All Chapters of Bersuami Anak "Mama": Chapter 31 - Chapter 40
174 Chapters
Bab 31. Kecurigaan Roni
Ya karena surgaku ada di bawah kaki ibuku. Kamu tentu tahu itu, kan? Memang apa salahnya jika aku memprioritaskan ibuku?" balas Roni."Oh iya. Aku lupa, Mas. Surga mu ada di kaki ibumu. Tetapi asal kamu ingat ya. Kalau anak ini nantinya jika laki-laki surganya ada di kakiku. Aku nggak izinkan kamu untuk menyentuhnya!""Maksud kamu, Laila? Anak ini adalah anakku juga. Aku berhak atas dia.""Itu kan menurut kamu, Mas. Aku bebas untuk menuntun anakku mau dibawa kemana. Sama seperti ibuku memperlakukanmu. Bisa menyuruh-nyuruh kamu kapanpun dan bagaimanapun. Aku heran kok ada laki-laki yang seperti kamu. Anak "Mama"," cibir Laila."Berhenti kamu mengataiku, Laila! Aku sudah mencoba untuk memberikan perhatian pada kamu tetapi kamu masih saja bersikap tidak baik sama aku.""Kamu bilang perhatian? Cuih, Mas! Kamu itu sekali anak Mama juga tetap anak Mama. Nggak akan pernah berubah kamu. Umur sudah sangat matang ternyata tidak menjamin bahwa akan dewasa pemikirannya.""Hentikan! Kamu kenapa t
Read more
Bab 32. Keributan Sarni dan Laila
"Dia tidak menunjukkan sesuatu yang mencurigakan, Bu. Dia selalu di rumah kan nggak pernah keluar?" balas Roni."Ya memang dia selalu di rumah tapi kan kamu nggak tahu apa yang ada di ponselnya Laila. Bisa saja dia berselingkuh dari ponselnya. Kamu itu jangan bodoh banget, Ron!" Roni kembali terdiam. Ia takut apa yang dikatakan ibunya memang benar."Nanti aku coba lihat ponsel Laila jika tidak sedang dibawanya.""Kalau memang ketahuan selingkuh biarkan saja dia pergi! Ngapain kamu menampung perempuan murahan," cibir Sarni."Tapi, Bu. Sebenarnya aku masih sayang sama dia. Hanya saja sikapnya yang berubah beberapa hari ini. Dia menyebutkan kalau aku anak Mama terus. Itu yang membuat aku sedikit terganggu," balas Roni."Dasar perempuan gila. Dia berani mengatai mu seperti itu, Ron? Ya baguslah ada orangtua yang masih perhatian sama anaknya. Kalau dibiarkan begitu saja pasti anak atau menantu merasa bingung. Istrimu itu benar-benar nggak tahu diuntung. Sudah mau kamu membawanya kemari ma
Read more
Bab 33. Roni Membaca Pesan dari Ronald
"Kurang ajar kamu!" hardik Sarni. Ia meraih rambut Laila kemudian menariknya dengan paksa. "Aduh, sakit!" keluh Laila. Ia mencoba menyibakkan tangan mertuanya yang begitu keras menarik rambutnya.Roni mencoba melerai Ibunya tetapi cukup kesulitan karena Sarni begitu kuat menariknya.Refleks Laila mendorong Sarni, hingga Sarni terjatuh.Brak!Sarni terjatuh tepat di depan pintu hingga pintu itu mengeluarkan suara cukup keras. Laila merasa lega karena sakit di kepalanya telah usai.Roni mencoba menolong Sarni yang terjatuh kemudian memapah untuk duduk di kursi."Roni, usir dia dari sini! Dia sudah membuat Ibu celaka," perintah Sarni."Anda itu yang membuat gara-gara. Saya kesakitan karena ditarik rambut. Tetapi Anda tak juga melepaskannya," sahut Laila sembari memegangi kepalanya yang masih merasakan nyeri."Tidak bisa, Bu. Dia hamil anakku. Aku harus menjaga anakku," tolak Roni."Kamu ini dengar Ibu atau tidak? Dia sudah mencelakai ibumu yang telah melahirkan kamu bertaruh nyawa. Teta
Read more
Bab 34. Macet
Di rumah Mosa.Saat Mosa baru pulang dari sekolah. Ternyata ada pesan dari nomor yang tidak dikenal. Ia membuka dan membaca pesan itu.[Mosa, kalau kamu tidak keberatan dan hanya mau berbincang dengan mu besok aku tunggu di cafetaria. Aku tunggu kamu jam 10 siang. Tetapi kalau sampai jam 11 kamu tidak datang, berarti kamu memang enggan bertemu denganku. Andre.]Entah mengapa setelah membaca pesan itu, perasaan Mosa berdesir. Seakan ingin langsung datang tanpa menunggu esok. Tetapi ia tidak mau ibunya melarang. Mosa ingin merahasiakan sementara pesan itu dan mencari jalan keluar agar bisa mencari alasan tanpa harus berbohong.Malam harinya, Mosa masih terjaga padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Biasanya Mosa selalu tidur cepat, apalagi jika kegiatan di sekolah cukup padat, selepas isya dirinya sudah tenggelam dalam mimpi.Tidak biasanya Mosa terjaga hingga malam hari. Ada yang sedang ia fikirkan kali ini. Yaitu Andre. Seseorang yang akan menunggunya esok hari di sebuah caf
Read more
Bab 35. Tatapan Kekecewaan
Mosa ingin langsung kembali, tetapi melihat kemacetan yang ada membuat ia ingin beristirahat sejenak. Karena menurutnya, Andre hanya menunggu sampai pukul sebelas saja. Ini sudah lewat dari itu.Melihat cafetaria cukup banyak pengunjung, karena memang akhir pekan sehingga wajar tempat yang menjadi favorit anak muda itu diserbu. Mosa dengan langkah pelan menuju pintu utama cafetaria. Ia melihat ponsel tanpa melihat ke depan. Saat memasuki pintu, tidak sengaja ia menabrak seseorang dan membuat ponselnya terjatuh cukup keras.Lalu laki-laki yang menabraknya mengambil ponsel Mosa dan mengembalikan pada Mosa."Ini Mbak, ponselnya," ucap laki-laki itu."Terima kasih, saya yang minta maaf tidak melihat ke depan," sahut Mosa lalu melihat wajah laki-laki itu. "Andre!""Kamu datang, Mosa," ucap Andre. "Yuk masuk!" ajaknya.Mosa hanya mengikuti kemana laki-laki itu pergi. Setelah berhenti di sebuah meja di lantai dua dengan bisa melihat kemacetan jalan, mereka duduk di sana."Aku senang kamu da
Read more
Bab 36. Pujian Andre untuk Mosa
"Tetapi apa, Mosa?" tanya Andre."Terkadang aku merasa aku masih jauh dari kata sempurna. Mempelajari hal-hal baru yang aku tidak mengetahuinya, menunjukkan aku masih sangat minim ilmu pengetahuan," jawab Mosa."Kamu memang luar biasa, Mosa. Aku makin kagum sama kamu," puji Andre."Memangnya apa yang kamu kagumi dari aku?" balas Mosa."Sebelum aku bertemu dengan kamu, aku sudah menyukai mu, Mosa. Begitu aku melihat kamu secara langsung aku makin menyukaimu.""Kenapa? Dari mana kamu tahu aku sebelum bertemu denganku?""Aku pernah melihat foto mu di meja kerja ayahku di rumah. Di sana ada foto kamu. Aku pernah bertanya siapa perempuan itu. Katanya kamu adalah Mosa. Aku melihat wajahmu saja di foto sudah membuat aku menyukaimu," jawab Andre.Mosa bergeming. Ia tidak mau besar kepala. Perkataan itu persis dengan apa yang dikatakan Roni sebelum menikahinya. Kata-kata manis terucap, tetapi setelah menikah dibuang bahkan dirinya juga ikut terbuang. Mosa tidak ingin hal itu terjadi lagi."Kam
Read more
Bab 37. Roni Menghubungi Mosa
Mosa kemudian merasa akan mengangkat telepon itu meskipun ragu. Ia mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering.Telepon terhubung. "Assalamualaikum," sapa Mosa."Waalaikumsalam, Mosa. Kamu akhirnya mau mengangkat telepon ku.""Ada apa kamu menelpon aku?""Mosa? Maaf, aku benar-benar minta maaf. Sepertinya apa yang aku lakukan pada kamu sekarang aku mendapatkan karma," ucap Roni berkelit. "Kamu mau apa menelpon aku?" tanya Mosa kembali."Aku hanya rindu, Mosa," jawab Roni.Mosa kemudian menutup teleponnya. Tangannya masih cukup gemetar. Andre masih mencoba menebak siapa yang menelpon Mosa baru saja. Tetapi untuk memastikan, Andre mencoba bertanya. "Siapa yang menelpon, Mosa?" "Mantan suamiku," jawab Mosa singkat.Andre terkejut, mengapa temannya yang sudah menikah itu tiba-tiba menelpon perempuan yang kini ingin dimilikinya. Padahal kalau memang pernikahan Roni baik-baik saja tentu tidak akan mungkin menelpon Mosa."Untuk apa dia menelpon?" tanya Andre. Ada sedikit rasa cemburu m
Read more
Bab 38. Tamparan untuk Roni
"Mosa. Kamu sudah pulang," ucap Roni.Mosa turun dari motornya. "Kamu kenapa ada di sini?" tanya Mosa. Lalu memasukkan motornya ke teras rumahnya."Sudah aku katakan tadi kalau aku rindu, Mosa," sahut Roni.Mosa begitu jijik mendengar kata itu. Bagaimana tidak, ia dibuang dan disia-siakan tetapi setelah resmi bercerai dengan gampangnya mengatakan kata "rindu". Roni kemudian meraih tangan Mosa.Seketika Mosa menyibakkan tangan itu."Jangan sentuh aku! Kita bukan siapa-siapa lagi," ucap Mosa."Mosa, maafkan aku! Aku tahu aku salah. Aku sadar kamu perempuan yang baik. Maaf kalau aku pernah berbuat jahat sama kamu," pinta Roni."Maaf, Mas. Silakan kamu pulang! Aku tidak mau menerima apapun yang kamu katakan. Lupakan semua tentang aku! Karena aku juga sudah lebih dahulu melupakan kamu, Mas.""Aku tahu, kita bisa rujuk Mosa! Aku akan membahagiakan kamu.""Maaf, tidak ada kata rujukan untukku. Kalau sudah selesai berarti sudah. Kamu jangan kemari untuk memintaku kembali. Sudah cukup!" Mende
Read more
Bab 39. Roni Tidak Waras?
"Kamu bukannya dari tadi teriak-teriak saja, mengganggu tetangga di sini. Mosa tadi sepertinya juga sudah mengusir kamu tetapi kamu saja yang ngeyel. Lebih baik kamu pergi!" usir tetangga Mosa."Mosa, keluarlah! Ada yang ingin aku sampaikan," teriak Roni kembali.Mina yang mendengar itu pun menengok Mosa untuk tidak menemui Roni lagi. "Sepertinya aku harus keluar sebentar, Bu. Daripada ribut-ribut di depan rumah, nggak enak sama tetangga," ucap Mosa. Lalu membuka pintu.Ceklek."Akhirnya kamu keluar, Mosa! Aku minta maaf, kalau …" "Pergi dari sini, Mas! Aku bilang pergi! Kasihan istri kamu yanh sedang hamil harus berpanas-panasan di sini. Dia tanggung jawab kamu. Jangan sampai kamu lali untuk kedua kalinya. Aku sudah memaafkan kamu. Jadi kamu nggak perlu lagi datang kemari untuk mencariku," usir Mosa."Aku ingin kita kembali, Mosa. Aku mohon!" pinta Roni sembari duduk bersimpuh di depan Mosa.Mosa mengambil langkah mundur."Oh, jadi Mbak ini adalah mantan istri suami saya?" tanya La
Read more
Bab 40. Keyakinan Roni
"Tapi apa lagi?" tanya Mina."Sudahlah, Bu. Tadi aku bawakan terang bulan pesanan ibu," sahut Mosa lalu mengambilkan kotak berisi terang bulan. Tetapi ia tidak mengatakan jika itu adalah pemberian dari Andre."Emang ada, ya?" "Ada. Itu dimakan saja," ucap Mosa lalu menuju ke kamarnya. Ia merebahkan dirinya di atas ranjang sambil melepas kepenatan hari ini atas perbuatan Roni.Mosa masih berfikir keras, mengapa Roni ingin dirinya kembali di saat sudah memiliki istri yang sedang hamil. Tetapi Mosa tidak sekali pun ada keinginan untuk kembali pada Roni. Sakit hati yang ia rasakan saat itu membuat luka yang mendalam. Bahkan sikapnya saat sudah berpisah pun masih menyakitkan. Tetapi tiba-tiba Roni kembali untuk meminta rujuk kepadanya membuat Mosa merasa sangat risih.Melihat sosok istri Roni yang tadi datang pun, ia merasa bahwa istri Roni lebih cantik daripada dirinya. Tetapi Mosa pun tidak ambil pusing untuk memikirkan itu. Segera ia memejamkan mata untuk mengistirahatkan diri agar ti
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status