All Chapters of Terjebak Gairah ABG: Chapter 41 - Chapter 50
197 Chapters
41. Bercinta Ala Cepat Saji
Ita menganggap pertemuan itu sebagai perjamuannya yang terakhir, karena besok dia sudah harus pulang kampung. Bagi Ita mungkin terbiasa dengan bercinta ala cepat saji. Tapi, bagi aku tidak bisa menikmatinya. Waktu yang sangat terbatas kami manfaatkan semaksimal mungkin. 2 jam sewa Room Karaoke plus makanan dan minumannya, setara dengan sewa kamar hotel. “Om gak menikmati ya suasana seperti ini?” tanya Ita sembari terus menggodaku. “Om gak terbiasa dengan bercinta cepat saji Ta, jadi gak tahu gimana sensasinya.” Jawabku. Ita cerita kalau apa yang dialami ibunya saat ini adalah yang kedua kalinya. Sebelumnya sudah pernah terjadi dan Ita pun turun tangan untuk mengatasi hutang ibunya. Memang saat Ita yang melayani pengunjung warung kopi ibunya, banyak tamu yang datang. Bahkan sampai viral di media sosial dan media daring. Itulah yang membuatnya sekarang ingin meninggalkan karir yang sudah dirintisnya di sinetron. Karena banyak pe
Read more
42. Noni Sudah Mulai Bekerja
Tiga hari kemudian Aku dapat kabar dari Noni kalau dia sudah mulai masuk kerja di kantor cabang perusahaan pak Anggoro di Bandung. Dia cerita kalau diposisikan oleh kepala cabang di bagian resepsionis. Aku sangat senang menerima kabar dari Noni, karena usahaku untuk membantu Noni sudah terwujud. Pak Supriatna sendiri juga memberi tahu aku kalau Noni sudah diposisikan sebagai resepsionis. Itu artinya posisiku di perusahaan itu cukup dihormati, baik oleh pak Anggoro maupun pak Supriatna. Proses penerimaan Noni itu sangat cepat sekali, hanya dalam waktu tiga hari setelah aku masukkan lamarannya. Pak Supriatna seorang duda yang ditinggal mati oleh isterinya dua tahun yang lalu. Usianya sendiri barulah 35 tahun. Padahal saat aku seumur itu masih jadi pegawai biasa, sementara Pak Supriatna nsudah menjadi kepala cabang. Itu sebuah prestasi dan karir yang sangat bagus. Aku berpesan pada Noni saat dia telepon, “Non.. tolong jaga nama baik P
Read more
43. Mempertemukan Adriana dan Anggoro
Aku menepati janjiku dengan pak Anggoro untuk memperkenalkannya pada Adriana. Pak Anggoro mengatur pertemuan di sebuah Restoran yang mempunyai privat Room, di ruangan itulah aku dan pak Anggoro menunggu Adriana. Sebetulnya aku sangat tidak nyaman dengan situasi seperti itu, dimana aku merasa posisiku seperti mucikari yang menjajakan PSK pada calon pelanggannya. Tapi, aku tidak bisa menghindari sudah kandung janji. 15 menit setelah kami menunggu, Adriana datang dengan diantar pelayanan Restoran. Pertama menatap Adriana, pak Anggoro begitu takjub. Itu aku ketahui dari cara dia menatap Adriana, yang sangat berbeda dibandingkan saat aku kenalkan Grace dan Ita. Aku perkenalkan pak Anggoro pada Adriana, “Adriana.. ini pak Anggoro atasan saya.” Adriana tersenyum semringah menyambut tangan pak Anggoro, “Adriana pak..” ucap Adriana Pak Anggoro sangat aktif bicara, tidak seperti biasanya saat berhadapan dengan Grace dan Ita. “Prof
Read more
44. Ditugaskan ke Bandung
Keesokan harinya aku kembali mendapat tugas ke Bandung. Pak Anggoro melihat kepentingan aku di Bandung mencari info keberadaan Widarti Mamanya Noni, karena aku pernah cerita pada beliau. Keluarga aku sendiri tidak mempermasalahan kepergian ku ke Bandung. Sampai di Bandung aku langsung ke kantor untuk melapor ke kantor cabang bahwa aku sudah sampai. Noni sangat kaget melihat kedatanganku, “Papa jahat.. gak kasih tahu Noni kalau mau ke Bandung.” Ucap Noni sembari memelukku. “Papa sih gak ada rencana sebetulnya, pak Anggoro tiba-tiba perintah Papa ke Bandung.” Aku jelaskan pada Noni. Noni masih tidak percaya kalau aku ada di kantor saat itu. “Berapa hari Pa tugasnya? Lama gak?”tanya Noni. Aku ceritakan pada Noni kalau aku mau cari info tentang Mamanya. Noni sangat terharu mendengar misi aku untuk mencari info tentang Mamanya, “Ya Allah Pa.. mimpi apa aku semalam? Kok Papa kepikiran untuk mencari Mama?
Read more
45. Menahan Godaan Noni
Pulang kerja Noni cerita padaku tentang perlakukan dan perhatian pak Supriatna terhadapnya. Noni menganggap kalau pak Supriatna sangat kebapakan dalam membimbing dia bekerja. Awalnya Noni menganggap itu sebagai perhatian seorang atasan terhadap bawahannya. Noni baru tahu apa yang ada di hati pak Supriatna justeru saat makan siang tadi. “Noni kaget lho Pa.. gak nyangka kalau pak Supriatna selugas itu mengungkapkan perasaannya.” Ucap Noni. Aku katakan pada Noni, “Sebaiknya kamu jangan punya prasangka yang lebih jauh dulu, bisa saja dia butuh kamu sekadar untuk menemaninya.”Aku jelaskan itu pada Noni, agar dia tidak terlalu berharap lebih jauh. Anggap saja semua itu sebagai pendekatan seorang bawahan terhadap atasannya. Soal nantinya seperti apa, biarlah itu menjadi urusan Tuhan. Aku alihkan pembicaraan, “Non.. mungkin besok Papa seharian akan melacak keberadaan Mama kamu, jadi kemungkinan tidak ke kantor.” Aku jelaskan it
Read more
46. Mencari Info Mama Noni
Saat fajar menyinsing aku sudah siap-siap mau jalan mencari info tentang keberadaan Mama Noni, nenek menghampiriku, “Gimana Noni tadi malam Danu.. “ Tanya nenek. “Saya temani dia sampai tidur nek.. Setelah dia tidur baru saya keluar kamarnya.” Jawabku meyakini nenek. “Noni itu sangat kangen sama kamu, setiap hari dia ngomongin kamu terus.” Ucap nenek. Aku jelaskan pada nenek kalau aku mau cari info tentang dimana Widarti berada. Nenek sangat senang mendengar rencana aku itu, “Syukurlah Danu.. semoga ada titik terang dimana Widarti berada.” Ucap nenek. Noni keluar dari kamarnya dengan pakaian siap kerja. Mukanya terlihat jutek, mungkin masih kesal karena aku menolak keinginannya. Melihat itu nenek bertanya pada Noni, “Kenapa kamu cemberut gitu? Kemarin nanyain Papanya Terus, kok sekarang malah dicemberuti?” tanya nenek. Noni tidak menjawab pertanyaan nenek, dia Cuma cium tangan nenek dan menc
Read more
47. Sebuah Titik Terang
Ibu yang menerima kedatanganku memperkenalkan diri sebagai ibu Ningsih, aku sedikit lega mendengar penjelasannya. Aku tanyakan pada ibu Ningsih, “Ningsihnya ada bu?” tanyaku. “Kebetulan Ningsih masih kerja pak, pulang kerja biasanya sore.” Jawab ibu Ningsih. Aku minta nomor ponsel Ningsih pada ibunya. Ibu Ningsih menulis disecarik kertas nomor ponsel Ningsih, “Bapak bisa telepon di nomor ini.” Ucap ibu Ningsih sembari memberikan secarik kertas tersebut. Aku ceritakan kepentinganku menemui Ningsih dan aku juga cerita tentang Widarti, yang merupakan sahabat karib Ningsih. “Udah lama pak Ningsih tidak jumpa dengan Widarti, apalagi sejak kami pindah ke sini.” Ucap ibu Ningsih. Sebelum pamit aku titip salam untuk Ningsih pada ibunya, “Yaudah bu.. kalau gitu saya pamit dulu, saya titip salam untuk Ningsih. Bilang saja dari Danu pacarnya Widarti.” Pesanku pada ibu Ningsih. Untuk tahap awal, aku ras
Read more
48. Hubungan Noni dan Supriatna
“Nanti pulang kerja kamu harus cerita pada Papa ya..” Kataku Pada Noni. Noni sembari menyibukkan diri dia bertanya tanpa menatap wajahku, “Cerita apa sih Pa? Kok Mau tahu aja urusan anaknya?” Noni tanyakan itu dengan senyum yang penuh misteri. Pantasan Noni selama dua hari ini dandanannya sangat cantik, outfitnya juga sangat modis. Satu sisi aku senang melihat keadaan Noni tersebut, namun di sisi lain aku merasa sedih melihat nasibnya. Aku selalu mendoakannya, agar suatu saat dia mendapatkan jodoh yang sesuai dengan keinginannya. Setelah pulang kerja, di rumah aku ajak Noni berbicara di ruangan tamu. Noni menyiapkan teh dan camilan di atas meja buatku, “Gini Pa.. sejak kita ditraktir makan siang kemarin, pak Supriatna sering ajak Noni ngobrol di ruang kerjanya.” Cerita Noni. Ada perasaan senang mendengar apa yang diceritakan Noni. Noni cerita kalau pak Supriatna mengungkapkan perasaannya pada Noni, bahwa dia merasa
Read more
49. Karena Sebuah Mimpi
Noni terus menggodaku seakan tidak ada batasan antara seorang anak dengan Papanya, Noni tidak menghiraukan status pertalian darah. Dia memang kurang pengetahuan tentang hal itu, dan menganggap hubungan seperti itu adalah hal yang biasa. Sebagai orang tua aku tetap memposisikan diri sebagai Papanya, dan menyayangi dirinya layak orang tuanya. Noni memagut leherku sehingga wajahku menempel dengan wajahnya, “Non.. kalau tetap seperti ini Papa setuju, asal tidak lebih dari ini.” Bisikku ditelingaku Noni. Noni menganggukkan kepala sembari memejamkan matanya. Noni menyibakkan selimut dengan kakinya, sehingga tubuhnya tidak lagi ditutupi selimut. Ternyata Noni hanya menggunakan underwear tanpa bawahan penutup tubuhnya. Noni menyilangkan satu pahanya di atas pahaku dan aku membiarkannya asalkan dia nyaman. Memang setelah itu Noni lelap tertidur dengan tetap posisi seperti itu. Aku pun berusaha untuk memejamkan mataku. Saat tengah malam di tengah t
Read more
50. Membuka Rahasia Noni
Sepulang dari Bandung aku memenuhi janjiku pada keluarga memanfaatkan waktu libur. Kebetulan aku dapat fasilitas untuk liburan di Villa milik perusahaan di daerah puncak. 2 hari untuk kumpul bersama keluarga adalah waktu yang cukup untuk membangun kehangatan. Bisa ngobrol dengan leluasa, bercanda dengan anak-anak cukuplah untuk menghilangkan penat. Selama dua hari itu ponsel khusus untuk urusan privat tidak aku aktifkan. Khusus kepada Noni aku sudah kasih tahu kalau akan liburan bersama keluarga. Memang terasa ada yang hilang, karena waktuku dengan keluarga sangat sedikit. Sehingga saat quality time tersebut sangat terasa manfaatnya. Aku tidak tahu apa aktivitas anak-anakku di luar rumah, berteman dengan siapa mereka di luar rumah. Padahal, itu adalah hal yang sangat penting untuk aku ketahui. Inilah saatnya aku komunikasikan hal itu dengan santai pada anak-anakku, dengan demikian aku jadi tahu apa saja aktivitas anak-anak di luar rumah. Pada Rani ak
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status