All Chapters of Tentang Restu: Chapter 21 - Chapter 30
104 Chapters
Mahkota Suci
Tok tok tok. Pintu kafe diketuk. Arya beranjak dari kursi menuju ke pintu masuk. Pintu yang seluruhnya terbuat dari kaca memudahkan Arya melihat siapa yang datang. Rupanya gadis manis yang mengetuk pintu. Ya, dialah Ressa. Sang pemilik hati si pemilik kafe. Ceklek. Pintu terbuka. “Eh, Ressa, masuk sayang,” sapa Arya mempersilakan kekasihnya untuk masuk. Ressa dengan cepat menghambur ke badan Arya dan memeluknya erat. Arya pun membalas rangkulan kekasihnya itu. “Kangen banget aku,” ucap Ressa masih memeluk Arya tanpa melihat sekitar. Ia tidak melihat ada bapaknya Arya.Dari tempat duduknya, Pak Sukardi mengamati kedua sejoli ini. “Sama aku juga. Tapi ada bapak di depan meja kasir,” ujar Arya berbisik di telinga Ressa. Ressa spontan melepas pelukannya ke Arya dan menundukkan kepala pada pak Sukardi. “Pak, ini Ressa anaknya tuan Sanjaya, kekasihnya
Read more
Bersatunya Cinta
“Ini aku bawain brosur kul....” Belum selesai Dika berkata, Arya meletakkan jari telunjuk di mulutnya memberi isyarat agar Dika diam dan tidak meneruskan omongannya. Matanya mengisyaratkan ke bangku pengunjung. Dika menoleh, benar saja, ada Ressa di sana. “Sorry, bro, gak liat aku,” ucap Dika lirik sambil mengatupkan kedua telapak tangannya. “Padahal di luar terparkir mobil segede gaban,” celetuk Arya setengah berbisik. Dika hanya cengengesan. “Taruh brosur di laci,” perintah Arya masih dengan bisik-bisik sambil berlalu balik ke tempat duduk di mana Ressa berada. Ressa memandang dinding kafe. Ia tidak memperhatikan percakapan Arya dan Dika. Dibandingkan penasaran dengan tujuan Dika kemari pagi hari, ia justru lebih malu jika ketahuan menangis di kafe Arya. “Jangan digosok-gosok matanya nanti maskara kamu luntur,” ucap Arya setelah mendaratkan tubuhn
Read more
Gilang
“Siapa yang telepon Ress?” tanya Arya. “Entah. Tak dikenal.” Ressa jelas berbohong. Telepon itu dari Gilang. Ia sudah menyimpan nomer Gilang, seharusnya di layar ponselnya tertera nama Gilang. Arya tak curiga tentang kebohongan Ressa kali ini, ia fokus pada bersatunya bapak dan ibunya. Dalam momen mengharukan seperti ini, ada saja situasi yang membuat kacau. Seperti yang dilakukan kakak Arya, kak Tania. Dia masuk ke kafe Arya dengan lempeng dan berseru, “Arya...!”Pandangan matanya menuju ke empat orang yang lebih dulu berada di dalam, “Kalian di sini? Bapak?” tanya Tania heran. Ia bahkan tidak tahu apa-apa soal ini. “Tania,” panggil Pak Sukardi. “Untuk apa bapak kembali? Kami sudah bahagia tanpa Bapak,” ujar Tania dengan nada tinggi. Langkahnya mendekati ibunya. “Tania! Jaga bicaramu!” seru Bu Kalimah.&nb
Read more
I trust you
“Di sini yang jual es boba di mana ya Mbak?”tanya Gilang malu-malu. Eh, aku telah salah mengira. Batin Vera. “Oh, yang paling deket dari sini sih depan kantor pos tuh ada penjual es boba,” jawab Vera. Ia kepedean dikira Gilang mengenalinya sebagai kawan Ressa. Taunya cuma mau nanya es boba. “Makasih ya Mbak.” Gilang segera mengambil motornya dan meninggalkan Vera di tempat parkir yang bengong. Bagaimana bisa Gilang tidak tahu tempat penjual es boba terpopuler di desanya? Sebenarnya dia orang mana? Vera bertanya-tanya sendiri. Sementara Gilang sudah melaju jauh meninggalkan apotek. Beberapa menit kemudian, sampailah Gilang di depan stand penjual es boba. Gila! Rame banget gini antreannya berapa lama nih. Kalau aku sih mending ga minum boba dari pada disuruh mengantre gini. Dasar adik tidak tahu diri. Menyusahkan. Batin Gilang. Meski merutuk dalam hati, tetap
Read more
Ditunggu Gilang
“Ada apa Ress?” tanya Arya. “Aku tidak tahu sampai kapan ada tanggal libur di kalender. Aku harap kamu bisa mengunjungiku di kota. Aku akan sangat merindukanmu.”“Bukankah kamu akan bertunangan dua bulan lagi?”“Lupakan tentang itu, Mas. Tolong hanya bahas kita berdua.”“Maaf.”“Jika aku bisa memilih, aku akan memilih pergi jauh bersama kamu tapi kamu yang menolaknya.” Air mata Ressa jatuh begitu saja tanpa bisa terbendung. Arya yang panik mendekati Ressa dan mengusap air matanya. Ia tak peduli banyak pasang mata yang mengawasinya. “Ressa sayang maafkan aku.”Hanya itu kalimat yang keluar dari bibir Arya. Ressa menghambur ke pelukan Arya. “Mas, janji ya kita akan terus berusaha bersama untuk meyakinkan ayah,” ucap Ressa. “Janji.” Ressa melepas pelukannya da
Read more
Syarat Maaf dari Sanjaya
Belum selesai Ressa mengelak, Tuan Sanjaya segera memotong, “Turun! Pindah ke depan! Hormati dia sebagai calon tunanganmu!”Ressa tak berani menjawab lagi, dengan kesal ia turun dan berpindah duduk di samping pengemudi. Gilang segera masuk ke mobil dan duduk sebagai pengemudi. Ia menoleh ke Ressa tapi pandangan Ressa ke arah lain. Ressa tidak ingin menatap calon tunangannya itu. Pandangan Gilang kembali ke arah depan. Entah apa yang dia pikirkan. Mobil melaju meninggalkan rumah megah di pinggiran kota. Tuan Sanjaya dan Nyonya Mira kembali masuk ke rumah. Namun baru saja mereka duduk di teras samping, terdengar bel pintu rumah yang berbunyi. Tanpa diperintah, Bi Inah, asisten rumah tangga keluarga Sanjaya, segera membukakan pintu. Ia tidak mengenali sosok yang datang, hanya mempersilakan masuk dan memberi tahu pada tuannya jika ada tamu yang ingin bertemu dengannya. Nyonya Mira mengisyaratkan untuk membuatkan teh pada Bi Inah
Read more
Makan Malam bersama Gilang
“Nah, udah sampe kota nih.” ujar Gilang yang sedari tadi terus berusaha mengajak Ressa mengobrol duluan. “Kita makan di luar dulu yuk, baru setelah itu aku antar kamu ke rumahmu,” ajak Gilang. Ressa menoleh pada Gilang, “rumah? Kontrakan kali.”“Ayahmu tadi bilang ke aku, kalau barang-barangmu sudah dipindahin ke rumah sama bibi dan paman yang jagain rumah ayahmu,” jelas Gilang. Tanpa bertanya ke Gilang, Ressa segera menelepon ayahnya. Bagaimana bisa ayahnya tidak meminta persetujuannya dulu, main pindah-pindah saja. Sangat tidak dibenarkan dalam kamus Ressa. “Halo Ayah, bener Ayah udah mindahin semua barang Ressa ke rumah?” “Kenapa enggak bilang ke Ressa?”“Oh”“Iya, Ayah.”“Iya.”“Oke.”Klik. Telepon ditutup. Air mukanya tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Tapi bagai
Read more
Rencana Pertunangan
Dua bulan sudah berlalu sejak Ressa berangkat ke kota selepas acara pertemuan dua keluarga untuk menjodohkan putra putrinya. Tapi hingga kini masih belum ada acara pertunangan yang digelar. Ressa selalu mengulur-ulur waktu agar diundur pertunangannya. Ia sama sekali merasa belum siap jika harus terikat dengan Gilang. Tapi bagaimanapun juga ia tidak bisa menghindar terus menerus. Hari ini tuan Sanjaya ada pekerjaan di kota, ia dan istrinya bertolak menuju kota di pagi hari. Menjelang siang tuan Sanjaya mengurus pekerjaan hingga petang hari. Sedangkan nyonya Mira hanya menunggu di rumah. Di sana hanya ditemani bi Wati dan paman Toni saja. Karena ini hari aktif kerja, Ressa masih berada di kantor ketika mereka sampai di rumah. Sore hari, Ressa pulang ke rumah. Ia tahu di rumah ada ibunya. Pagi tadi ia sudah menerima pesan singkat dari ibunya jika mereka sudah sampai di rumah. “Ibu...!” seru Ressa dengan wajah yang lelah namu
Read more
Hari Pertunangan
Sejak obrolan dengan ayahnya sore itu, setiap malam Ressa tidak dapat tidur dengan nyenyak. Setiap detiknya selalu dihantui acara pertunangan yang bahkan tidak pernah ia sangkakan. “tidak bisa begini terus, aku harus bergerak,” gumam Ressa. Ia menelepon Gilang untuk bertemu di luar. Gilang memilih untuk bertemu di kafe. Ressa mengikuti kemauan Gilang sebab ia yang sangat ingin bertemu. Bukan kangen, tapi hendak berdiskusi dengan Gilang tentang pertunangan itu. Hari ini ia bertekad untuk menemui Gilang. Sepulang kerja, ia langsung menuju kafe, tempat di mana ia dan Gilang janjian akan bertemu. Ressa memarkirkan mobil dengan terburu-buru. Takut jika ia yang terlambat sebab di kantor tadi ada sedikit pekerjaan yang harus direvisi. Sesampainya di dalam kafe, tidak nampak batang hidung calon tunangannya itu. Di mana Gilang? Batin Ressa. Ia segera membuka ponselnya dan mengirim pesan jika
Read more
Bagaimana hubungan kita selanjutnya?
Seusai acara pertunangan, Ressa mengurung diri di kamar. Ia tak memedulikan kerabat yang datang ke rumah. Rasanya tidak kuat jika harus berpura-pura haha hihi tertawa bahagia di depan semua orang sementara hatinya merasakan kepedihan yang luar biasa. Ressa terduduk lesu di pinggir ranjang. Air matanya dibiarkan meleleh begitu saja. Ia sangat merasa bersalah pada Arya.Bagaimana bisa ia tadi mengangguk dan menjawab iya? Apakah tidak ada barang sedikit saja power untuk menggelengkan kepalanya? Ia menyambar ponsel di atas nakas yang sedari tadi tak tersentuh karena padatnya acara. Ada banyak notifikasi yang masuk. Ia mulai membaca satu per satu. Semua notifikasi datang dari teman-temannya dan teman-teman Gilang. Mereka mengucapkan selamat atas pertunangan Ressa dan Gilang. Gilang sialan! Untuk apa posting-posting foto pertunangan? Dia pikir aku bahagia dengan ini? Apa dia sengaja mau menyakitiku? Batin Ressa. Dari sekian banyak
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status