All Chapters of Terjebak Gairah ABG: Chapter 181 - Chapter 190

197 Chapters

181. Menunggu Waktu

Kesibukan di kantor tidak lagi menyita waktuku, karena sebagian besar beban tugasku sudah ditangani Nara. Sementara, keberadaanku di kantor masih dibutuhkan, pemikiran dan tenagaku aku curahkan agar roda perusahaan terus berjalan. Di usia yang masih tergolong produktif, aku sudah diintai serangan stroke yang bisa datang tiba-tiba. Ikhtiar yang aku jalani hanya berusaha menjaga kesehatan tubuh dan pikiranku. Sehari-hari aku seperti menunggu waktu, waktu datangnya serangan tiba-tiba, waktu dipanggil untuk kembali, juga waktu bisa berkumpul dengan orang-orang yang aku cintai. Aku teringat apa yang dikatakan Anya saat dia menyuapiku, “Om.. aku rela menjadi Noni dalam imajinasi, om. Cuma itu cara aku bisa selalu ada di sisi om.”“Anya, tetaplah kamu menjadi dirimu sendiri, dengan segala kelebihan yang kamu miliki. Itu saja sudah membuat om senang.”Dalam kesendirianku di rumah, merenungkan betapa bersyukurnya aku yang diberikan limpahan nikmat. Nikmat bersahabat yang penuh ketulusan, d
Read more

182. Di Pijat Anya

Setelah minum air mineral yang diberikan Anya, aku barulah sedikit tenang. Sejak diserang stroke aku sering dihinggapi rasa cemas, aku menyadari kalau hal itu tidak baik dampaknya bagi pikiran. Aku menjadi kurang enjoy menjalani hidup. “Om gak usah khawatir, malam ini aku akan menemani om. Aku sudah siapkan segala sesuatunya untuk kebutuhan kita berdua.” ujar Anya saat menatapku. “Terima kasih Anya, om sih sebetulnya aman-aman aja sih. Tapi, kalau kamu sudah siap menemani om gak menolak.”Aku tidak bisa bayangkan kalau isteriku tahu, bahwa aku ditemani seorang gadis seusia anakku. Pikiran itu kembali aku tepis, aku tidak ingin tertekan perasaan oleh pikiran semacam itu. Kadang suara bisikan menggoda dibenakku, “Nikmati saja hidup seperti menikmati hidangan yang sudah tersedia.”Bisikan seperti itu terus melintas dalam pikiranku, seakan mengajakku untuk melanggar apa yang sedang aku hindari. Anya terus memperhatikan saat aku terus merenung, “Om gak perlu banyak beban pikiran, lepas
Read more

183. Nara Melamar Noni

Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagiku, Tuhan masih memberikan aku waktu untuk menyaksikan gadis yang aku sayangi dilamar kekasihnya. Suatu kehormatan aku diminta Nara untuk mendampinginya saat melamar Noni, karena kedua orang tua Nara sudah berpulang lebih dulu. Ikut juga bersama rombongan keluarga Nara. Kami berangkat bersama dari rumahku pagi itu, Nara sengaja mengatur semua itu demi untuk menghormatiku sebagai atasannya di kantor. “Om.. saya berharap Tuhan selalu memberikan kesehatan pada om, semoga tidak hanya di acara lamaran om menyaksikan.”“Aamiin.. Nara, om juga sangat berharap seperti itu, ini sebuah kehormatan bagi om.”Nara katakan juga padaku saat itu, bahwa dia sudah menganggap aku sebagai pengganti orang tuanya. Bagaimana aku tidak bahagia, gadis yang akan dilamar Nara adalah gadis yang sangat aku sayangi. “Nara.. om titip Noni pada kamu, Noni adalah belahan jiwa om. Meskipun dia bukan anak kandung om. Dia sudah mengisi sebagian dari hidup om.”“Noni sudah
Read more

184. Serangan Kedua

Aku duduk bersebelahan dengan Jatimin dan Widarti di sebelah kananku. Sementara Nara berada di sebelah kiriku. Saat itu Noni belum terlihat. Aku katakan pada Jatimin dan Widarti, bahwa aku bertindak mewakili keluarga Nara, “Mungkin Noni sudah cerita ya, bahwa mas mewakili keluarga Nara dalam acara lamaran ini?”“Udah mas.. itu memang lebih baik, karena mas lebih tahu semua keadaannya.” jawab JatiminSaat kami sedang berbincang-bincang, Noni keluar dari ruang dalam dengan mengenakan kebaya putih dan rambutnya ditutupi hijab. Aku terkabul-kagum melihat kecantikan Noni, begitu juga dengan Nara. “Nah! Ini princess-nya sudah muncul..” ujar WidartiNoni menghampiri aku pertama kali, dia mencium tanganku dan memelukku dengan penuh haru, “Pa.. terima kasih sudah bisa hadir dalam acara lamaranku.”Sambil memeluknya, aku usap-usap punggungnya, “Papa sangat bahagia Non bisa hadir hari ini.”Noni pun tidak lupa menyalami seluruh keluarga Nara, terakhir dia mencium tangan Nara dan memeluknya,
Read more

185. Tak Berdaya

Enam bulan kemudian Aku hanya terduduk di kursi roda tak berdaya, aku tidak tahu sebelumnya kalau aku diserang stroke berat. Serangan kedua itu betul-betul membuatku kehilangan segalanya. Aku sempat hilang ingatan sama sekali, sekarang meskipun daya ingatku sedikit demi sedikit pulih. Namun, mulutku masih terasa melu dan sulit untuk berbicara secara lancar. Pagi itu Sri—isteriku menceritakan apa yang aku alami, “Mas sudah enam bulan diserang stroke, sekarang masih dalam pemulihan. Jabatan mas sudah diserahkan pada Nara, dia sering menjenguk mas bersama Noni.”Aku hanya bisa mendengar dan menatap Sri saat dia mengatakan itu. Kadang aku menitikkan airmata menatap Sri, dia begitu setia dan tidak pernah berkata kasar terhadapku. Sri juga cerita kalau Anya pernah datang, dia sampai menangis dipangkuan Sri. Anya merasa sangat kehilangan, karena selama ini dia sudah menganggap aku sebagai pengganti orang tuanya. “Anya itu persis Noni, mas, dia sangat perhatian padaku. Saat itu dia data
Read more

186. Semua Berubah

Tinggal menghitung hari, Adriana pun akan dipersunting pak Anggoro menjadi isterinya. Ternyata pak Anggoro benar-benar mencintai Adriana. “Om jangan ada beban pikiran lagi, sebentar lagi aku menikah. Mungkin tidak lama setelah aku, Noni pun akan menikah.”Aku menatap Adriana saat dia mengatakan itu, ada keharuan yang bersemayam di hatiku. Bagaimana aku tidak terharu, mereka berdua pernah mencecap manisnya kehidupan bersamaku. Aku harus bersyukur, penyakit yang aku derita menghentikan semua aktivitas maksiatku. Diujung usia yang entah kapan waktunya Tuhan memanggil, sudah sepatutnya aku meninggalkan perbuatan kitu. Lamunanku terhenti ketika Rani menyapaku, “Papa gimana kabarnya? Sudah ada perubahankah?” tanya Rani sembari menggendong Putri Larasati—cucuku. Aku menganggukkan kepala perlahan-lahan, aku ingin mengiyakan apa yang ditanyakan Rani. Rani mendekatkan Putri kewajahku, “Eyang cium putri dong.. “ ujar Rani sembari menyodorkan pipi Putri.Aku cium pipi Putri, ketawanya seketi
Read more

187. Mulai Pulih

Dua bulan kemudianKini aku tidak lagi di kursi roda, perlahan-lahan aku sudah mulai bisa berjalan. Meskipun, masih ditopang dengan kruk, setidaknya anggota tubuhku sudah bisa digerakkan. Aku pun sudah bisa berkomunikasi dengan lancar. Dengan dikawal isteriku, kami berjalan-jalan disekitar perumahan. Ini masih dalam proses terapi untuk berjalan, aku hanya tinggal melancarkan berjalan agar tidak lagi memakai kruk. Sisa waktu yang diberikan Tuhan saat ini ingin aku manfaatkan sebaik mungkin. Mengulangi kesalahan yang sama adalah kebodohan, itu yang tidak ingin aku ulangi lagi. “Sekarang kamu sudah mulai pulih, semoga ingatan kamu juga semakin pulih.” ujar Sri pagi ituAku tatap wajah Sri yang mengiringi aku berjalan, aku merasa dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi, dia masih banyak pertimbangan. “Ada yang ingin kamu katakan, Sri? Katakan saja, mas rasa ini saat yang tepat.”Sri menatapku dan melihat raut wajahku, “Mas tidak keberatan kan kalau aku cerita?”“Tidak Sri, mas siap mendeng
Read more

188. Kabar Baik

Aku dijemput di rumah oleh supir pak Anggoro untuk ke kantor. Sampai di kantor aku segera menemui pak Anggoro di ruang kerjanya. “Selamat pagi pak..” aku menyapa pak Anggoro “Pagi pak Danu, silahkan duduk pak.. ada beberapa hal yang ingin saya bicara.”“Baik pak.. sebelumnya, saya mau mengucapkan turut berduka cita pak, atas meninggalnya ibu Sienna. Saya baru tahu dari Adriana.”“Terima kasih atas perhatiannya pak..” ucap pak Anggoro Pak Anggoro mengatakan padaku, bahwa dia akan menikahi Adriana. Dia perlu sampaikan itu karena aku dianggapnya sebagai bagian dari keluarga Adriana. Pak Anggoro juga memberikan aku kesempatan untuk tetap membantu perusahaannya, pekerjaannya bisa aku lakukan cukup dari rumah. Aku sangat berterima kasih pada pak Anggoro, karena masih diberikan kepercayaan. “Bapak tidak harus hadir di kantor, bisa by Phone atau via zoom. Sifatnya hanya memberikan saran dan solusi pada tim kerja perusahaan.”“Baik pak.. siap membantu pada prinsipnya.”“Bulan depan, kemun
Read more

189. Bertemu Yosi

Yosi pada akhirnya datang ke rumahku, dia kaget saat tahu aku lagi sakit, “Ya Tuhan, om.. aku benar-benar gak tahu kalau om sakit. Emang Maura tahu dari mana om sakit, tante?”“Tante juga gahu Yosi, yang jelas dia datang ke rumah saat om lagi sakit. Dia bawa anaknya yang berusia hampir satu tahun.”Yosi ceritakan pada isteriku kenapa dia kenalkan Maura padaku, alasan dia semata-mata karena aku sering menolong orang lain. Yosi katakan kalau dia kasihan pada Maura yang sedang hamil, tapi cowoknya kabur. Saat itu aku hanya diminta mencari solusinya, dan aku memberikan solusinya. “Yang aku tahu gitu tante, Maura juga bilang sama aku kalau om Danu baik dan tidak macam-macam.”“Kamu sering menemui om ya?”“Gak sering tante, baru sekali itu aja.. benar kan om?”“Ya Sri.. Yosi ketemu aku baru kali itu aja.”“Emang Maura cerita apa sama tante soal om?”Sri katakan pada Yosi, bahwa Maura tidak banyak bicara. Maura hanya prihatin melihat keadaanku, dia belum sudah lama tidak bertemu denganku.
Read more

190. Kembali Tergoda

Kesehatanku sudah berangsur pulih, setiap pagi aku mulai melakukan olah raga ringan dengan gerak jalan. Selain itu aku juga mengubah penampilan, yang tadinya lebih klimis, sekarang wajahku mulai ditumbuhi kumis dan brewok tipis. Di taman komplek perumahan aku berlari-lari kecil untuk jarak pendek, sekadar menggerakkan tubuh agar berkeringat. Banyak juga penduduk disekitarnya yang ikut berolahraga. Saat sedang melepas lelah di bangku taman, seorang gadis menghampiriku, “Pagi om.. maaf om warga disekitar komplek ini ya?” tanya gadis itu“Iya dik.. adik juga warga sini ya? Kok om baru lihat kamu?” aku berusaha bersikap seramah mungkin“Kenalin om.. Virna, aku warga baru di sini, baru dua bulan pindah ke sini.” Dia mengulurukan tangan dan memperkenalkan diriAku pun membalas jabatan tangannya sambil memperkenalkan diri, “Danu.. om warga pertama di komplek ini.”Virna yang memakai outfit sport yang ketat dengan belahan depan rendah, sehingga memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang men
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status