"Sana ambil hp-mu, kok malah diam?" Kudesak agar Inur segera membawa Jaka ke hadapanku sekarang. Hari ini juga, nama baikku harus kembali."Iyaaa, kamu tau sendiri lah, Mas Jaka kerja kantoran, mana sama ma si Bayu. Tentu Mas Jaka sibuk dong." Lagi, ia memperbandingkan suaminya dengan suamiku."Bentar kuambil Hp aku." Lalu Inur berlalu dari warung.Berusaha setenang mungkin. Sebenarnya ini sulit. Aku dituduh mencuri dan pengedar. Dan kali ini perbuatan ibu mertua harus kuselesaikan. Aku ingin ia mengakui depan semua orang yang ada di sini, jika tuduhan itu tidak benar. Kesalahan yang hanya bisa dimaafkan jika nama baikku dikembalikan."Oke, kita lihat kebenarannya sebentar lagi. Satu hal yang perlu kutekankan, aku tidak akan memaafkan atas kasus pencemaran nama baik, tanpa terkecuali! Tuduhan penged
Pov InurSial sial sial! Aku kira Rina wanita bodoh yang bisa dikibulin. Masak aku kelihatan takut depan orang banyak. Bisa gengsi dong kalah dari Rina. Uuuh! Apa yang harus kulakukan? Mas Jaka belum pulang kerja dan aku harus bisa menghadapi sendiri.Salah aku juga sih punya ide buat berita bohong tentang Rina. Semua semata-mata agar jualan krim Rina tak laku. Hati ini tak rela jika aku kalah darinya. Aku Inur tamat sarjana, lah Rina? Ia hanya tamat SMP dan ..., astaga, ia kok bisa tambah cantik.Hati ini semakin panas tak menentu. Rina bisa berubah dan kulitnya tambah cerah dan glowing. Pastilah ibu-ibu itu percaya Rina karena terbukti ia bukan jual nark*ba. Aduuuh, ketahuan nih aku bohong."Ayo, Nur ..., pikir pikir pikir! Mereka pasti menunggumu," gumamku sendiri sambil mengetok kening sendiri.
Ini sudah membuang banyak waktuku. Inur sepertinya sengaja menghindar mengakui kesalahannya. Begitupun Jaka, ia tak langsung pulang seolah meremehkan masalah ini."Ini hp-mu!" Kuberikan ponsel Inur yang tadinya kurebut agar bisa bicara dengan Jaka."Lancang amat, kamu kira ini hp kamu? Main rebut aja," cerocos Inur kesal sambil menerima kasar ponselnya."Jika tidak begitu, suamimu akan memperlama waktuku di sini. Kamu kira aku tak punya kerjaan lain, ngurusin ini berjam-jam.""Ya udah pulang sana! Ngapain juga di sini.""Hoy, Inur! Kamu mau menghindar dengan cara mengusir Rina? Jangan anggap Rina bodoh," sela bu Salma.Terlihat kekesalan bu Salma ke Inur. Tentu karena mereka selesai main jambak-jambakan. Tatapan Inur ke bu Sal
"Jangan bikin berita bohong menyudutkan kami! Apa kamu sengaja mempermalukan keluarga ulah ucapanmu itu."Stela yang tadinya cuek dengan ucapanku tentang mas Bayu ingin bunuh d*r*, akhirnya bersuara juga. Dan bukannya prihatin tapi ia malah merasa malu seperti aku mengumbar berita bohong, atau ibarat sebuah aib."Terserah kamu, seandainya kamu di posisi suamiku, dihina oleh keluarga karena cacat fisik. Apa kamu tak merasa tertekan? Makanya bicara itu dipikirkan.""Sudah sudah! Kamu sudah dapat semua yang kamu mau. Senang mempermalukan kami depan orang banyak? Sekarang jangan sok mau menasehati!" Ibu mertua juga ikut menyalahkanku."Bu, Mas Bayu itu anakmu. Seharusnya beri dukungan dengan kondisinya. Tapi apa yang ia dapat, aku rasa ibu sudah tau jawabannya. Semoga hati nurani Ibu sebagai wanit
Pov Stela"Syukurlah kamu sadar posisimu, biarpun udah nikah dengan Mas Bayu, tetap aja kamu bukan siapa-siapa," tukasku kesal."Aku pegang kata-katamu. Ingat ya, bukan siapa-siapa," balas Rina menekan.Mana mungkin aku mau kalah. Selama ini ia tak lebih dari pembantu setelah numpang hidup di rumah ibu waktu itu. Lagian hingga sekarang ia belum bisa menguntungkan hidupku. Jadi tak perlu menganggapnya."Aku beri waktu sepuluh menit, jika ceritaku yang kamu curi belum dihapus, nama dan fotomu akan viral karena seorang plagiat."Gila! Ia mengancam menyebarkan foto aku? Oh tidak, apa kata dunia seorang Stela berpendidikan ketahuan mencuri cerita. Apa kata Kelfin? Ia pasti bertambah ilfeel dan ..., oh tidak! Aku harus segera menghapusnya.
Pov BayuAku meninggalkan rumah ibu. Air mata berjatuhan seiring langkah. Ibu minta aku bayar hutang dilahirkan. Apakah pantas ada hutang antara ibu dan anak kandung?Ibu, tahukah kamu jika aku sangat merindukanmu. Aku tahu bukan seorang anak yang bisa dibanggakan. Aku membuatmu malu. Sebanyak apapun hinaan dilontarkan, tak pernah hati ini menyimpan dendam. Justru aku merasa bersalah karena tak bisa memanggakanmu. Ibu ....Jika Stela bicara tidak mengakui aku kakaknya lantaran malu, aku masih bisa terima dan rasa sedih ini, tak seperti yang kurasakan saat ibu menuntut hutang melahirkanku. Kenapa hanya padaku ibu berani menuntut. Kenapa Stela dan mas Jaka diperlakukan baik. Bukankah kami terlahir dari rahim yang sama.Angin sore segera berlalu. Angkot yang membawaku pergi meninggalkan rumah ibu dengan berjuta ke
Aku hanya menanggapi tersenyum kecil saat Jaka dan Inur meremehkan kami. Kami datang pakai mobil pribadi tapi mereka yang berkoar-koar seolah kami datang untuk memanas-manasi mereka. Padahal niatku datang karena menghargai mas Bayu. Kalau bukan karena suamiku, tak sudi aku menginjakkan kaki di rumah ini.Awalnya aku keberatan ikut ke sini. Tapi setelah melihat raut wajah mas Bayu, ada rasa tak tega. Ini lebih ke saling menghargai. Bapak sering berikan nasehat, turuti ucapan suami selagi tidak menentang agama. Itulah yang berusaha kulakukan."A-apa? Kalian beli mobil ini?" Suara Jaka terdengar gugup. Aku tahu ia masih belum percaya. Ekspresi mukanya mangap berulang kali"Tapi kok bisa?" Inur pun masih belum bisa menyembunyikan keterkejutanya. Norak juga."Perlu aku jelaskan agar tidak ditud
"Ibu nggak mengusir kamu, Jaka. Tapi bukankah kamu mau pergi dari rumah ini agar tak ada beban bayar listrik. Ya sudah, lakukan." Ibu mertua memperjelas ucapannya hingga Jaka dan Inur langsung beradu pandang."Tapi, berarti, berarti Ibu nggak peduli aku lagi?"Entah kenapa aku merasa Jaka justru sebenarnya tak ingin pergi dari rumah ini. Jika dihitung, untuk ngontrak mungkin akan lebih mengeluarkan biaya banyak. Biaya kontrakkan perbulan dan ditambah bayar listrik dan air."Kok malah bertele-tele, bukankah tadi Mas Jaka ngancam Ibu tentang nggak mau bayar listrik? Tuh Ibu udah suruh pergi biar kalian nggak repot bayar listrik. Tenang aja, kami bisa tanpa kalian." Stela tampak merasa puas dengan ucapan ibunya."Mas, kita ngontrak di mana?" tanya Inur."Sebai