All Chapters of Terjebak Gairah ABG: Chapter 61 - Chapter 70
197 Chapters
61. Rahasia yang Diungkapkan Ningsih
“Jadi gini mas Danu.. setahu saya Noni bukanlah anak biologis mas Danu, karena saat Widarti pulang kampung dalam keadaan hamil, sampai di kampung dia keguguran. Itu cerita Widarti pada saya waktu itu.” Jelas Ningsih. Aku tidak yakin dengan apa yang dikatakan Ningsih, karena usia Noni saat ini sama dengan waktu kehamilan Widarti. “Tapi, Usia Noni itu sekarang 20 tahun Ningsih? Itu sama dengan waktu Widarti sedang hamil?” Aku jelaskan pada Ningsih. Ningsih ceritakan saat Widarti kembali ke Bandung dalam keadaan sudah menikah dan membawa Noni yang masih bayi. Tapi, suami Widarti tersebut bukanlah bapak biologis Noni. Sebelum menikah Widarti dalam keadaan hamil, tapi bukan kehamilan yang disebabkan aku. Aku merasa apa yang diceritakan Ningsih sangat rumit dan aku tidak bisa mempercayainya begitu saja. “Saya rasa memang harus Widarti yang menceritakannya Ningsih, kita perlu dengar seperti apa pengakuan Widarti.” Aku kat
Read more
62. Widarti Menolak Berkomunikasi
Sampai di Jakarta aku langsung ke kantor, karena aku harus hubungi kontak organisasi TKI di Hong Kong. Dari satu organisasi TKI yang dianggap valid yang aku hubungi, ada beberapa nomor kontak atas nama Widarti. Untuk itu aku harus menghubunginya satu persatu dengan berbagai kendala yang aku hadapi. Ada satu nomor kontak atas nama Widarti yang menurutku adalah benar nomor kontak Widarti Mamanya Noni. Tapi, begitu aku sebutkan namaku Danu sambungan teleponnya langsung di putus. Dari situlah aku semakin yakin kalau nomor tersebut adalah nomor kontak Widarti. Berkali-kali aku ulangi menghubungi nomor Widarti selalu reject, seakan-akan dia memang tidak ingin berkomunikasi denganku. Satu-satunya jalan yang sangat mungkin hanyalah meminta Noni yang menghubungi nomor tersebut. Aku telepon Noni agar dia bisa hubungi langsung Mamanya. “Hallo Non.. Papa sudah dapat kontak Mama, tapi Mama menolak berkomunikasi dengan Papa.” Aku sampaikan itu pada Non
Read more
63. Kesedihan Noni
“Kamu bilang apa sama Mama Non?” tanyaku ingin tahu. “Boro-boro Pa.. aku baru bilang, Ma.. Ini Noni, Mama langsung menutup sambungan teleponnya.” Jawab Noni. Padahal aku berharap kalau Noni yang telepon Widarti mau menerima dan mau bicara sama Noni, karena Noni anak yang ditinggalkannya begitu saja. Setidaknya dia bisa minta maaf pada Noni. Tapi, pada kenyataannya mau bicara sama Noni pun tidak. “Yaudah sayang.. kamu jangan putus asa, kalau ada waktu kamu harus terus usaha untuk komunikasi dengan Mama.” Aku sarankan seperti itu pada Noni. “Mama kebangetan Pa.. masak sih gak ada rasa kangen sama sekali?” Noni katakan itu disela isak tangisnya. Aku bisa membayangkan betapa sedihnya Noni, dia berharap dengan memperoleh nomor kontak Widarti dia bisa berkomunikasi layaknya anak dan Mamanya. Aku tidak ingin Noni tambah bersedih, aku sudah dahulu pembicaraanku dengan Noni. Aku kasih alasan mau meeti
Read more
64. Kabar dari Ningsih
“Mas Danu.. saat ini Widarti masih menutup komunikasi dulu, dia minta maaf. Tapi, dia tidak belum jelaskan apa sebabnya.” Jawab Ningsih dengan lirih. Ternyata aku dan Noni masih harus bersabar, entah apa penyebabnya Widarti masih menutup diri untuk berkomunikasi. Menurut Ningsih, Widarti akan mengabarinya kalau dia sudah memungkinkan untuk berkomunikasi. Aku tanyakan pada Ningsih, “Waktu pertama tersambung dengan Widarti gimana reaksinya? Apakah dia senang bisa bicara sama kamu?” tanyaku pada Ningsih. “Dia gak surprise sama sekali mas, nada bicaranya datar aja. Dia seperti orang yang sedang was-was gitu mas.” Jawab Ningsih. Aku merasa kalau Widarti masih merahasiakan sesuatu pada suaminya. Sehingga dia tidak leluasa terima telepon dari Indonesia. Aku katakan pada Ningsih, sebetulnya aku dan Noni cuma ingin tahu kondisi kehidupannya di sana. Apakah hidupnya bahagia atau tidak. Sehingga Noni juga bisa tena
Read more
65. Adriana Mengajak Bertemu
Keesokan paginya saat dalam perjalanan menuju ke kantor Adriana telepon aku. Dia mau memberikan kejutan padaku, ada oleh-oleh spesial untuk aku katanya. “Sorry Dri.. tapi gak bisa sekarang ketemuannya, paling entar pas jam makan siang.” Aku jelaskan pada Adriana. Adriana maklum dengan apa yang aku katakan. “Nanti gini om.. aku check in duluan, terus om menyusul.. bisa gak?” tanya Adriana di telepon. Aku sarankan pada Adriana untuk check in setelah ada kepastian dari aku, karena aku belum memastikan bisa atau gaknya. Adriana menyetujui saran yang aku berikan dan dia mengakhiri pembicaraan. Aku tidak tahu Adriana mau kasih aku kejutan apa, yang jelas dia ingin memberikanku oleh-oleh sebagai buah tangan setelah pulang dari Singapura dengan pak Anggoro. Aku pikir dia pasti dapat uang tips yang lumayan dari hasil menemani pak Anggoro ke Singapura. Sehingga dia memberikanku oleh-oleh sebagai tanda terima kasihnya. Adriana memang menjadi sangat dekat den
Read more
66. Menghabiskan Sisa Waktu
Masih tersisa waktu 1 jam dan Adriana ingin bermanja-manja denganku, dia ingin aku peluk dan disayang layaknya aku memperlakukan Noni. Entah apa yang ada dibenak Adriana sehingga dia begitu terobsesi untuk diperhatikan dan diperlakukan seperti Noni. “Aku merasa nyaman om perlakukan seperti ini.. “ Ucap Adriana yang ada dipelukanku. Dia katakan itu dengan menatap bola mataku. Matanya yang begitu bening dan indah membuatku hanyut dalam berbagai imajinasi tentang dirinya. “Kenapa kamu merasa nyaman Dri? Kan ini sesuatu yang biasa aja sih menurut om?” Aku katakan itu sembari melabuhkan kecupan di bibirnya. “Mungkin om melakukannya dengan tulus dan penuh kasih sayang, aku sangat merasakannya om.” Balas Adriana. Sulit rasanya aku untuk menahan diri dalam posisi kami masih sama-sama dibaluti sehelai kain pun. Kadang Adriana menyilangkan kakinya dipahaku, kadang dia mengelus dada polosku yang tanpa sehelai rambu
Read more
67. Mendengar Cerita pak Anggoro
Saat sampai di kantor, aku dipanggil pak Anggoro. Kami ngobrol di ruang kerjanya. Tadinya aku pikir ada hal yang serius ingin disampaikan pak Anggoro, ternyata dia hanya ingin cerita pengalamannya dengan Adriana. “Pak Danu mau dengar cerita saya gak? Pak Danu harus tahu nih..” pak Anggoro katakan itu dengan penuh keceriaan. “Wah boleh juga sih pak.. pasti seru ya ceritanya?” Aku malah balik bertanya. Pak Anggoro katakan kalau Adriana sangat membuatnya senang, tidak menuntut macam-macam dan sangat menghibur dirinya yang penat dengan berbagai problem perusahaan. Selama di Singapura Adriana melayani pak Anggoro sepenuh hati, sehingga membuatnya tidak segan-segan memberikan bonus pada Adriana. Aku tidak katakan pada pak Anggoro kalau aku diberikan hadiah jam tangan oleh Adriana, aku tidak ingin beliau punya pikiran yang tidak-tidak denganku. “Di Singapura saya sempat belikan pak Danu jam tangan, Adriana
Read more
68. Widarti Membuka Komunikasi
Saat aku keluar dari ruangan pak Anggoro, Ningsih telepon. Aku menuju ke ruang kerjaku untuk menerima telepon Ningsih via ponsel. “Ya Ningsih.. ada kabar baikkah buat saya?” tanyaku pada Ningsih. Ningsih katakan kalau Widarti sudah membuka komunikasi, tapi hanya via aplikasi percakapan. Widarti belum terima untuk kontak via telepon. Ningsih memberikan nomor ponsel Widarti dengan pesan jangan sekali-kali telepon langsung. “Ini demi kebaikan mas dan Noni, pesannya Widarti seperti itu mas. Saya pikir via aplikasi percakapan sudah cukup kok.” Pesan Ningsih “Okey Ningsih.. terima kasih sudah berikan saya nomor kontak Widarti. Tapi, apakah boleh nomor ini saya berikan pada Noni.” Aku tanyakan itu untuk memastikan. “Sebaiknya jangan dulu mas.. Widarti belum sanggup untuk komunikasi dengan Noni.” Jawab Ningsih. Aku masih penuh tanda tanya dengan keadaan Widarti, entah kenapa begitu banyak
Read more
69. Sebuah Rahasia Terungkap
Di saat aku masih bingung menghadapi kenyataan tentang Noni, Widarti kembali mengirimkan pesan. [Perlu mas ketahui.. suami Ningsih adalah mantan suami saya, jangan sampai pertemukan Noni dengan laki-laki bejat itu!! Saya tidak mau nanti Noni kembali Trauma dengan masa lalunya.. cukup mas Danu yang tahu, ibu juga belum tahu tentang ini.. Oh ya jangan cerita dengan ibu soal siapa Noni.]Pesan yang dikirim Widarti itu bagiku sangat berarti, pantasan dua kali bertemu dengan Ningsih dia tidak pernah mengajak suaminya. Ningsih sendiri merahasiakan suami Widarti yang memperkosa Noni, dan dia belum mau menceritakan siapa lelaki yang sudah memperkosa Noni. Satu persatu rahasia yang selama ini masih tersimpan mulai terbuka. Aku kembali membalas pesan Widarti, [Wid.. terima kasih kamu sudah mau menceritakan tentang rahasia di masa lalu yang tidak saya ketahui, sayalah orang yang pantas menerima dosa dari semua yang terjadi.. saya menjaga Noni seperti anak saya sendiri, dia sang
Read more
70. Widarti dan Cerita Masa Lalu
Keesokan harinya Widarti kembali mengirim pesan, dia minta kirimkan foto Noni yang terbaru. Sekarang Widarti yang lebih dahulu kirim pesan, aku hanya membalas pesannya. Setelah aku kirimkan foto Noni yang terbaru, Widarti membalas pesanku:[Mas.. Noni cantik sekali ya? Saya titip Noni sama kamu mas, anggap saja dia anak kamu. Suatu saat saya akan cerita siapa ayah biologis Noni..] begitulah pesan yang dikirim Widarti padaku. Aku kembali membalas pesan Widarti [Saat ini Noni tahunya sayalah Papanya, Wid. Saya sangat sayang sama dia walaupun pada akhirnya saya tahu dia bukan anak saya.. itulah cara saya menebus kesalahan saya pada kamu. Kamu gak usah cemas, keadaannya baik-baik saja..] itulah balasan pesan yang aku kirimkan pada Widarti. Aku dan Widarti seperti berbalas pantun, dia menceritakan penderitaannya saat aku tinggalkan menikah dengan perempuan lain. Dengan segala kekecewaannya dia meninggalkan Kota Bandung dan kembali ke kampungnya. Di kampunglah d
Read more
PREV
1
...
56789
...
20
DMCA.com Protection Status