All Chapters of Ketika Istriku Mulai Membangkang: Chapter 31 - Chapter 40
153 Chapters
Bab 31
Lia sedang sibuk menata barang-barang di toko ketika telepon genggamnya berdering. Lia melirik layar ponsel. Wajah si ibu mertua terpampang di sana. "Ibu? Untuk apa lagi dia menghubungiku?" Lia merasa heran. Namun mengingat setiap menelepon, Bu Lasmi tidak pernah mengatakan hal-hal penting kecuali umpatan dan celaan, akhirnya Lia memutuskan untuk mengabaikan panggilan tersebut. Lia berfikir jika mengangkat telepon dari wanita paruh baya itu, maka pasti hanya akan mengundang perselisihan belaka. Seperti tak bosan-bosannya menghubungi, panggilan dari Bu Lasmi selalu saja berulang-ulang. Namun berulang-ulang pula Lia mengabaikannya. "Terserah dia mau apa. Aku sudah malas meladeni beliau bicara, tidak lain dan tidak bukan hanya akan bikin sakit hati aja." batin Lia. Lia sibuk kembali dengan packing-an packing-an pelanggannya. Menata barang dan mengecek mana barang stoknya mulai menipis. Di beberapa platfor
Read more
Bab 32
"Mbak Lia! Hati-hati kalo ngomong!" Melisa berujar kasar. "Sebaiknya peringatan itu berbalik sama kamu, Mel. Kamu yang seharusnya tahu cara berbicara yang baik kepada sama ipar." "Enak ajah! Nggak! Aku gak akan bisa menghormati kakak ipar seperti kamu!" Melisa menolak mentah-mentah ucapan Lia. "Kalau begitu, sama halnya sama aku. Aku juga gak akan bisa menghormati adik ipar kayak kamu." Melisa mengepalkan tangan. Tingkah Lia benar-benar menguji adrenalin. Selama ini jarang-jarang ada yang mau meladeninya. Tapi sekarang Melisa merasa mendapatkan perlawanan. Sepertinya ia sedang diuji oleh ipar sendiri. "Keluar kamu dari rumah ini, Mbak! Sudah cukup aku sabar telah membiarkan kakakku memelihara wanita sialan kayak Mbak. Mbak di sini cuma numpang di rumah kakakku saja! Jadi kami pengen Mbak segera tinggalin nih rumah! Kalau tidak, maka telapak tangan ini akan melayang ke wajah kamu! Dan aku sendiri yang akan men
Read more
Bab 33
(Maaf pembacaku, koinnya agak mahal, hehe.. Tapi ini karena babnya panjang, ya. 2000kwords lebih )"Lia! Katakan sama aku apa yang udah kamu lakuin sama Melisa kemarin?" Yoga membanting pintu. Padahal laki-laki tersebut baru saja datang. "Tanya aja sama adik kamu apa yang udah aku lakuin sama dia. Jadi kamu gak perlu emosi tanya-tanya kemari." Lia menjawab ketus. Yoga nampak menggeram kesal dengan sikap istrinya yang menurutnya semakin menjadi-jadi. "Kamu nggak usah keterlaluan selalu nyakitin keluarga aku, Lia. Sudah cukup selama ini aku, Ibu dan Melisa bersabar sama tingkah kamu. Kamu bisa mikir enggak sih? Mereka itu ibu dan adik aku sekaligus mertua dan adik ipar kamu juga yang harus kamu sayangi." Yoga mengambil posisi tempat duduk di hadapan Lia. Mendengar penuturan sang suami, Lia hanya nyengir kuda. "Yang seharusnya berpikir itu kalian, Mas. Selama ini yang terlalu bersabar dan terlalu mengalah menghadapi
Read more
Bab 34
Yoga kembali menelan ludah. Baru saja ia merasa lega, namun tanggapan Lia kembali membuatnya lemas. "Bener-bener nggak ada gunanya aku ngomong sama kamu." Yoga merasa kesal. "Dilembut-lembutin kamu kagak ngerti juga, dikerasin malah tambah menjadi-jadi. Rupa-rupanya emang gak ada niat baik lagi kamu sama aku. Semua percuma! Ya, percuma pengorbanan yang aku lakukan selama ini." Yoga berkata lemas. "Pengorbanan? Emangnya pengorbanan apa sih yang udah kamu lakuin sama aku?" Lia menanggapi santai. "Sudahlah, Lia! Kagak usah ngejawab terus! Kamu gak usah terus-terusan deh menguras kesabaran aku. Barusan aku udah berusaha untuk bicara baik-baik. Tapi ya emang dasar kamunya ajah yang kagak bisa diajak buat kerjasama." Yoga menatap langit-langit. "Kapan kamu mau ajak aku kerja sama? Setahuku, kerjasama itu harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak, Mas. Masing-masing harus mendengarkan pendapat satu sama lain.
Read more
Bab 35
Menjelang malam, Lia dikejutkan oleh kedatangan Yoga. Kontan saja yang Lia merasa heran. Sebab, tidak biasanya laki-laki itu datang pada saat menjelang magrib seperti ini. Namun Lia acuh saja dengan kemunculan suaminya kala itu. Tetapi sedikit banyak kedatangan Yoga kali ini mampu membuat Lia tersenyum. Ada sesuatu yang ingin ia lakukan terhadap kedatangan pria tersebut. Lia mencari kesempatan yang tepat. Matanya tak lepas mengawasi apa yang dilakukan oleh Yoga. Ketika lelaki tersebut memasuki ruang kamar, Lia mengembangkan senyum. "Kita tunggu saja!" Lia tertawa tipis. Cukup lama lelaki itu di dalam sana. . Setelah sekian puluh menit, belum terlihat pria itu keluar. Lia memasuki kamar Chika, mengunci pintu, dan meraih sebuah laptop yang telah terhubung dengan cctv di kamar mereka. Ya, itu adalah sebuah laptop yang di hadiahi oleh orangtua Lia ketika ulang tahunnya beberapa hari
Read more
Bab 36
Menjelang siang, Lia dikejutkan oleh kedatangan Bu Lasmi sekeluarga. Sontak membuat Lia terkejut. "Ada apa mereka rame-rame datang kemari?" batin Lia bertanya. Terlihat Yoga menurunkan dua buah koper besar dari dalam mobil. "Pake bawain koper lagi, kayak mau ngungsi ajah." pikir Lia kembali. Bu Lasmi melangkah paling depan. Seperti biasa, langkah kaki itu terlihat angkuh dan sombong. "Ayo silakan masuk, Nak Riana! Anggap saja rumah sendiri." Bu Lasmi menarik tangan Riana agar lekas ikut masuk. Tanpa ba bi bu, Bu Lasmi membawa dua koper tersebut ke kamar depan. Tidak berapa lama, Bu Lasmi kembali muncul. Di sofa ruang keluarga, wanita paruh baya tersebut menghempaskan tubuh. "Lia! Tolong ambilkan minum! Ibu haus nih." Bu Lasmi memerintah seraya mengelap keringat di dahinya. Sepertinya wanita itu kelelahan. "Aku juga, Mbak. Aku pengen jus jeruk." ti
Read more
Bab 37
Lia terdiam beberapa saat lamanya. Dalam pikirannya, "enteng sekali mereka bilang ingin pindah ke rumah ini." "Emangnya Ibu pengen pindah kemari?" "Ya, bener." "Bawa pasukan gitu?" sindir Lia. "Pasukan apa maksud kamu?" Bu Lasmi mendelikkan mata. "Ya gitu, pasukan keluarga ibu. Mau pindah ke rumah orang kok rame-rame." celetuk Lia. "Jangan terlalu pinter ngomong kamu! Ini bukan rumah kamu! Ini rumah anakku sendiri. Suka-suka aku mau tinggal di rumah ini seberapa lama. Masih mending aku mau pamit terlebih dahulu sama kamu. Padahal sebenarnya aku nggak perlu tuh minta diizinin sama kamu." sungut Bu Lasmi. "Kalo pemikiran orang yang nggak punya etika emang kayak gitu, Bu. Ngerasa berhak atas sesuatu yang bukan miliknya." "Pokoknya aku nggak tahu kamu mau ngomong apa. Yang pasti aku tetap akan ajak Riana sama Melisa untuk tinggal di sini. Ngerti kamu! Jangan banyak prote
Read more
Bab 38
"Ini Lia gimana sih? Masa ia nggak ngelakuin apa-apa? Udah tahu Ada mertua di rumah. Kok dia teledor sekali nggak nyiapin spa-apa. Astaga! Istri macam apa Lia ini?" "Setiap hari kerjaannnya cuma keluar rumah! Pura-pura cari duit, padahal semuanya masih bergantung sana suami. Ya ampuuun! Di rumah pun kerjaannnya cuma main ponsel mulu!" "Yogaaa!" Omelan beruntun itu berakhir dengan suara teriakan nyaring Bu Lasmi. Yoga yang tengah duduk santai bersama Riana kaget dengan suara teriakan sang ibu. "Bentar ya, Sayang." Yoga meminta izin sembari mengecup kening Riana. Riana menganggukkan kepala.Buru-buru Yoga melangkah ke belakang. Dilihatnya Bu Lasmi tengah panik memeriksa dan mengecek segala sesuatu yang ada di dapur. Bolak balik membuka lemari, dan memeriksa isi toples-toples yang berjejer di tempat penyimpanan. "Ada apa, Bu?" tanya Yoga cepat.Bu Lasmi segera menoleh.
Read more
Bab 39
Seperti biasa, di tokonya Lia sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang sungguh membuatnya harus bekerja ekstra. Beruntung, toko tersebut cukup besar, jadi Lia bisa menghandle semua kebutuhan Chika dari sana. Sebuah kamar dan dapur yang tidak terlalu besar tapiebih dari cukup untuk sekedar beristirahat dan memasak. Untuk membuat Chika tetap terhibur, Lia juga memfasilitasi toko dengan televisi, kulkas, kipas angin dan peralatan elektronik lainnya. Jadi, meski di toko, Chika bisa merasa betah. Di toko tersebut, Lia juga sekalian membuka toko ofline yang khusus menjual pakaian wanita, membuka grosir dan juga eceran. Tidak sia-sia usahanya selama ini. Kemajuan usaha Lia yang semakin menanjak tentu tak di ketahui oleh Yoga beserta keluarganya. Untuk kebutuhannya dan Chika, syukurlah Lia tidak merasa kekurangan. Semua berkat kerja kerasnya. Ya, wanita pekerja keras tersebut memang pandai menyiasati keadaan,
Read more
Bab 40
"Apa beneran yang kamu bilang itu, Mel?" Yoga membulatkan mata."Ya iyalah, Kak. Masa aku bohong. Aku nggak pernah bohong lho sama Kakak." Yoga mengangguk-anggukkan kepala."Kenapa baru bilang sekarang sama Kakak, Mel? Kenapa nggak bilang dari dulu? Biar Kakak bisa segera mencari tahu siapa laki-laki itu?" Yoga menepuk meja. "Maafkan aku, Kak. Dulu aku nggak mau Kakak sama Mbak Lia berantem. Aku nggak tega kalo Mbak Lia sampe didamprat sama Kak Yoga hanya gara-gara aku melaporkan kejadian itu. Makanya dulu aku nggak buru-buru bilang sama Kakak." ujaran adiknya nampak begitu bersungguh-sungguh di mata Yoga. Yoga menghela nafas. Sampai kapanpun, ucapan Melisa adalah suatu kebenaran yang tak terbantahkan di mata Yoga. Salah atau benar, di mata Yoga Melisa tetap benar. "Maafkan aku ya, Kak. Karena dulu sebenarnya aku sayang sama Mbak Lia, tak peduli dia wanita yang gak bisa ngehargain kita." Melisa kembali bersandiwara. Padahal dalam hat
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status