All Chapters of Ketika Istriku Mulai Membangkang: Chapter 11 - Chapter 20
153 Chapters
Bab 11
"Apa yang kamu lakuin, Lia? kamu suruh Riana buat cuci baju kamu? Apa aku nggak salah denger?" Bu Lasmi melotot. "Nggak, ibu nggak salah dengar. Ibu belum tuli kan? Aku memang nyuruh Riana buat cuciin bajuku. Kenapa emangnya? Apa ada yang salah sama ucapanku?" aku menatapnya.. "Ck... Ck... Ck! Berani sekali kamu main suruh-suruh ajah sama Riana. Kamu pikir kamu bos apa?" mertuaku ikut nyeletuk pembicaraan kami. "Jelas dong. Aku kan tuan rumah." jawabku. Karena sikap buruk yang selalu Bu Lasmi tunjukan padaku, membuat rasa seganku seakan menghilang seluruhnya untuk beliau *** "Kak Yoga, Kakak udah baikan?" Melisa yang baru saja datang menghampiri Yoga di pembaringan. "Ya, sudah lumayan." jawab Yoga. "Hmm... Kakak cepet banget baikannya. Pasti karena di sini ada Mbak Riana. Iya kan? Hehe ...." Melisa tertawa ringan. "Ih, tahu ajah kamu." timpal Yoga.
Read more
Bab 12
Lia memutar haluan sepeda motornya. Ia baru saja pulang dari melihat-lihat ruko yang baru saja ia beli. Ya Ini adalah sebuah lembaran baru baginya. Ia tak perduli lagi dengan urusan rumah beserta semua penghuninya yang tidak menghargai keberadaan Lia sendiri. Oleh karena itu Lia berinisiatif untuk mengembangkan usahanya dengan sebaik-baiknya, ketimbang fokus mengurus rumah.. Ia sudah memperkirakan berapa dana yang akan ia gunakan untuk memoles kembali toko tersebut agar terlihat lebih bisa menarik pelanggan. Jadi Lia berencana untuk mengurus usaha online yang ia kelola dari toko tersebut. Namun, baru saja ia memutar haluan sepeda motor ke arah pekarangan rumah dua orang, Riana dan Bu Melisa, tengah menunggunya berkacak pinggang di teras. "Dari mana saja kamu Lia! Enak saja kamu asik jalan-jalan bersama lelaki lain, sedangkan suamimu sendiri kau biarkan tergeletak sakit di rumah!" serta-merta Bu Lasmi mengumpat dengan suara keras sepe
Read more
Bab 13
Kutatap kedua mata anakku yang tengah terlelap. Ada letih pada kedua mata mungil menggemaskan tersebut. Terkadang aku kasihan sama putri kecil semata wayangku ini. Apalagi beberapa hari ini rumah tanggaku sama Mas Yogabisa dibilang tak pernah tenang. Pertengkaran terus saja terjadi, tukang kompornya tidak lain dan tidak bukan, mertua dan ipar sendiri. Bikin miris.Aku mulai memikirkan nasib mental anakku kedepannya. Aku sadar jika terus menerus berada dalam kondisi lingkungan keluarga yang tidak mendidik, maka itu bisa berdampak buruk pada mental anak ini. Tentu saja aku tidak ingin jika sampai mental putriku terganggu karena kondisi rumah tangga yang tidak lagi stabil dan selalu digandrungi oleh pertengkaran demi pertengkaran. Setidaknya aku harus mencari solusi terbaik buat Chika. Terlebih lagi di rumah ini sekarang selalu dihadiri oleh Bu Lasmi dan Melisa yang sungguh tidak menunjukkan kasih sayang pada Chika. Sekalipun Ch
Read more
Bab 14
"Melisa, kamu apa-apaan sih? Lain yang kamu bicarakan sama kami dan lain pula yang kamu kamu akuin sama Lia. Kan nggak enak tuh sama Yoga. Harusnya tadi itu kamu bisa tegaskan kalau kamu beneran liat kalo Lia lagi sama laki-laki lain. Ini kok malah kayak ngedit-ngedit berita ajah kamunya." Bu Lasmi menggerutu. "Ibu nggak tahu aja. Tadi itu Mbak Lia kirim pesan sama aku. Dia ngotot untuk minta bukti sama aku .Katanya dia bakalan nuntut aku dan laporin aku ke polisi kalau aku enggak punya bukti. Sebab kalo tanpa bukti, jatuhnya ucapanku sama kek fitnah. Mau gimana lagi dong Bu, aku nggak punya bukti yang ia mau." jawab Melisa bersungut-sungut. "Ish! Kamu itu ya, beneran pikirannya kurang panjang. Kamu mikir enggak kalau buat bukti itu kita bisa ngedit gambar. Toh dimana-mana banyak jasa editing foto. Bayarnya juga enggak terlalu mahal." ujar Bu Lasmi amat menyayangkan. "Bu, Maaf. Kemarin itu aku nggak sempet mikir ke arah sana. Habisn
Read more
Bab 15
"Mas, Mas janji kan buat bener-bener nikahin aku?" suara Riana kembali terdengar. "Iya, Sayang. Tentu saja.""Mudah-mudahan kita nikahnya lebih cepet ya, Mas. Aku nggak sanggup lebih lama lagi jadi babunya Lia." Rupanya dua orang tersebut asyik mengobrol tanpa menyadari kedatanganku. Sebagai seorang istri tentu saja hatiku merasa panas. Rasa dendamku kembali menggebu-gebu. Seandainya saja aku adalah wanita ceroboh dan tak berpikir panjang, tentu saja sudah ku sergap mereka berdua disana tanpa tedeng aling-aling. Tapi tidak! Itu bukan sikapku. Biar kuremas-remas sampai hancur sekalipun mulut mereka berdua, itu tidak ada untungnya sama sekali. Justru akan menambah masalah bagiku. Sejenak kemudian, Riana tersentak. Matanya terlihat semakin takut melihatku berdiri di depan pintu. Bergegas wanita itu bangkit dan menatapku gugup. "Mmmaaf, Mbak. Tadi aku hanya ngobrol biasa ajah sama Mas Yoga."
Read more
Bab 16
"Bu, kok Mbak Lia itu Kasar banget sih? Sampai-sampai diusir juga begini kita. Bener kata Bu Lasmi, dia itu kayaknya mantu yang nggak tahu cara menghormati keluarga suami. Mau menang sendiri, dan kayaknya sok berkuasa ya." Riana berujar. "Nah itu kamu tahu. Semua orang yang lelihat tingkahnya juga pasti bilang begitu. Emang dia tuh nggak ada sopan santunnya kok. Lihat sendiri tingkahnya! Mungkin aja dulu dia nggak disekolahin sama orang tuanya. Beda sama kamu mah." Bu Lasmi mulai membanding-bandingkan sosok Riana dengan Lia. "Emang beda jauh tampang orang pinter sama orang kampungan. Aduh aku sungguh berharap deh Lia sama Yoga segera cerai dan kalian bisa menikah. Kamu kuliah juga tinggal satu semester lagi kan. Udah capek Ibu punya mantu kayak Lia." Riana diam menyimak apa yang dituturkan oleh Bu Lasmi. Sungguh rasa bangga Riana kian menjadi-jadi. Riana yang notabene anak kuliahan merasa statusnya lebih tinggi dari Lia. Ia begitu bangga
Read more
Bab 17
"Aku nggak ada duit buat pinjemin kamu, Mas!" jawabku pendek. Enak saja dia, selama ini merendahkan aku sedemikian rupa, eh sekarang tiba-tiba mau minjam uang. Sudah tahu kalau ia sendiri tidak menafkahi anak istri, tidak malu pula. "Nggak usah terlalu pelit, Lia! Aku butuh buat biaya sekolah Melisa. Kamu tahu sendiri, Melisa udah mau kelulusan. Kasihan kan kalo sampe nunggak pembayaran. Kamu gak usah khawatir, aku bakalan balikin semua uang yang aku pinjemin dari kamu bulan depan. Pas aku gajian, langsung tak balikin. Aku janji." ucapan Mas Yoga membuatku ingin tertawa saja. "Untuk biaya kelulusan Melisa kok minta duitnya sama aku? Aku ajah nggak nuntut biaya makan sama kamu! Nggak masuk di akal banget kalian ini." ujarku. "Nggak boleh ngomong gitu dong, Lia. Aku bukannya pengen minta, tapi minjem. Tentu beda kan antara minta sama minjem. Kalo aku bilang minjem, aku pasti bayar, kok." sahut Mas Yoga kembali. "Pake
Read more
Bab 18
"Riana, sini dulu, Nak!" Bu Lasmi memanggil.Riana yang tengah berdandan segera menoleh. Dilihatnya Bu Lasmi memberi isyarat agar dirinya mendekat. Riana menurut. Bu Lasmi masih terlihat rapi seperti habis pulang dari sebuah perjalanan."Bu Lasmi dari mana? perasaan dari tadi Riana gak liat Ibu. Ibu habis pergi ya? Tumben nggak bilang-bilang?" Riana bertanya. Mendengar pertanyaan itu, Bu Lasmi tersenyum lebar."Ibu habis dari tarik tunai di ATM, ambilin uang kiriman dari Yoga buat kamu." jawab Bu Lasmi bangga. "Oh ... Jadi sekarang uangnya udah ada, Bu?" Mata Riana berbinar."Ya jelas udah siap dong, Sayang. Ibu kan udah bilang kalo cuma dua juta mah kecil. Bukan apa-apa bagi orang seperti Yoga. Kamu tau nggak, tadi itu Yoga nggak kasih cuma dua juta aja. Tapi, dia juga ada bonus spesial buat kamu, bonusnya satu juta. Jadi secara keseluruhan, dia kasih kamu sejumlah tiga juta. Gimana?" Bu Lasmi memicingkan
Read more
Bab 19
Dengan perasaan kalut, Yoga terpaksa kembali menguras tabungan di rekeningnya yang tak lagi bisa dibilang banyak.Clink! Tengah sibuk otak-atik handphone, sebuah notifikasi pesan muncul. Yoga segera mengecek."Dari Riana rupanya!" gumam Yoga setelah mengetahui siapa pengirim ppesan tersebut. Seulas senyum pun segera terukir.[Makasih atas kiriman uangnya ya, Mas. Banyak banget lagi. Aku seneng banget deh.] pesan Riana. Yoga mengernyitkan dahi. "Kapan aku nitipin uang buat Riana?" Yoga bertanya-tanya.Tengah berpikir, satu lagi pesan muncul dari orang yang sama. [Uang tiga juta ini lebih dari cukup buat kebutuhan aku dalam minggu ini, Mas. Mana Ibu Mas juga nambahin satu juta buat aku. Jadi total empat juta. Mm...Pokoknya Bu Lasmi, Mas Yoga serta Melisa sangat baik deh sama aku. The best lah pokoknya][Love you, Mas] Satu lagi pesan dari Riana diiringi dengan em
Read more
Bab 20
"Pokoknya, sekarang kita harus bisa ngedapetin mobil." Bu Lasmi bersikukuh. "Iya Bu, siapa juga yang tidak pengen punya mobil sendiri. Tapi pertanyaannya, apakah mungkin kita mampu buat bayar cicilan? Ini aja kita cuma pengen bayar cicilan dua motor aja kesusahan. Mana kebutuhan juga semakin naik, Ibu sendiri kan yang bilang kayak gitu?" Yoga terlihat benar-benar keberatan. Bu Lasmi berdecak kesal dengan jawaban anaknya yang lagi-lagi mengecewakan. Sungguh Bu Lasmi tak suka melihat raut muka Yoga yang terlihat tidak setuju dengan usulan beliau. "Yoga! Hidup di dunia ini harus dengan tekad, Nak. Kalau kita nggak nekat maka kita nggak bakalan dapet. Kita juga harus berani menanggung resiko. Begitu juga dengan mobil, kalo kita enggak berani ambil kreditan, pasti sampai kapanpun kita nggak akan pernah bisa nyetir mobil sendiri. Akibatnya apa? Kita nggak akan pernah diakui sebagai orang berpunya. Padahal kamu tahu sendiri, harga di
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status