. Rasanya tak kuasa untuk menolak lagi. Hidupnya benar-benar diatur oleh ayahnya. “Yah, Ayah meetingnya mulai jam berapa hari ini?” tanya nyonya Mira mengalihkan pembicaraan, ia seperti tahu situasi ruang makan yang tak nyaman untuk Ressa. “Ini sebentar lagi Ayah mau berangkat, nunggu mobilnya siap dulu,” jawab tuan Sanjaya. Ia meneguk air putih yang tersedia di depannya. “Ress, kamu itu harus melakukan pendekatan dengan Gilang, kalian sering-seringlah jalan berdua biar mengenal satu sama lain,” ujar tuan Sa
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status