All Chapters of Mengejar Cinta Duda Tetangga: Chapter 21 - Chapter 30
41 Chapters
Bab 20. Ditangkap Polisi
“Tante Alena mau ya jadi Mamanya Tiara!” Tiara mengulangi permohonannya karena Alena tidak menjawab dan hanya memandangi Tiara dengan perasaan tidak menentu. Wajah Tiara terlihat sangat memohon dan kali ini mencium puncak kepala Alena yang sedang berjongkok di sisi kursi tempat ia duduk.Perlakuan manis Tiara membuat luluh lantak perasaan Alena. Ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada bocah manis yang kini malah membelai-belai rambutnya.“Tante Alena!”“Iya Tiara!” Alena bangkit dan menyeret sebuah kursi lalu duduk dengan posisi berhadapan dengan Tiara. Kedua lutut mereka saling beradu.“Tiara kan punya Mama Nova.” jawab Alena berusaha tersenyum. Ia menelan pahit buah dari ucapannya barusan.Tiara malah bangkit dari tempat duduknya. Ia nampaknya bermaksud berdiri dan Alena memberikan jalan kepada bocah itu.Tiba-tiba Tiara menaikkan roknya dan sedikit menyeret celana dalamnya ke bawah dengan posisi membe
Read more
Bab 21. Di Penjara
Alena merasakan jantung berdebar-debar ketika mobil yang membawanya sudah sampai di halaman kantor polisi. Alena langsung dimasukkan ke ruang tahanan karena harus menunggu masih ada tersangka lain yang sedang diinterogasi polisi. Borgol yang mengikat tangan Alena sudah dibuka namun penjara segera dikunci. Alena hanya terdiam lalu kemudian duduk bersandar ke jeruji besi yang mengurungnya.Sampai saat ini Alena belum mengetahui siapakah yang telah melaporkannya ke polisi. Nova? Atau Arkhan? Atau mereka berdua?Tapi bukan itu yang lebih menganggu pikiran Alena. Ia sangat mengkhawatirkan Tiara.“Bagaimana kalau Tiara sampai ke tangan Bima lagi? Tiara pasti akan diperlakukan sangat tidak baik oleh mereka.” desah hati Alena. Masih terngiang ditelinganya jeritan Tiara memanggil namanya saat ia digelandang polisi meninggalkan rumahnya.Alena teringat sesuatu dan Alena nampak meraba kantong celana sebatas lutut yang ia kenakan. Alena tidak menemukan
Read more
Bab 22. Pengakuan
Tanpa dipersilahkan masuk Arkhan mengikuti Alena sampai ke ruang tamu. Bahkan tanpa dipersilahkan duduk pun Arkhan dengan santai menghempaskan bokongnya di atas sofa yang terdapat diruang tamu itu.“Pergilah mandi Alena, aku akan menunggumu disini! Wajahmu terlihat kusut sekali.” ucap Arkhan. Sekarang malah ia mulai berani memerintah Alena seakan kepada istrinya sendiri.Sekilas Alena melirik lelaki tampan itu yang tengah duduk santai di atas sofa miliknya. Alena perlahan menaiki anak tangga menuju kamarnya dan mengikuti perintah Arkhan untuk mandi. Memang ia belum sempat mandi ketika polisi menjemputnya pagi tadi. Sekarang ia merasa tubuhnya sangat kotor dan berminyak.Sejurus kemudian terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Butuh waktu sekitar lima belas menit bagi Alena untuk membersihkan tubuhnya agar kembali segar. Arkhan dengan sabar menunggu di ruang tamu.Hampir setengah jam menunggu akhirnya Alena turun dari lantai dua ruma
Read more
Bab 23. Pengakuan 2
Alena menatap Arkhan setajam pisau yang terhunus dari hatinya yang berdarah.Arkhan merasa diserang seribu rasa tidak adil ketika Alena terus membacakan dakwaannya.“Boleh aku minum dulu, Alena?” tanya Arkhan ingin mendinginkan suasana yang makin panas membara. Mata indahnya mengerling ke arah Alena mengisyaratkan bahwa ia tidak mau saling menyakiti dan bersilang kata.“Hmm?” tanya Arkhan mendehem sambil memainkan matanya yang indah. Alis matanya juga terangkat mengikuti gerakan bibirnya yang menggoda.“Duuuh, kalau saja aku tidak melihat dengan mata kepalaku sendiri kamu bermesraan dengan banyak wanita, aku tidak akan menemukan setitik noda pun dari kesempurnaan sikap dan wajahmu.” desah Alena membathin di dalam hati.“Ya, silahkan minum! Aku sampai lupa nawarin.” jawab Alena melempar senyuman tipis.Arkhan dengan gaya machonya menyeruput green tea yang disuguhkan oleh Alena dengan sebuah cangkir. 
Read more
Bab 24. Penggibah
“Alena! Kamu sudah pulang? Kami sangat mengkhawatirkan kamu, Alena!”Begitu Arkhan berlalu meninggalkan rumah Alena, serombongan ibu-ibu yang dari tadi bergerombol segera memberondong rumah Alena. Tentu saja mereka datang dengan alasan prihatin atas kejadian yang menimpa tetangganya itu. Hmm.. bulshit..!“Saya tidak apa-apa!” jawab Alena mencoba tersenyum. Tanpa dipersilahkan masuk apalagi duduk, 5 orang ibu-ibu penghuni kompleks itu sudah duduk berderet rapi memenuhi sofa Alena bagaikan anak SD yang telah mendengar bel tanda masuk kelas. Tentu saja sebagai Nyonya rumah Alena tidak enak untuk mengusir mereka.“Sebenarnya ada sih, Alena? Mengapa sampai ke polisi segala? Kita semua khawatir lho..! Iya kan ibu-ibu...?” terdengar suara Bu Wati mengomandoi ibu-ibu yang lain. Dirinya bertindak seakan-akan ia adalah ketua kelompok dari mereka yang bertamu tanpa diundang ke rumah Alena.“Iyaa.. Alena..!” jawab mereka yang l
Read more
Bab 25. Fulus vs Tulus
“Tiara... Kamu kenapa, Nak? Bangun Tiara...!” dengan tersedu sedan Arkhan menggoyang-goyang lembut tangan Tiara yang tergeletak di dipan rumah sakit tak sadarkan diri. “Kamu lihat bagaimana Anakmu? Dia sangat membutuhkan dana yang besar demi kelangsungan hidupnya. Eh kamu malah enak-enak kan main gila sama janda kere itu! Apa untungnya kamu memacari si Alena itu hah...?” Nova menyilangkan tangan di dada dan terus mengomel panjang pendek. Arkhan terlihat malas untuk meladeninya dan hanya sibuk menangisi putrinya.“Ada apa dengan putrimu, Arkhan?” tiba-tiba sebuah suara muncul di ambang pintu. Arkhan dan Nova menoleh segera ke arah datangnya suara. Terlihat Arcy datang dengan membawa seabrek makanan dan buah-buahan.Nova mengulum senyuman melihat kehadiran wanita itu. Namun senyuman itu diubah menjadi wajah sedih yang jelas-jelas hanya dibuat-buatnya saja.“Tiara sakit lagi, Arcy.” ucap Arkhan lirih.
Read more
Bab 26. Igauan Lirih
Alena bergegas menapaki koridor rumah sakit. Beberapa kali ia coba menghubungi Arkhan namun Arkan tidak sekali pun menjawabnya. Beberapa chat yang ia kirimkan bahkan tidak dibaca apalagi dibalasnya. Hal itu tentu saja membuat Alena semakin khawatir akan keadaan Tiara. Syukurlah ia sempat bertanya kepada Arkhan nama rumah sakit tempat Tiara dirawat. Begitu para ibu-ibu penggibah pamit meninggalkan rumahnya, Alena langsung memacu kendaraannya menuju rumah sakit tersebut.Dengan berbekal petunjuk dari resepsionis rumah sakit itu, Alena bergegas mencari kamar tempat Tiara berada. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis kecil yang malang itu walau pun Alena tahu ia akan menghadapi sikap sinis Nova. Ia tidak peduli akan hal itu.. Ya.. baginya bertemu dengan Tiara dan melihat gadis kecil itu baik-baik saja adalah yang utama.“Tiara... Malang sekali nasibmu, Nak! Dalam usia yang masih sangat kecil kamu harus menanggung kekerasan hidup yang tak mengenal kasihan.”Alena meratap di d
Read more
Bab 28. Sebuah Permainan Saja
Perlahan...Tiara membuka kedua kelopak matanya. “Tiara?”“Tante Alena?”“Oooh Tiaraaa... Akhirnya kamu membuka matamu juga, Sayaaang...! Tiara benar-benar telah membuat Tante Alena bahagia!” ucap Alena tersenyum bahagia. Arkhan yang berdiri di samping Alena dan sedikit menunduk ke arah Tiara yang masih terbaring, menyeka air matanya dan segera mengganti wajah dukanya menjadi suka cita.“Anakku!” ucapnya sambil mengelus pipi Tiara.Tiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih pucat pasi. Perlahan diangkatnya kedua tangannya. Dengan kedua belah telapak tangan mungilnya itu ia tangkup wajah Alena yang basah.“Tante Alena menangis lagi?”“Ooh tii..tidak Nak! Tante Alena tersenyum sayang. Tante sangat bahagia melihat Tiara bisa tersenyum kembali.”Percakapan Tiara dan Alena telah membuat Nova dan Arcy segera mendekat. Mereka ingin melihat langsung keadaan
Read more
Bab 28. Suntikan Yang Menyakitkan
“Tiara mau pulang ke rumah Tante Alena... Boleh kan Tante?”Alena dan Arkhan saling bertatapan mendengar sebuah permintaan meluncur begitu saja dari bibir mungil Tiara yang bergerak pelan. Suaranya juga masih sangat lirih bahkan hampir tidak terdengar.Arcy membuang mukanya yang bersemu merah karena merasa tidak diharapkan kehadirannya di tempat itu. Namun ia nekad melingkarkan tangan kanannya di pinggang Arkhan seakan ingin menjelaskan kepada Alena bahwa Arkhan adalah miliknya.Miliknya... Yah... Tentu saja ia merasa memiliki Arkhan karena sudah banyak uang yang ia keluarkan untuk mendapatkan lelaki yang bergelar duda tampan tersebut.“Alena, aku harap kamu mau mengabulkan permintaan putriku. Tiara merasa sangat nyaman bersamamu.” ucap Arkhan sembari menggenggam kedua tangan Alena. Kini posisi mereka berdua berhadapan dan saling bertatapan. Sedangkan Arcy memeluk pinggang Arkhan dari belakang. Namun sepertinya Arkhan tidak memedulikan itu
Read more
Bab 29. Perundingan
Tiara kecil berjuang melawan rasa sakit sendirian di ruangan yang seharusnya untuk mendapatkan kesembuhan yang kini telah berubah berfungsi menjadi tempat penyiksaan. Namun tiada seorang pun yang tahu karena penyiksaan itu dilakukan oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam berselancar di antara nyawa-nyawa manusia.Dokter Marwa adalah wanita mata duitan yang kejam dan sekali gus pemilik rumah sakit yang cukup besar itu. Ia bebas melakukan apa saja tanpa seorang pun mampu mencegah.Ketika Tiara menggeliat di antara sadar dan tidak, Dokter Marwa menelepon mesra brondongnya.“Helo Pi, paling lambat lusa kita berangkat ke Paris. Kita akan merayakan ulang tahun ke tiga cinta kita disana.” ucapnya dengan menggunakan telepon seluler. Kepalanya mengangguk-angguk entah apa yang di ucapkan oleh lawan bicaranya. Yang jelas perempuan buruk rupa itu tersenyum genit namun terlihat seperti seringai hantu yang menakutkan siapa saja yang memandangnya.Perawat yang kini masih menemani
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status