All Chapters of Digilai Psikopat: Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
Asal Mula
Si pria berantakan adalah julukan bagi Daffa Lintang Selatan di tahun 2015. Potongan rambut keriting aneh—dimana setiap sisinya tidak simetris, kantung mata abadi, dan ruas-ruas jari yang selalu memainkan gantungan kunci berbentuk karakter Optimus Prime.Pria itu benar-benar tidak peduli dengan penampilan. Baginya, sudah cukup punya otak yang jenius. Dia sangat yakin bisa keluar dari jerat kemiskinan lewat mahakaryanya yang fantastis ini. Apalagi, dia sedang berjuang keras agar bisa diterima sebagai ilmuwan resmi di perusahaan PYRAMID. Setelah mati-matian meminjam uang sana-sini untuk modal, dia bertekad tidak boleh gagal.Hari ini adalah harinya.Perjuangan selama berbulan-bulan membuat prototipe untuk ide—yang membuatnya berkali-kali memuji diri sendiri—sampai di titik temu.Daffa memutar gantungan kunci di atas meja kecil berbahan dasar kayu. Tak lama kemudian, gorden dapur tersibak. Memunculkan seorang nenek yang membawa nampan berisi nasi dengan telur dadar serta segelas
Read more
Misi Bersama
Angkara menyeret tubuh Daffa dan membiarkannya tergeletak di hadapan Nyonya Carol. Jumlah orang yang meringkuk kesakitan di sekitar mereka pun bertambah satu. Disha melirik jijik satu-satu orang-orang berseragam intel yang menangis seperti bayi.“Dia masih hidup,” ucap Angkara. Pupilnya menunjuk Daffa yang terkapar.“Siapa dia?” tanya Nyonya Carol. Pertanyaan yang sama di benak Hanin, Loey, dan Jasper saat mereka selesai membopong teman-temannya yang terluka ke tepi.“Dia hendak mencuri file penting PYRAMID, Anda harus memeriksa motifnya dan hubungannya dengan semua kejadian ini.” Angkara menjelaskan.Nyonyal Carol mendengus. Ia merasa kalah karena pria itu meski pertempuran tadi berakhir seri.“Baiklah. Aku akan memberi waktu kalian untuk mencari bukti yang menyatakan Letto Barlie tidak bertanggung jawab atas keracunan massal. Asal kalian menjauhi gedung ini untuk menghindari kecurangan.”“Tapi—” Hanin hendak protes, tapi Loey memegangi bahunya.“Bilang iya saja dulu,” bisik Loey.
Read more
Secret Room
“Tunggu,” cegah Meydisha. Mata dan telunjuknya masih menjelajahi layar.[Tiga ilmuwan dinyatakan tersangka: Gerald (30), Rachel (25), Frans (33). Gerald dan Frans dinyatakan tewas bunuh diri, Rachel dalam pencarian.]“Kalian harus temukan ilmuwan bernama Rachel,” timpal Angkara.Loey dan Olive berjalan ke samping Hanin.“Kami akan melakukan yang terbaik,” kata Loey.“Semangaaaat!” teriak Hanin sambil menggandeng kedua rekannya.Lambaian tangan Angkara mengiringi keberangkatan mereka. “Hati-hati!”Tiba-tiba Percy beranjak, lalu berlari menuju lift hotel. Angkara dan Meydisha hanya saling mengendikkan bahu melihat Percy yang seperti sedang ketinggalan kereta.Satu kaki Percy menjepit pintu besi itu dan membuatnya kembali melebar. Mata pria itu seakan berbicara lebih dulu, tepat saat Hanin membalas tatapannya. Tercermin ungkapan kecemasan berbalut rasa peduli lewat binar yang bergetar. Bibir Percy sedikit terbuka, tapi dia tampak begitu gugup.“Ada apa Percy?” tanya Hanin.Percy men
Read more
Mission Completed
[Seseorang disandera di ruang rahasia, bisakah kalian membuat Daffa dan anak buahnya menjauh dari dapur selama mungkin?] Isi pesan dari Hanin diterima baik oleh ponsel Loey. Dia lantas beradu pandang dengan Hanin, lalu saling mengangguk. Pertanda mereka siap memulai aksi selanjutnya.Daffa hendak melangkah melewati pintu, tapi dia menarik kakinya mundur. Suara bising benda-benda berjatuhan di dapur menggoyahkan niatnya. Disusul dengan teriakan cempreng Hanin.“Tuan Daffa Lintang Selatan! Keluarlah! Ayo kita main!”Lirikan sinis mengarah pada kecil di tengah pintu. Refleksi dari gadis berkuncir itu juga menyedot perhatian dua anak buah. Daffa mengernyit, berusaha mengenali Hanin.“Siapa orang gila itu?” tanya Daffa.Salah satu anak buahnya maju lebih dulu, disusul Daffa yang tampak terlihat jengkel. Saat pintu dibuka, Loey mendadak muncul dan mengunci leher anak buah Daffa. Pria itu tak sempat melawan karena Loey langsung mematahkan lehernya, lalu mundur perlahan.Daffa membelala
Read more
NIGHTMARE
Rachel memutuskan untuk menyerahkan diri demi menebus dosa-dosanya.Hingga hari pengadilan tiba, Rachel merasa puas melihat Daffa yang kacau, pasrah, seperti orang buangan. Tatapan pria itu kosong dan hanya menunggu putusan dari hakim.“Daffa Lintang Selatan, didakwa atas pasal pembunuhan berencana, pencurian, pengrusakan bukti, percobaan pembunuhan, dan pembunuhan terhadap seluruh korban keracunan massal, termasuk membersihkan tuduhan kepada Letto Barlie. Oleh karena itu, Daffa Lintang Selatan Resmi dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.”Hakim mengetuk palu tiga kali. Petugas pengadilan lantas menggiring kembali Daffa. Namun, pria itu sempat menatap nanar Rachel yang masih duduk di kursi terdakwa.Jackterkekeh, sementara Rachel tak lagi berusaha menyembunyikan tatapan jijiknya. “Wanita kuat yang berpura-pura lemah, ternyata lebih buruk.”***Elang Satya berdiri kokoh di atas cart khusus sutradara, tepatnya di ujung tebing. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba. Di tengah terik
Read more
Another Day Another Sick
Seorang pria botak berjaket bomber memasuki salah satu kafe terkenal. Dia berjalan agak gelisah, tapi berusaha terlihat tak terguncang. Mendekati meja paling pojok dekat jendela. Di mana di sana, satu pria lainnya sedang duduk santai. Pria tua—dengan berewok tipis dan kupluk hitam bergambar kartun Mickey Mouse—memainkan sebatang rokok tak berasap. Walau terlihat jelas kerutan di dahi dan ujung mata, gaya pria itu tampak trendy dengan balutan celana jeans dan kaos anak muda serba hitam. Kemudian dibalut dengan jaket kulit berantai yang warnanya hitam pula. Tubuhnya masih tegap dan dia menyemir ubannya dengan warna cokelat.Pelupuk mata pria itu menangkap kedatangan si pria botak. Datar, tanpa antusiasme sedikit pun.“Saya bermaksud melapor,” kata si pria botak sambil membungkukkan badan. Setelah menerima afirmasi dari Black berupa sekali anggukan, pria botak membisikkan sesuatu. Cukup singkat dan Black langsung paham apa artinya.“Bagaimana keadaan Angkara, Gery?” tanya Black, to the
Read more
Plan
Dalam perjalanan, mereka tak henti-hentinya bercengkerama. Bertanya tentang kondisi Angkara, pekerjaan Meydisha, hingga kegiatan yang dilakukan AUSTIC di mana Hanin sudah menerima tanggung jawab dari mendiang ayahnya.“Mey, kalian belum bisa pulang ke Jakarta, ya?” tanya Hanin.Disha mengangguk. “Walau Angkara sudah hampir pulih sepenuhnya, tapi kami memutuskan untuk tidak buru-buru pulang.” Loey lantas menginjak rem. Tidak terasa obrolan iseng mereka harus diakhiri sekarang.Angkara turun lebih dulu untuk membukakan pintu Meydisha. Keduanya diturunkan di depan kawasan apartement di Sydney. Tempat itu lebih tinggi, memiliki jauh lebih banyak lantai dibanting apartement Meydisha.Loey dan Hanin tak turun. Mereka hanya mengamati tempat itu dengan wajah takjub.“Wow, lantai berapa?” tanya Loey.“Delapan puluh, No. 5 Blok A, seringlah berkunjung,” kata Angkara menenteng tasnya.Seorang satpam datang dan membantu membawa koper milik Meydisha. Pria berbadan tambun itu siap mengantar pengh
Read more
All night long
Kursi-kursi di area auditorium tak sepenuhnya penuh. Namun, tak bisa dibilang sepi juga. Ada beberapa spot kosong baik di sayap kiri. Tampaknya penonton senang mengisi bagian tengah karena jarak pandang ke panggung lebih nyaman. Sementara seluruh murid baru akademi yang jumlahnya kurang dari seratus. Para penonton riuh. Kamera-kamera ponsel diangkat sejajar hidung. Momen baru ini perlu diabadikan dan dibagikan ke seluruh dunia. Akhirnya ada topik hiburan baru di jejaring sosial, selain politik atau skandal aktor dan aktris tentunya. Pernahkah kau mendengar perihal ketulusan yang dibabat habis oleh cinta? Cinta dan ketulusan. Ialah serangkai keindahan apabila bersatu. Namun, menjadi bencana bila salah satu di antaranya bertolak. Tidak semua orang dapat bersyukur pada ketulusan, melainkan lebih memilih mengabdi pada cinta sesaat. Guinevere seharusnya tidak pernah mencabut pedang dari ladang beracun. Dengan begitu, kasih cintanya tidak akan mengkhianati ketulusan Arthur. Pun, sang
Read more
Catatan Dendam
17 Mei. Black menatap nanar tanggal di kalender yang ditandai coretan merah. Ini sudah bulan ketiga sejak kepindahannya dari Perancis ke Sydney 3 bulan lalu. Setelah melewati penantian panjang. Bersabar akan ketidakpastian pembalasan dendam. Akhirnya, puncak purnama tepat di atas kepala. Black beralih menuju jendela hotel yang berukuran kotak kecil. Hamparan jalan aspal tampak sunyi didampingi penerangan minim. Meski begitu, mata cokelat kegelapan Black berfokus pada satu titik. Foto Angkara di ponselnya.Black meregangkan otot-ototnya di sebuah bengkel yang sudah lama ditinggalkan pemilik. Dia menjatuhkan tubuhnya di salah satu kursi, lalu mengangkat satu kaki. Sepatu boots hitam diguncangkannya pelan.Akhinya dia menemukan tempat untuk bebas merokok. Kepulan asap keluar dari mulutnya. Rasanya pahit, tapi Black menikmatinya. Menurutnya, dia sudah kebal dengan segala kepahitan. Rokok ini bukanlah apa-apa.Si pria botak kembali menghampirinya, lalu memberikan hormat seperti seharusn
Read more
Innocent
Pintu bagasi dibanting keras. Terkunci. Mayat Nyonya Willy terbungkus koper dan sudah dipastikan aman. Black menepuk-nepuk kedua tangannya untuk membersihkan salju yang menempel. Tatapannya menelusur ke segala penjuru tempat. Meski pandangannya berkabut, dia pastikan jalanan itu kosong.Black kembali ke dalam. Meski dingin, Black merasa berkeringat karena melakukan rangkaian aksi memusnahkan bukti. Merembukkan ponsel Nyonya Willy. Membuka sarung tangannya dengan kasar dan buru-buru disembunyikan di bawah jok mobil. Batu besar itu juga telah dikubur bersama timbunan salju. Black meyakinkan diri bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencana.“Halo, 911?” Puji syukur. Badai yang tak sedahsyat tadi mempermudah Black menelepon bantuan. Walau diperkirakan cuacanya naik-turun alias tidak stabil.“Ya, ya, ya. Ini Joseph Black. Mobil saya terjebak di badai salju sejak satu jam terakhir,” lontar Black.[Apakah Anda seorang diri? Tidak ada yang dalam kondisi serius? Seperti terluka atau terserang
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status