Semua Bab Janda Kembang: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
Gundah Gulana
"Pergi kau dari sini!" bentak Bu Ratna lantang  Saras merasa malu dengan sikap Bu Ratna, namun dia tak berani membantah walau hatinya ingin berteriak membela diri bahwa dirinya kini adalah istri Reyhan. Tanpa terasa air matanya jatuh tak tertahankan lagi, Saras merasa sangat hina saat itu. "Ibu, saya hanya ingin bicara sebentar dengan Mas Reyhan." "Reyhan tidak ada di kantor, jadi pergilah dari sini!" Saras menggigit bibirnya menahan kesedihan yang bercampur amarah, tetesan air matanya tak terhitung jumlahnya yang membasahi pipinya. "Hih, ngapain kamu menangis? Mau belas kasihan dariku? Huh, jangan harap ya!" "Tidak Ma, aku hanya tidak menyangka kalau Mama akan kasar padaku, padahal aku tidak tidak bermaksud jahat." "Hei, kau lupa ngaca, hah! Gembel kayak kamu mau mendekati anakku, cuih!" Hinaan dari Bu Ratna sem
Baca selengkapnya
Curahan Hati Saras
Saras menenangkan diri dengan duduk di depan kemudi dengan mendengarkan musik, setelah dirinya menangis di kafe dan ditegur oleh pegawainya, kini ia lebih memilih berdiam diri di dalam mobil. "Sekarang aku harus bagaimana?" Ponselnya selalu ia pegang dan berharap Reyhan akan menelponnya, namun sampai senja hari, Reyhan tak kunjung memberi kabar. "Masak sampai malam aku ada di sini?" "Mau balik ke Banyuwangi aku masih malas dan capek, apa aku nginap aja di hotel ya?" Saras bersandar di jok mobil yang ia setel sampai bisa buat berbaring. Suasana hatinya lagi gak mood, ia betul-betul sedih dan gelisah memikirkan nasibnya. Mau cerita masalahnya ke orang terdekat pun terusik rasa malu dan hilang percaya diri. Saras takut dirinya dihina oleh orang-orang bila dirinya hamil dan Reyhan tak mau menikah dengannya secara hukum, sedangkan status dirinya sekarang hanya ist
Baca selengkapnya
Haruskah Aku Menggugurkan Kandunganku?
Saras bersemangat lagi setelah dapat telepon dari Munifah, ia kini punya keberanian untuk menyatakan kehamilannya di depan keluarga Reyhan.   "Kalau nanti aku di tolak, maka aku akan pergi dari negara ini, aku tak mau lagi tinggal di desa, aku tak mau jadi bahan gunjingan."   "Adik-adikku sudah dewasa dan mereka bisa hidup dari hasil toko bangunan yang aku punya."   "Kini saatnya aku hidup bahagia, aku tak mau lagi hidup dalam lubang derita."   "Tunggu, aku cari di mana Mas Reyhan? Apa aku samperin ke rumahnya?"   Di tengah perjalanan ke rumah Reyhan, Saras menjadi bimbang. Mobil ia parkir di tepi jalan dan ia meraih ponsel yang ada di dalam tasnya.   "Aku coba telepon Mas Reyhan lagi, siapa tahu hp-nya online."   Saras menekan nomor kontak Reyhan, terdengar suara suara notifikasi panggilan ke luar, tak berselang lama terdengar suara seor
Baca selengkapnya
Aku harus Pergi
Setelah mencari ketenangan diri, Saras akhirnya memutuskan untuk tidak akan pernah menggugurkan kandungannya, ia berencana untuk merawat anak itu seorang diri setelah bayi itu lahir. Keputusan sulit itu ia ambil dengan sangat terpaksa karena dirinya tak mau melakukan dosa besar. "Anak dalam rahimku tak berdosa, aku tak akan pernah menggugurkan kandunganku. Aku harus kuat, aku sebaiknya pergi dari sini, lebih baik aku pulang dulu ke Bayuwangi." Ting! Suara pesan singkat yang masuk dalam hp-nya. "Mas Reyhan, gak sabar nunggu berita dariku, lalu aku harus bilang apa?" "Aku harus bilang apa?" "Haruskah aku abaikan pesan ini? Atau aku balas?" Pikirannya Saras kini bingung mau jawab apa, sedangkan dirinya tak ingin menggugurkan kandungannya, tapi Reyhan ingin bayi itu tak lahir ke dunia. "Untuk saat ini aku abaikan saja pesan ini," gumamnya sem
Baca selengkapnya
Selamat Tinggal
Satu minggu kemudian... Paspor dan visa sudah Saras kantongi, kini dirinya siap untuk pergi. Kepergiannya tak banyak orang yang tahu, hanya keluarga inti saja yang ia beri tahu. Bahkan adik-adiknya tak ada yang boleh bicara dengan Reyhan tentang kepergiannya. Malam itu adik-adiknya berkumpul di kamarnya, raut wajah mereka terlihat sedih, mereka sangat berat melepaskan kepergian Saras. "Mbak, bagaimana dengan Mas Reyhan?" tanya Bayu. "Aku sudah tak bisa bersama Reyhan, aku harus pergi." "Bukankah aku sudah cerita padamu?" "Iya, sih!" jawab Bayu, "tapi aku masih belum terlalu mengerti semua itu." "Apa yang tak kau mengerti," balas Saras sambil merapikan barang yang akan ia masukkan kopernya. "Mungkin seiring waktu Mas Reyhan akan berubah pikiran." "Bayu, Mas Reyhan bersama Bella dan aku tak mau bera
Baca selengkapnya
Sungguh Aku tak Menyangka bila Kamu Begitu
Setibanya di Bandara Changi Singapura, Saras mengikuti petunjuk yang sudah Munifah jelaskan, ini pertama kali Saras ke luar negeri, tapi Munifah sudah dengan terperinci memberikan informasi dan petunjuk bagaimana Saras bersikap saat tiba di bandara.   Langkah kaki Saras menuju Arrival Immigration Halls di lantai dasar untuk pemeriksaan imigrasi. Dokumen perjalanan yang sah ia pegang dengan erat, Saras hatinya berdebar-debar saat berada di bandara internasional yang indahnya bukan main itu.   Ketika tiba di Bandara Changi Singapura, Saras di jemput oleh Munifah, Saras yang tidak bisa bahasa Inggris, tak banyak tingkah, ia hanya mengikuti semua petunjuk Munifah hingga dirinya sampai di pintu ke luar bandara.   Seorang wanita cantik dengan pakaian seksi dan berambut cokelat terang sedang memegang sebuah kertas putih dengan nama dirinya tertulis di atasnya.   "Hei, Saras!" sapanya dengan suara riang gemb
Baca selengkapnya
Bingung
Sebelumnya Munifah tak pernah cerita bila apartemen itu milik pacarnya, kini setelah sampai di Singapura, Saras menjadi serba salah, bila dirinya tinggal bersama Munifah, maka Saras hanya akan menggangu hubungan mereka. "Sebaiknya aku tidak di sini, aku akan pergi saja dari sini," gumamnya. Saras mengusap perutnya, ia lalu berbicara dengan calon buah hatinya yang baru berumur 10 Minggu itu. "Kita pergi ke mana lagi, Nak? Mama bingung harus pergi ke mana lagi." "Saat ini kita hanya berdua saja, tapi Mama akan melakukan yang terbaik untukmu." Saras mengambil roti dan memakannya, ia lalu bersandar di jok mobil sambil mendengarkan musik dari hp-nya. Suasana hatinya sedang sedih, namun ia berusaha tabah menghadapi semua cobaan hidupnya. "Mas Reyhan saat ini sedang apa ya? Setelah nomorku aku ganti, dia tak bisa menghubungi aku lagi." "Ah, suda
Baca selengkapnya
Panik
Satu tahun kemudian... Saras yang kini tinggal di kota Solo hidup dengan uang tabungan yang dulu di kasih oleh Reyhan, ia menjaga jarak dari sanak saudara dan juga adik-adiknya, ia bersembunyi dari mereka agar mereka tak bicara dengan Reyhan tentang kehidupannya. Bagaimana dengan status hubungannya dengan Reyhan? Hubungan mereka menggantung di tengah jalan karena Saras yang sengaja pergi tanpa pesan pada Reyhan, bahkan Reyhan tidak tahu bila anaknya telah lahir ke dunia. Sore itu Saras jalan-jalan di sekitar perumahan tempat tinggalnya, ia sedang menggendong bayi dengan selendang batik bermotif bunga berwarna merah. Elena Haura Almahyra, bayi mungil bermata bulat yang bercahaya dan menggemaskan itu baru berusia 5 bulan. Adik-adiknya Saras pun belum pernah melihat keponakan mereka. "Andai keluargaku berada di sini, aku pasti bahagia sekali," gumam Saras. "Di sini setiap orang tanya suamiku, aku bilang kalau suamiku kerja di luar negeri, aku berbohong pada mereka agar aku bisa hidu
Baca selengkapnya
Aku bukan Wanita Pilihan
Saat Reyhan berjalan ke arahnya, Saras segera berdiri dan ingin pergi, namun keburu Reyhan berdiri di depannya. "Kamu Saras kan?" "Maaf, kamu salah orang." Reyhan memandang wanita cantik yang berdiri di depannya, wanita yang mirip Saras, namun dengan penampilan yang seperti emak-emak dan menggendong bayi dengan kain jarik. "Maaf, aku pikir istriku," Reyhan menunduk, ia hendak berbalik pergi, namun bayi yang ada dalam gendongan Saras kembali menangis setelah sejenak terdiam. "Sayang jangan menangis ya! Cup, cup, cup!" Saras mencoba menenangkan Elena bahkan ia berusaha memberi ASI, namun Elena tetap saja menangis. Reyhan yang hatinya diselimuti oleh keraguan, ai kembali memandang Saras. 'Suaranya juga seperti Saras, tapi yang membedakan adalah penampilan dan juga dia menggendong bayi, dan sepertinya itu anaknya,' batin Reyhan. Saras berusaha menenangkan Elena, tapi Elena tetap menangis dengan keras tanpa sebab, hingga Saras putus asa dan menangis karena selama ini Elena tak pern
Baca selengkapnya
Penyesalan yang Terdalam
"Ngomong- ngomong, sedang apa Mas di sini?" Reyhan menatap Saras, ia juga punya pertanyaan yang sama untuk saras, namun belum sempat ia katakan. "Bagaimana denganmu, sedang apa kamu di sini?" "Pakde Jarwo sakit di sini, jadi aku datang untuk menjenguk," jawab Saras, "kalau kamu?" imbuhnya. "Papaku sakit." "Sakit apa, Mas?" "Papa ada pengobatan Laminektomi yaitu operasi untuk memotong dan mengangkat bagian dari tulang belakang yang bernama lamina. Prosedur itu dilakukan untuk mengatasi nyeri leher, nyeri punggung, atau nyeri pinggang yang tidak membaik setelah pengobatan lain, jadi jalan terakhir harus operasi." "Sekarang bagaimana keadaan Papa?" "Masih di ICU karena tekanan darah naik, jadi masih belum stabil." "Bagaimana dengan Mama kamu?" "Mama selalu menjaga Papa di sini, kadang kami operan jaga." "Pasti capek pulang pergi dari RS ke rumah." "Aku nginap di hotel dekat sini, yang pulang pergi dan ambil baju dan makanan ya para pembantuku." "Oh, begitu ya." Saras terseny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status