All Chapters of Hinaan Dari Keluarga Suami: Chapter 21 - Chapter 30
75 Chapters
Part 21 Stela vs Inur
 Akhirnya sifat asli Inur keluar. Katanya berpendidikan tapi kok cara bicara kampungan dan seola tak pernah belajar attitude. Dan yang lebih parahnya, muka Stela berubah seakan malu tampak kampungan di depan Kelfin. Pasti Stela gengsi atau merasa dipermalukan secara tidak langsung. "Apa?" Hanya itu yang kuucapkan dengan berdiri santai menatap Inur. "Ya, apa kamu kira kami tak kenal siapa kamu? Jangan sok deh, baru juga nulis asal-asalan dan foto terpampang di sana. Jangan kira kamu merasa bangga seolah tak mengenal kami. Semua orang tau, kalian berdua hanya anak pengulung." Inur melotot sambil menujukku dan Yana. Hinaan, di mana pun tempatnya, ia tetap bicara seolah kalau ini di rumah ibu mertua. Memalukan. "Diam, Mbak." Stela menyenggol sikunya ke Inur. Terlihat mukanya merah, mungkin berusaha agar Inur tak membuka kedoknya. Tentu aku tahu, ia mal
Read more
Part 22 Ancaman Untuk Stela Dari Inur
 Astaga, pergulatan semakin panas antara Stela dan kakak ipar tersayangnya. Bahkan Inur pun tak tinggal diam membabi buta Stela dengan membalas tamparan. Ops! bukan tamparan, tepatnya kaki Stela yang berhasil menghantam pipi Inur hingga meninggalkan jejak memerah. Kulit pipi glowing Inur, kini memerah sebelah. Ck ck ck, pasti perih, Maaak. "Jaka, pegangi Inur!" teriak ibu mertua sambil menahan Stela.  "Aduuh! Tenang, Nuuur!" Mas Jaka pun berusaha memegang istrinya. Tapi Inur tak bisa ditenangkan hingga ia terus berusaha mengejar Stela, dan .... "Aak! Aduuuh." Siku Inur berhasil mendarat di pipi mas Jaka, tanpa disengaja. "Sakit, Nur!" teriakan mas Jaka mengernyit kesakitan sambil memegang pipinya. Ow ow ow, aku menimati tontonan ini. Jika ada emak-emak kampung bersikap barbar. Inilah yang kusaksikan. Tapi s
Read more
Part 23 Itu Masalah Kalian
 Tentu saja aku tak mau membantu mereka. Lah hinaan mereka masih meninggalkan luka di hati. Jika malam ini aku di sini, lantaran semata-mata demi mas Bayu. Aku takut ia berbuat nekat lagi jika diabaikan. "Loh, itu aja perhitungan. Lagian aku ini ibu suamimu, Stela adik suamimu." Ucapan ibu mertua ditekan seolah aku harus tetap membantunya, karena mereka keluarga mas Bayu. Seperti tak bersalah saja jika pernah mengatakan aku menantu gil*. Dan sampai detik ini, perbuatannya melempar wajahku dengan uang masih menyisakan luka seolah aku pembantu, bukan menatunya. "Tuh dengar. Mertua itu sama seperti ibumu, sampai sini ngerti nggak?"  "Ya bedalah, perlu kujelaskan?"  "Tak berpendidikan tinggi berlagak sok pintar." Astaga, ini Jaka cara bicaranya sok dan seolah mengajarik
Read more
Part 24 Ini Harga Mati
 Pov Inur Tidak bisa dimaafkan. Stela telah melukai  wajahku dengan goresan kukunya. Melawan pun aku kalah tenaga. Tentu saja aku kalah, aku belum lama selesai operasi caesar. Uh! Tiba-tiba bekas jahitan di perut terasa ngilu. "Jaka, tolong adikmu, Ibu dapat uang dari mana?" Ibu mertua meratapi putri gil*nya. Dikiranya aku akan kasihan dengan air mata itu. Justru aku membencinya karena yang dikhawatirkan hanya Stela. Aku yang terluka fisik. Tapi seolah yang kualami hanya masalah biasa. Krim wajahku saja mahal. Cantik itu butuh biaya. "Iiih, Ibu nih. Aku nggak punya uang. Gajiku dipegang Inur. Lagian listrik di rumah ini aku yang nanggung. Ibu coba lagi pinjam ke Bayu." Bagus, suamiku menolek membantu. Lagian gajinya aku yang pegang. Wajar dooong, aku kan istrinya. Aku bu
Read more
Part 25 Dituduh Jual Narkoba
 "Maaf ya, Rin, seharusnya aku mendengarkan ucapanmu agar tidak pergi ke rumah Ibu." Mas Bayu berbaring. Matanya menatap langit-langit kamar. "Aku udah tau sifat Ibu dan saudaramu, Mas. Terutama sifat Inur. Makanya aku keberatan jika kita ke sana." "Iya, tapi aku sulit menolak. Toh Ibu wanita yang melahirkanku." Di sini tampak jelas karakter mas Bayu dengan kakaknya. Suamiku dari dulu paling tidak tegaan. Jika ibu dan saudaranya butuh pertolongan dan selagi bisa, pasti ia bantu. Beda dengan Jaka, ia perhitungan dan lebih mementingkan gengsi. Tapi kok orang seperti Jaka lama jatuhnya. Astagfirullah'alaziim, kok aku mikir begini ya? "Justru itu aku tidak tegas melarangmu, Mas. Lagian dosa jika aku memisahkanmu dengan Ibu." Mungkin ini namanya terpaksa menerima. "Aku malu, merek
Read more
Part 26 Demi Dapat Pinjaman Aku Difitnah
 "Astagfirullah'alaziim." Lagi, aku berucap sambil mengurut dada. Berusaha sabar meskipun sulit. Informasi mpok Leha membuat hati panas dan amarah ini terasa ingin segera keluar. "Aduuuh, jangan gitu, Rin. Tolong jangan libatkan aku. Ntar Ibu mertuamu nggak mau ngutangin aku lagi di warungnya." "Tenang, Mpok. Aku nggak bawa-bawa nama Mpok kok. Aku malah berterima kasih Mpok beri tau. Pantas ibu-ibu tetangga melihatku sinis. Tadinya aku udah merasakan nggak enak." Terbayang pandangan mereka saat aku memanggil mpok Leha tadi. "Tau sendirilah, jika ibu-ibu di sini selalu percaya dengan ucapan sebelah pihak, seharusnya buktikan dulu dengan cari tau." "Tapi, Mpok nggak seperti mereka. Itu yang aku salut." "Ini efek hobi baca cerbung. Banyak pelajaran agar kita nggak bodoh."
Read more
Part 27 Memancing Inur
 "Aku rasa semuanya sudah cukup. Jadi semua ibu-ibu di sini akan tau kebenarannya, apakah aku seorang pengedar dan pencuri atau tidak. Tentu polisi akan menyelidikinya, jika terbukti aku tidak bersalah, aku akan tuntut atas kasus pencemaran nama baik." "Loh, emangnya bisa gitu? Jangan sok ngancam, tamat SMP aja seolah berilmu tinggi. Sadar diri lah, untung kuterima jadi mantu, gitu-gitu Bayu tamat D3. Yaa, nasib sial bersamamu ia jadi cac*t. Jadi nggak usah menakut-nakuti aku!" Ibu mertua menyanggah sambil menghinaku lagi. Selalu begitu, pendidikan jadi prioritas ia menghina. Bahkan kali ini kata-kata 'sial' juga baru terdengar. "Mm Bu Ida, tapi Rina benar loh. Mantuku pernah difitnah gelapkan uang perusahaan, tapi setelah diselidiki, mantuku tak bersalah. Trus kami lapor tentang pencemaran nama baik. Yang menfitnah dipenjara loh," timpal seorang ibu-ibu. Namun ibu ini baru kali ini t
Read more
Part 28 Terpaksa Mengaku
 "Sana ambil hp-mu, kok malah diam?" Kudesak agar Inur segera membawa Jaka ke hadapanku sekarang. Hari ini juga, nama baikku harus kembali.  "Iyaaa, kamu tau sendiri lah, Mas Jaka kerja kantoran, mana sama ma si Bayu. Tentu Mas Jaka sibuk dong." Lagi, ia memperbandingkan suaminya dengan suamiku.  "Bentar kuambil Hp aku." Lalu Inur berlalu dari warung. Berusaha setenang mungkin. Sebenarnya ini sulit. Aku dituduh mencuri dan pengedar. Dan kali ini perbuatan ibu mertua harus kuselesaikan. Aku ingin ia mengakui depan semua orang yang ada di sini, jika tuduhan itu tidak benar. Kesalahan yang hanya bisa dimaafkan jika nama baikku dikembalikan. "Oke, kita lihat kebenarannya sebentar lagi. Satu hal yang perlu kutekankan, aku tidak akan memaafkan atas kasus pencemaran nama baik, tanpa terkecuali! Tuduhan penged
Read more
Part 29 Cepat Pulang, Mas!
 Pov Inur Sial sial sial! Aku kira Rina wanita bodoh yang bisa dikibulin. Masak aku kelihatan takut depan orang banyak. Bisa gengsi dong kalah dari Rina. Uuuh! Apa yang harus kulakukan? Mas Jaka belum pulang kerja dan aku harus bisa menghadapi sendiri. Salah aku juga sih punya ide buat berita bohong tentang Rina. Semua semata-mata agar jualan krim Rina tak laku. Hati ini tak rela jika aku kalah darinya. Aku Inur tamat sarjana, lah Rina? Ia hanya tamat SMP dan ..., astaga, ia kok bisa tambah cantik.  Hati ini semakin panas tak menentu. Rina bisa berubah dan kulitnya tambah cerah dan glowing. Pastilah ibu-ibu itu percaya Rina karena terbukti ia bukan jual nark*ba. Aduuuh, ketahuan nih aku bohong. "Ayo, Nur ..., pikir pikir pikir! Mereka pasti menunggumu," gumamku sendiri sambil mengetok kening sendiri.
Read more
Part 30 Akibat
 Ini sudah membuang banyak waktuku. Inur sepertinya sengaja menghindar mengakui kesalahannya. Begitupun Jaka, ia tak langsung pulang seolah meremehkan masalah ini.  "Ini hp-mu!" Kuberikan ponsel Inur yang tadinya kurebut agar bisa bicara dengan Jaka. "Lancang amat, kamu kira ini hp kamu? Main rebut aja," cerocos Inur kesal sambil menerima kasar ponselnya. "Jika tidak begitu, suamimu akan memperlama waktuku di sini. Kamu kira aku tak punya kerjaan lain, ngurusin ini berjam-jam." "Ya udah pulang sana! Ngapain juga di sini." "Hoy, Inur! Kamu mau menghindar dengan cara mengusir Rina? Jangan anggap Rina bodoh," sela bu Salma.  Terlihat kekesalan bu Salma ke Inur. Tentu karena mereka selesai main jambak-jambakan. Tatapan Inur ke bu Sal
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status