Satu minggu kemudian...
Paspor dan visa sudah Saras kantongi, kini dirinya siap untuk pergi. Kepergiannya tak banyak orang yang tahu, hanya keluarga inti saja yang ia beri tahu. Bahkan adik-adiknya tak ada yang boleh bicara dengan Reyhan tentang kepergiannya.
Malam itu adik-adiknya berkumpul di kamarnya, raut wajah mereka terlihat sedih, mereka sangat berat melepaskan kepergian Saras.
"Mbak, bagaimana dengan Mas Reyhan?" tanya Bayu.
"Aku sudah tak bisa bersama Reyhan, aku harus pergi."
"Bukankah aku sudah cerita padamu?"
"Iya, sih!" jawab Bayu, "tapi aku masih belum terlalu mengerti semua itu."
"Apa yang tak kau mengerti," balas Saras sambil merapikan barang yang akan ia masukkan kopernya.
"Mungkin seiring waktu Mas Reyhan akan berubah pikiran."
"Bayu, Mas Reyhan bersama Bella dan aku tak mau bera
Setibanya di Bandara Changi Singapura, Saras mengikuti petunjuk yang sudah Munifah jelaskan, ini pertama kali Saras ke luar negeri, tapi Munifah sudah dengan terperinci memberikan informasi dan petunjuk bagaimana Saras bersikap saat tiba di bandara. Langkah kaki Saras menuju Arrival Immigration Halls di lantai dasar untuk pemeriksaan imigrasi. Dokumen perjalanan yang sah ia pegang dengan erat, Saras hatinya berdebar-debar saat berada di bandara internasional yang indahnya bukan main itu. Ketika tiba di Bandara Changi Singapura, Saras di jemput oleh Munifah, Saras yang tidak bisa bahasa Inggris, tak banyak tingkah, ia hanya mengikuti semua petunjuk Munifah hingga dirinya sampai di pintu ke luar bandara. Seorang wanita cantik dengan pakaian seksi dan berambut cokelat terang sedang memegang sebuah kertas putih dengan nama dirinya tertulis di atasnya. "Hei, Saras!" sapanya dengan suara riang gemb
Sebelumnya Munifah tak pernah cerita bila apartemen itu milik pacarnya, kini setelah sampai di Singapura, Saras menjadi serba salah, bila dirinya tinggal bersama Munifah, maka Saras hanya akan menggangu hubungan mereka."Sebaiknya aku tidak di sini, aku akan pergi saja dari sini," gumamnya.Saras mengusap perutnya, ia lalu berbicara dengan calon buah hatinya yang baru berumur 10 Minggu itu."Kita pergi ke mana lagi, Nak? Mama bingung harus pergi ke mana lagi.""Saat ini kita hanya berdua saja, tapi Mama akan melakukan yang terbaik untukmu."Saras mengambil roti dan memakannya, ia lalu bersandar di jok mobil sambil mendengarkan musik dari hp-nya. Suasana hatinya sedang sedih, namun ia berusaha tabah menghadapi semua cobaan hidupnya."Mas Reyhan saat ini sedang apa ya? Setelah nomorku aku ganti, dia tak bisa menghubungi aku lagi.""Ah, suda
Satu tahun kemudian... Saras yang kini tinggal di kota Solo hidup dengan uang tabungan yang dulu di kasih oleh Reyhan, ia menjaga jarak dari sanak saudara dan juga adik-adiknya, ia bersembunyi dari mereka agar mereka tak bicara dengan Reyhan tentang kehidupannya. Bagaimana dengan status hubungannya dengan Reyhan? Hubungan mereka menggantung di tengah jalan karena Saras yang sengaja pergi tanpa pesan pada Reyhan, bahkan Reyhan tidak tahu bila anaknya telah lahir ke dunia. Sore itu Saras jalan-jalan di sekitar perumahan tempat tinggalnya, ia sedang menggendong bayi dengan selendang batik bermotif bunga berwarna merah. Elena Haura Almahyra, bayi mungil bermata bulat yang bercahaya dan menggemaskan itu baru berusia 5 bulan. Adik-adiknya Saras pun belum pernah melihat keponakan mereka. "Andai keluargaku berada di sini, aku pasti bahagia sekali," gumam Saras. "Di sini setiap orang tanya suamiku, aku bilang kalau suamiku kerja di luar negeri, aku berbohong pada mereka agar aku bisa hidu
Saat Reyhan berjalan ke arahnya, Saras segera berdiri dan ingin pergi, namun keburu Reyhan berdiri di depannya. "Kamu Saras kan?" "Maaf, kamu salah orang." Reyhan memandang wanita cantik yang berdiri di depannya, wanita yang mirip Saras, namun dengan penampilan yang seperti emak-emak dan menggendong bayi dengan kain jarik. "Maaf, aku pikir istriku," Reyhan menunduk, ia hendak berbalik pergi, namun bayi yang ada dalam gendongan Saras kembali menangis setelah sejenak terdiam. "Sayang jangan menangis ya! Cup, cup, cup!" Saras mencoba menenangkan Elena bahkan ia berusaha memberi ASI, namun Elena tetap saja menangis. Reyhan yang hatinya diselimuti oleh keraguan, ai kembali memandang Saras. 'Suaranya juga seperti Saras, tapi yang membedakan adalah penampilan dan juga dia menggendong bayi, dan sepertinya itu anaknya,' batin Reyhan. Saras berusaha menenangkan Elena, tapi Elena tetap menangis dengan keras tanpa sebab, hingga Saras putus asa dan menangis karena selama ini Elena tak pern
"Ngomong- ngomong, sedang apa Mas di sini?" Reyhan menatap Saras, ia juga punya pertanyaan yang sama untuk saras, namun belum sempat ia katakan. "Bagaimana denganmu, sedang apa kamu di sini?" "Pakde Jarwo sakit di sini, jadi aku datang untuk menjenguk," jawab Saras, "kalau kamu?" imbuhnya. "Papaku sakit." "Sakit apa, Mas?" "Papa ada pengobatan Laminektomi yaitu operasi untuk memotong dan mengangkat bagian dari tulang belakang yang bernama lamina. Prosedur itu dilakukan untuk mengatasi nyeri leher, nyeri punggung, atau nyeri pinggang yang tidak membaik setelah pengobatan lain, jadi jalan terakhir harus operasi." "Sekarang bagaimana keadaan Papa?" "Masih di ICU karena tekanan darah naik, jadi masih belum stabil." "Bagaimana dengan Mama kamu?" "Mama selalu menjaga Papa di sini, kadang kami operan jaga." "Pasti capek pulang pergi dari RS ke rumah." "Aku nginap di hotel dekat sini, yang pulang pergi dan ambil baju dan makanan ya para pembantuku." "Oh, begitu ya." Saras terseny
Empat bersaudara itu baru saja bertemu setelah sekian lama terpisah, rasa haru bercampur bahagia menyelimuti hati mereka."Mbak, anak ini cantik sekali," ucap Permadi penuh rasa syukur."Ia ya Mas, perpaduan antara Mbak Saras dan Mas Reyhan wajahnya," sahut Sundari."Menurutku, lebih mirip Mas Reyhan." Bayu ikut bicara sambil memegang tangan Elena.Saras yang duduk di jok mobil tengah di sampingnya duduk Sundari dan di jok depan ada Permadi dan Bayu yang duduk sambil menoleh ke belakang. "Aku senang bisa berkumpul bersama lagi," ucap Saras sembari tersenyum bahagia."Setelah ini, Mbak Saras pulang ke rumah ya?" tanya Sundari.Saras memandang adik perempuannya yang sekarang beranjak dewasa, raut wajah Sundari terlihat cantik dan terawat. Senyuman manis terlihat dari bibirnya yang indah."Kau sudah punya pacar?" tanya Saras."Mbak Saras gimana sih? Dia masih kecil, masak mau pacaran?" protes Bayu.Saras tersenyum tipis, ia tergelitik untuk menggoda adiknya yang kini telah dewasa dan sud
"Wajahnya mirip Saras, namun penampilan wanita ini kayak gembel. Siapa dia sebenarnya?" gumam Bella. Pandangan matanya menatap wajah wanita muda yang ada di depannya, ia semakin heran tatkala Reyhan mendekat dan bersikap baik pada wanita itu. "Apa-apaan sih Reyhan, kenapa dia begitu perhatian dengan wanita itu? Mungkinkah dia selingkuh dengannya?" Bella hatinya semakin panas melihat pemandangan di depan matanya, suami yang begitu cuek terhadapnya, kini begitu manis di depan wanita lain. "Hentikan, aku tidak suka kau sentuh wanita lain di depanku!" Reyhan menatap Bella sekilas, lalu bersikap cuek dan acuh tak acuh. Saras yang melihat hal itu semakin tak enak hati, ia takut Bella mengenali dirinya dan salah paham. "Maaf, saya harus pergi," ucap Saras sembari menjauh. "Kau yakin tidak apa-apa?" balas Reyhan seraya maju ke arah Saras. "Permisi." "Kamu mau ke mana?" cegah Reyhan. "Mohon maaf saya masih ada keperluan lain." "Biar aku antar." "Tidak usah, terima kasih." Saras ber
"Kau punya anak dengan Reyhan?" tanya Bella dengan suara bergetar.Saras tak mau menanggapi, ia palingkan muka dan bersiap pergi, namun tangan Reyhan mencegahnya. Hati Saras kesal, entah kenapa rasa benci terbersit saat melihat Reyhan yang egois."Lepaskan aku, kenapa kau bersikap seperti ini? Kenapa kau tak pikirkan perasaan istrimu?""Apa salahku? Aku hanya ingin kamu mengerti tentang perasaanku."Saras mengepalkan tangannya kuat, ingin rasanya ia menjambak rambut Reyhan kuat-kuat, bagaimana mungkin seorang suami tak memikirkan perasaan istrinya yang ada di sebelahnya, walau rasa cinta untuknya masih ada, namun Reyhan harusnya bisa menjaga perasaan Bella."Aku malas berdebat denganmu, jadi jangan ganggu aku, Mas!""Dik, jangan pergi!""Urus saja istrimu, jangan ganggu aku."Saras lalu menepis tangan Reyhan kuat-kuat agar tak memegang tangannya. Tatapan matanya yang tajam membuat Reyhan pasrah dan membiarkan Saras pergi meninggalkan tempat itu."Kenapa kamu tidak mengerti perasaanku?