Semua Bab Oh...Jandaku tersayang.: Bab 51 - Bab 60
173 Bab
Lamban dan bodoh.
Namun, sebesar apapun kemarahan dan kekesalannya saat ini, Angel tetap harus membuka tautan email ke dua.Dan seperti yang pertama, surat kedua juga semakin membuatnya naik pitam. Bagaimana tidak, itu adalah susunan jadwalnya selama seminggu ke depan di kota D, dan jam keberangkatan telah di tetapkan siang ini."Aaaahhkk...kalian kakak beradik benar-benar ingin membuatku gila." Angel berteriak dengan keras, namun dengan tubuh dan tangan yang segera bangkit dari ranjang, untuk menyambar koper besar yang di sandarkan di samping lemari baju.Koper tersebut, berisi beberapa baju yang di ambilnya dari rumah keluarga Pambudi 2 hari yang lalu.Karena kesibukan dan rasa lelah serta penat dalam hati beberapa hari ini, ia belum sempat membereskannya kembali.Dan hal itu menjadi titik keberuntungan tersendiri, karena ia tak lagi perlu berkemas.Angel mau tak mau harus menuruti perintah yang ada, karena nominal uang di rekening bank miliknya masih jauh dari cuk
Baca selengkapnya
Ceroboh.
Anggara yang melihat hal itu sejak awal tak memberikan reaksi yang berarti, kecuali sepenggal klimat dengan makna yang tak berguna. "Sudah lamban bodoh pula."Angel yang mendengar kata-kata kurang mengenakkan tersebut, dengan cepat menoleh kearah samping. Menatap sosok yang baru di kenalnya kemarin, dengan pandangan yang ingin memakan orang hidup-hidup.Bahkan, jika sudah menjebloskannya kedalam box hitam di hati, ia masih ingin menimbunnya dengan seluruh benda benar di dunia ini."Dan orang bodoh mana ingin memperkejakan sekertaris bodoh ini, sampai dengan menggunakan trik kotor?." Angel ingin mengatakan itu, untuk menjawab perkataan kasar Anggara yang duduk di sampingnya. Akan tetapi, belum juga wanita itu membuka bibir, suara Handoko kembali mengalihkan perhatian Angel."Bu..bisa pinjam kunci pagar?." Handoko.Mendengar pertanyaan sosok di samping mobil, Angel mengernyit sejenak. Ia bingung Untuk apa kunci pagar di perluk
Baca selengkapnya
Ikut berpartisipasi.
Angel yang masih berusaha memahami situasi di sana, terkejut saat Handoko merapatkan jarak diantara keduanya, sedikit mencondongkan tubuh, dan berbisik pelan."Map biru."Mendengar hal itu, Wanita tersebut dengan cepat meraih map biru yang berada di jok mobil belakang, di antara tumpukan beberapa map lain yang di serahkan kepadanya oleh Handoko tadi. Setelah mengambil map tersebut, dengan cepat pula ia kembali ke posisi semula, berdiri tepat di belakang Handoko dan Anggara.Angel sejenak mendekat kearah punggung Handoko yang tegak berdiri di sana, sembari bersuara lirih. "Terimakasih." Dan di jawab senyum tipis oleh sosok sang pria.Anggara yang mendengar komunikasi di antara keduanya sejak tadi, hanya bisa terdiam dan meneguk rasa jengah hati, yang kian tebal dalam diam.Ketiganya di persilahkan untuk masuk kedalam ruangan besar, dengan beberapa meja panjang yang telah di tata sedemikian rupa, dengan minuman dan hidangan pemanis, tersedia di
Baca selengkapnya
Izin duduk.
"Perkenalkan nama saya Panji. Dan kebetulan perwakilan dari asosiasi pemuda di desa ini." "Sesuai dengan rencana yang di sampaikan, bahwa lahan tersebut nantinya akan di bangun sebuah perumahan, bisakah penduduk desa kami ikut untuk berpartisipasi?."Mendengar pertanyaan tersebut, Angel yang memang masih ragu tentang pemahaman untuk perkataan yang di sampaikan, menjawab. "Dengan saudara Panji?.""Ia...Panji." Dan disahuti secara reflek oleh pria di depannya, yang juga berdiri sembari memegang Microfon."Bisakah Anda menggambarkan dengan jelas, arti dari berpartisipasi di sini?." Angel."Terimakasih sudah di beri kesempatan." Panji."Yang kami maksudkan di sini, adalah ikut berkerja di dalam proyek pembangunan nantinya. Mohon maaf, ini juga telah dirundingkan, dan mencapai persetujuan bapak Kades, dan setiap perangkat yang terkait. Mengenai tenaga yang dipilih atau yang akan diperkerjakan nantinya, kami berhara
Baca selengkapnya
Prasmanan.
Angel yang tidak sarapan tadi pagi, mengambil sebuah lumpia di atas piring, dan memakannya.Meneguk air mineral di atas meja, untuk melarutkan obat yang seharusnya sudah di minum pagi ini, melewati tenggorokannya yang kering.Anggara mengernyitkan dahi, ketika melihat tindakan wanita di samping Handoko."Bagaimana ada orang yang begitu ceroboh, dan sialnya lagi itu adalah sekretarisnya." Pikir Anggara dalam diam.Pria itu mulai menyesali keputusannya yang absurd, dengan menjadikan wanita itu sekertaris pribadinya.Menurut penilaian Anggara, Angel bahkan bisa ceroboh dengan tubuh sendiri, bukankah itu jauh lebih mudah dengan urusan lainnya.Handoko yang memperhatikan arah tatapan Anggara, yang terfokus pada wanita di sampingnya, mencondongkan tubuh sedikit mendekat ke Anggara, dan bertanya dengan suara pelan. "Ada apa?, apa sekarang kau merasa dia cantik?." Anggara hanya menatap kebodohan sahabat di sampingnya, dan kembali beralih
Baca selengkapnya
Apa Anda sakit?
Anggara meraba dada kiri atasnya dengan perlahan, dan berpikir "Mengapa ia seperti ini?."Pria tersebut sempat termenung sejenak, di depan ruangan. Dan membutuhkan beberapa detik kemudian sebelum ia mendorong pintu di depannya, dan masuk kedalam.Melihat kedatangan Anggara dengan wajah yang sedikit tak baik, Handoko menggeser tubuh meringsek lebih dekat kearah Angel. Dan menyisakan ruang untuk di tempati oleh Anggara.Di depannya, sebuah meja panjang dengan aneka masakan lengkap tertata.Ada nasi dalam bakul, ayam panggang, udang bakar, gurami goreng, cumi kuah hitam, tempe dan tahu bacem, aneka sambal serta lalapan.Melihat tampilan di atas meja yang masih rapi, Anggara menyadari bahwa keduanya belum mulai makan, untuk menunggu dirinya.Ia segera mencuci tangan pada mangkok air, yang berisi irisan jeruk nipis di atas meja.Membuka piring di depannya, dan hendak mengambil nasi untuk mulai makan.Namun karena bakul nasi berada agak jauh dari jangkauannya, ia melihat sosok Angel yang keb
Baca selengkapnya
Sok akrab.
"Aku baik-baik saja, pelajari saja proyek berikutnya dengan baik." Anggara hanya menatapnya sekilas, dan begitu perkataan itu selesai di ucapkan, ia mengalihkan pandangan menatap kearah punggung kursi di balik Handoko.Angel kembali duduk pada posisi sebelumnya. meski ada sedikit tanda tanya atas perubahan sikap Anggara, ia tidak memikirkannya hingga dalam.Bagiamanpun, ia bukan sosok yang tepat untuk bertanya lebih jauh. Karena Angel harus fokus untuk perkejaan dan juga memperhatikan kebutuhan sang Presdir menyangkut lingkup teratur dan berjalan baiknya perkejaan tersebut, maka keutamaan dan kenyamanan pria di sampingnya juga terpaut. Dan bertanya tentang kondisi dari sosok sang atasan, sudah merupakan perhatian terbaik sebagai kewajiban lain dari tugasnya.Akan tetapi, jika yang di perhatikan menolak untuk berbicara, sudah tentu hal tersebut di luar tanggung jawabnya sama sekali.Angel tidak kecewa, ataupun penasaran dengan perubahan Anggara. Pribadinya yang tidak suka di usik, atau
Baca selengkapnya
Tidak sepenuhnya buruk.
Akan tetapi, ketika ia melihat anggukan pelan dari Handoko yang di sertai senyum kecil di bibir, ia jadi semakin bingung."Orang ini salah makan apa?, kenal saja baru hari ini sok akrab lagi." Namun, tentu saja hal itu hanya berputar di otak kecilnya saja, sebagai orang baru dan masih belum mengenal siapapun dengan baik, ia jadi sedikit kelabakan."Bagaimana ya?." Wanita tersebut berdiri tegak, serta sedikit lebih lebar membuka daun pintu kamar hotel yang ia tempati. Dan kini tampilannya terlihat penuh di depan Handoko.Angel mengarahkan manik matanya secara sengaja ke arah diri sendiri, serta sedikit mengangkat pundaknya keatas secara reflek. Dengan tujuan ingin mengatakan bahwa ia tidak siap. Bahkan, ia tengah menikmati kenyamanan mandinya barusan.Dalam diam dan isyarat gerak manik mata itu, Angel berharap Handoko merasa sungkan dan mengurungkan niat untuk membawanya keluar saat ini.Bagaimanapun sebagai orang baru, menolak secara langsung adalah tidak pantas, terlebih mengingat wa
Baca selengkapnya
Sensitif
Angel berpikir selama dalam perjalannya bersama Handoko menuju rumah makan, bahwa kontrak kerja ini tidak sepenuhnya buruk. Ia bisa melenggang santai bersama seseorang, yang mungkin bukan siapa-siapa di hidupnya beberapa waktu lalu.Menikmati kebersamaan nyaman, tanpa beban sebuah pertalian hubungan. "Teman", mungkin kata itu, kedepannya dapat ia pertimbangkan untuk sosok pria di sampingnya sekarang.Tepat pukul 7 malam, keduanya keluar dari rumah makan yang mereka pilih.Handoko yang tampak menikmati waktu makan kali ini, tanpa sadar menyembulkan senyum beberapakali.Sungguh, sebuah gerakan kecil di wajah itu akan mampu mengguncang keterkejutan pikiran, dari setiap pekerja di kantor induk APC, jika saja mereka mengetahui."Masuklah, ada satu tempat yang ingin ku kunjungi." Handoko membukakan pintu mobil, meminta Angel untuk segera masuk dengan senyum lembut yang terpasang.Dalam hati dan pikiran wanita tersebut, ia mas
Baca selengkapnya
Takut ketinggian.
"Maaf... baru-baru ini banyak hal yang terjadi, saya jadi sedikit sensitif." Lanjutnya lagi.Handoko tak menyahuti perkataan itu, justru ia hanya menampilkan senyum tipis di bibirnya.Dan tentu saja, hal itu di lewatkan oleh sosok sang wanita."Gedungnya tinggi." Ucap Handoko, seolah ia tengah membahas hal lain yang tak bersangkutan, dengan perkataan wanita di sampingnya barusan."Hah!..Apa?." Angel secara reflek menoleh ke arah sosok di sampingnya."Tempat itu gedungnya tinggi, jadi jika kau masih takut ketinggian katakan saja dengan jujur." Handoko mengulangi perkataannya beberapa saat lalu, dan di imbuhi dengan penjelasan untuk klarifikasi.Angel yang merasa sedikit terkejut dengan penjabaran barusan, semakin di buat bingung."Siapa yang takut ketinggian?." Angel.Mendengar jawaban reflek dari sosok di sampingnya, kini giliran Handoko yang mengernyitkan kening."Bukannya itu kamu?." Ia ingin mengucapkannya, tapi de
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
18
DMCA.com Protection Status