All Chapters of Oh...Jandaku tersayang.: Chapter 71 - Chapter 80
173 Chapters
Kecelakaan.
Banyak kata buruk untuk Angel di bibir Anggara, namun meski demikian entah mengapa ia juga enggan melepas sosoknya dan merasa tidak nyaman ketika mengingat bahwa wanita itu dekat dengan Handoko.Mungkin karena hal itu juga, ia semakin tidak bisa menentukan sikap dan kebingungan bertindak di depan sang sekertaris baru tersebut."Nanti pas pulang, ganti dengan yang lain." Sambung Anggara ringan.Handoko yang mendengar itu masih terdiam, baginya 0erkataan apapun yang ia dengar dari Anggara tentang Angel ia akan berpura-pura tidak mendengarnya."Kopi di sini benar-benar lumayan, bisa kau pesankan aku beberapa?." Handoko mengalihkan pembicaraan, menggunakan rangkaian kata tentang kopi."Ciiih..." Anggara mengejek sahabatnya itu dengan berdecih pelan.Ia jelas tahu, bahwa sahabatnya tersebut jelas melindungi sosok Angel.Namun, dengan sikap dan pemahamannya tentang Handoko, ia juga sedikit lega.Setidaknya, wanita itu akan tetap ber
Read more
Aden.
"Brraaaaaaaakkkk." Meski mobil berjalan dengan kecepatan rata-rata, namun ketika beradu dengan pohon besar yang kokoh, nyatanya mampu menggelegar dengan hebat di pagi itu.Dan sosok di balik kemudi mobil yang tak lain adalah Bagas, meringis sejenak menahan sakit kepala akibat benturan keras, sebelum akhirnya pingsan di tempat kejadian.Bagas tersadar dari pingsannya pada siang hari, dan mengetahui dirinya telah berada di UGD rumah sakit. Pria tersebut melihat keatas meja yang berada di sampingnya, dan tidak menemukan apa yang di cari."Suster, siapa yang membawa saya ke rumah sakit?." Tanyanya kepada salah satu perawat jaga, yang sedang menangani pasien di sampingnya bersama seorang dokter.Melihat sosok Bagas telah tersadar, Dokter dan ketiga perawat yang memeriksa kondisi pasien di ranjang sebelah, segera mendatanginya.Mereka tidak menjawab pertanyaan pria tersebut, justru balik bertanya dan mengecek setiap detil kondisi dirinya.
Read more
Matikan.
"Een...Angkat telponnya." Suara Bagas terdengar seperti sebuah doa yang di ucapkan dengan penuh harapan.Dengan rasa sakit di kepala yang masih bersarang, ia berpikir untuk terus mencoba menghubungi Angel.Sebenarnya ia bisa saja menghubungi keluarga yang lain, Cantika, Hanum ataupun Hartono.Namun mengingat ia sekarang tengah berada di kota B, dan orang yang tepat untuk bisa segera datang dan sangat ia harapkan adalah Angel.Dalam kesempitan situasinya saat ini, ia ingin memanfaatkan musibah kali ini, untuk menciptakan kesempatan bagi hubungan diantara dirinya dan wanita itu.Iya, jika Angel mengetahui dirinya tengah terluka, atau mengalami kecelakaan, wanita itu pasti akan segera datang. Dan untuk selanjutnya, Bagas bisa memasang wajah layaknya kucing terluka, yang tengah butuh perawatan serta kepedulian.Namun, seperti panggilan telepon itu yang tak pernah menerima tanggapan, hatinya mulai merasa kembali bimbang.Di tatapn
Read more
Bergerak lagi.
"Mulai hari ini, kau jangan membantunya Han!. Dia bukan baru lulus kemarin, tugasnya harus di selesaikan sendiri." Handoko yang baru saja memilih kursi untuk duduk tidak banyak terpengaruh, bagi pria tersebut setiap perkataan sahabatnya akhir-akhir ini sungguh tidak valid, sebentar-sebentar membuat peraturan, marah bahkan juga mengancam akan memberhentikan karyawan.Namun, sebagai bawahan sekaligus orang terdekat Anggara sejak lama, Handoko hanya cukup mengiyakan perintah itu atau mengganggukkan kepalanya.Kali ini mereka tidak mengambil ruangan khusus, hal ini di karenakan rumah makan tersebut memang sudah di atur sedemikian rupa, dengan adanya beberapa penyekat ruangan, serta jarak meja makan satu dengan yang lainnya tidak terlalu berdekatan.Begitu mereka telah menempatkan tubuh dengan baik, dua orang pelayan datang dengan sigap.Satu mencatat pesanan mereka, dan yang satunya lagi menuangkan air putih untuk ketiganya.Handoko dan
Read more
Lagi-lagi bodoh.
Angel masih terdiam beberapa saat, tak ada sahutan lain selain kata"Iya, mengerti dan baik" saja, yang meluncur dari bibirnya hingga panggilan itu selesai.Namun, dari pandangan kedua pria di sana yang memperhatikan pergerakan wanita itu sejak tadi, wajah Angel tampak tidak baik-baik saja.Akan tetapi, apa sangkut paut keduanya dengan itu, di sini Angel tetaplah pribadi bebas dengan segala permasalahan dan urusan pribadi, yang tidak dapat di campuri oleh orang lain. Termasuk Anggara atasan dalam perkerjaan, dan Handoko sang sahabat kecil yang baru mengklaim jati dirinya.Wanita itu berjalan kembali menuju tempat duduknya semula, ia hanya diam dan menunduk di sana, tanpa ada niat melanjutkan hidangan yang belum ia selesaikan.Hal ini berlangsung sampai Anggara menyelesaikan makanan yang terhidang di depannya, barulah Angel mulai membuka suara. "Maaf pak." Wanita itu tampak ragu-ragu.Dan mendengar Angel membuka suara, untuk berbicara
Read more
Mengacaukan segalanya.
Meskipun Angel masih kebingungan dengan perkataan Anggara, ia masih tetap harus berdiri dari duduk dan mengejar kedua orang itu, yang mulai melangkah menjauh.Hari ini, setelah makan siang, jadwal akan berlanjut di gedung utama kantor cabang APC, yang berada di tengah kota D.Sebuah perkantoran yang menjulang tinggi, dengan 7 lantai tak jauh dari hotel tempat mereka menginap tadi malam.Dalam perjalanan dari rumah makan hingga sampai ke tempat tujuan, tak banyak percakapan yang terjadi.Khususnya Anggara yang memang tampak anti, untuk menrekoncilisasi kebodohan Angel, yang di rasa oleh pria tersebut sudah kelewat batas. Hanya Handoko yang beberapa kali membuka suara, sekedar untuk mengingatkan points penting dari rapat kali ini.Sebenarnya, saat pria tersebut mengetahui bahwa Angel masih memendam kecemasan untuk sang suami, terbesit kecewa di benak Handoko.Dalam pemikirannya, sebesar apa Angel mencintai pria tersebut, dapat di lihat
Read more
Kembali ke kota B.
"Ini, pakai untuk keperluan mu." Ucap Handoko, sembari menyodorkan sebuah amplop kecil.Suara pria tersebut terlihat tenang dan dalam, Seperti keheningan telaga, dengan kesejukan embun pagi yang menyegarkan setelah hujan."Ini?." Angel menatap Handoko dengan pandangan terkejut.Dan sedetik kemudian, Angel merasakan kehangatan hati yang telah lama menghilang, ketika telah memahami apa yang di lakukan oleh sosok di depannya.Pria itu peduli tentang musibah dari Bagas, dan tentu saja karena memandang dirinya sebagai sosok sahabat kecil di masa lalu. Setidaknya, itulah yang di pikirkan oleh Angel saat ini."Itu bukan untuk keperluan suami bodoh mu, tidak juga untuk pengobatan nya. Pakai untuk kebutuhanmu sendiri." Handoko ingin menambahkan perkataan tersebut.Akan tetapi, melihat senyum cerah dan tatapan hangat wanita di depannya, timbul rasa ketidak tegaan dalam hati. Dan pada akhirnya, Handoko hanya bisa menelan kembali perkataan tersebut.Ia berpikir, mungkin bercanda dengan Angel saat
Read more
sama-sama dalam mood yang buruk.
"Yang pergi bodoh, yang di tinggalkan juga ikut menjadi bodoh."Tepat ketika Handoko berbalik, di sana di depan pintu masuk hotel telah berdiri sosok sang sahabat yang sekaligus atasannya di kantor.Dan terlihat dari mimik wajah yang terpasang, pria tersebut tampak sedang dalam mood yang buruk.Handoko menghela nafas pelan, ia berjalan kearah sahabatnya dan menyapa dengan bahasa keakraban. "Apa kau sudah selesai?." "Apa yang sudah ku selesaikan?." Anggara."Entahlah, mungkin hal yang menarik." Sahut Handoko, seolah acuh menimpali keengganan menjawab pertanyaan sahabatnya tersebut."Apa dia sudah pergi?." Anggara."Baru saja." Jawab Handoko singkat."Baguslah." Anggara lagi.Ia menjawab dengan lugas, mengenai kepergian Angel kembali ke kota B, seolah wanita itu memang akan membuatnya sial dan kesal jika tetap berada di sekitarnya.Namun, hanya dirinya dan tuhan saja yang tahu bahwa kini ia tidak sedan
Read more
Selamat pagi mas.
Pagi ini langit terlihat suram, dengan awan tebal tengah menyingsingkan kecerahan, serta sinar matahari yang malu-malu di sela mega-mega mendung abu-abu.Namun, ke muraman bukan hanya di atas langit pagi ini saja, di bawah naungan perlindungan atap rumah sakit, wajah Bagas juga tampak tidak begitu baik.Seseorang yang ia tunggu sejak siang kemarin, sosok yang ia pikir akan datang dengan cepat begitu mengetahui kondisinya, ternyata tidak seperti harapan.Bahkan dengan berlalunya waktu dari sore yang ia perhitungkan akan kedatangan Angel, menjadi semakin menciutkan hati dan harapan, ketika hari berlalu menuju gelap, sosok wanita itu tidak kunjung datang.Meski begitu, Bagas masih menyisakan harapan kecil dalam hati, bahwa sosok sang istri mungkin menemui kendala dalam perjalanannya untuk sampai ke rumah sakit, di mana tempat dirinya di rawat sekarang. Hingga saat malam sudah menunjukkan kesunyian, dengan jarum jam di tembok menunjukkan pukul 2
Read more
Masih mencintaiku.
"Selamat pagi mas." Suara itu tidak keras ataupun pelan, namun dengan keakraban di dalam pendengaran Bagas untuk suara itu, Musim semi tiba-tiba saja mereka di benak dan hati pria tersebut.Mata itu teguh menatap sosok Angel yang mulai berjalan masuk, ia tak ingin melepaskan momen saat ini, dan membiarkannya menghilang dalam sekali kedipan mata."Sedang sarapan, lanjutkan saja dulu." Sambung Angel lagi, sembari meletakkan sebuah tas tanggung yang di perkirakan oleh Bagas, bahwa itu adalah baju ganti milik Angel.Melihat gelagat, dan tas yang di letakkan tak jauh dari tubuhnya berbaring, Bagas semakin menyiratkan kebahagiaan seketika itu juga."Oh ya, Anda...?." Tanya Angel lagi, setelah selesai meletakkan barang bawaannya, untuk sosok asing baginya di sana.Mendengar pertanyaan itu, kedua orang disana mulai tersadar kembali."Oh, saya pak Rajiman non, orang yang..." Pria paruh baya tersebut belum sempat menyelesaik
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status