All Chapters of Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang: Chapter 61 - Chapter 70
110 Chapters
Part 61
“Terus, kalau kamu bareng terus sama Athira, aku harus bilang wow, gitu?!” dengkusku sambil mendorong kursi roda membawa Raihan menjauh dari toko bunga.Hatiku benar-benar kesal dibuatnya. Ngapain pakai pamer-pamer kalau malam bareng sama sugar baby-nya, memangnya keren banget apa!Duduk di kursi teras, mendengkus kesal karena ternyata kunci rumahku tertinggal di mobil Abraham.“Kenapa, Mbak Mayla Yasni. Nggak bisa masuk ya?” tanya Abraham sambil nyengir kuda. Nyebelin.Aku hanya diam enggan menyahut. Melipat kedua tangan di dada, mengerucutkan bibir kesal kepada pria berambut panjang itu.“Kamu kenapa sih, May. Akhir-akhir ini kamu terlihat uring-uringan dan sering marah-marah. Apa kamu ada masalah sama Ibnu?” Abraham menarik kursi dan duduk.“Bukan urusan kamu!” sungutku kesal.“Iya, memang bukan urusan aku. Tapi kamu sering bersungut-sungut di depanku. Kalau aku salah, aku minta maaf. Apa jangan-jangan, kamu masih marah gara-gara kejadian di mal tempo hari?!” Dia menatap menyelidik
Read more
Part 62
“Maksud aku, kamu tinggal di rumah aku dan aku tinggal di sini. Biar aman. Kalian berdua itu amanah yang dititipkan oleh almarhumah Ibu sama aku. Amanah orang yang sudah meninggal itu berat, May. Nggak bisa ditawar-tawar!” terang Abraham panjang lebar.“Aku bisa jaga diri aku sendiri, Bram. Kamu nggak usah merasa terbebani karena pesan Ibu. Insya Allah Ibu juga mengerti dengan keadaan aku sekarang. Kayaknya kalau aku tinggal di Tegal lebih aman. Mas Ibnu tidak akan pernah mengganggu.”“Apa kamu yakin?”“Insya Allah, Bram.”“Tapi aku tidak memberi izin, Mayla. Aku nggak mau kamu tinggal di dekat rumahnya Gus Azmi.”Alisku bertaut mendengar jawaban dari Abraham.“Kenapa aku mesti izin sama kamu. Kan aku bukan siapa-siapa kamu?” Menatap wajah lelaki bertubuh tegap tersebut ingin tahu reaksi Abraham.“Kalau begitu aku akan menghalalkan kamu. Supaya aku bisa melindungi kamu dan bisa menjalankan amanah Ibu dengan baik!”Mataku membeliak kaget mendengar ungkapan dari Abraham. Apa diam-diam d
Read more
Part 63
“Nggak, Mayla. Aku nggak mau kamu pindah ke Tegal!” cegah Abraham dengan nada meninggi ketika aku berpamitan.Andita yang sedang sibuk melayani customer, langsung menatap ke arah kami dengan sudut mata sudah menganak sungai.“Jangan pergi, Bu. Saya nanti sama siapa di sini?” Andita ikut menimpali.“Nanti Pak Bram bisa cari karyawan baru lagi, An. Saya dan Raihan sudah tidak aman lagi berada di kota ini. Ayahnya Raihan selalu mengganggu hidup kami!” Aku berusaha mengulas senyum.“May. Tolong dengerin aku. Aku akan selalu melindungi kamu dan Raihan. Aku nggak bisa jauh-jauh dari kalian, Mayla!” Abraham duduk di sebelahku, lebih dekat dari biasanya.“Tapi aku harus pindah ke Tegal, Bram. Aku juga nggak mau terus-menerus merepotkan kamu.”“Kamu tidak pernah merepotkan aku sama sekali, Mayla. Aku justru senang jika kamu selalu melibatkan aku di dalam masalah kamu.”“Kalau aku di Tegal juga kita masih bisa bertemu, Bram. Kamu bisa main-main ke sana, aku juga bisa silaturahmi ke sini. Kita a
Read more
Part 64
“Tante. Kok muka tante dilipet begitu?” Athira menghampiri, menyalamiku dan mencium punggung tanganku dengan takzim.“Pasti Om Bram yang bikin Tante merengut ya? Jangan diambil hati kalau dia ngomong, Tante. Om Bram memang begitu. Galak, bawel, hobi PHPin orang. Aku aja katanya mau diajak nonton sampe sekarang belum diajak pergi. Keburu aku pulang ke Semarang kalau begini!” rutuk Athira panjang lebar.“Memangnya kamu tinggal di Semarang?” tanyaku penasaran. Ingin tahu lebih jauh tentang gadis manis itu.“Iya, Tante. Aku tinggal sama Mama dan Ayah tiri aku di sana. Om Bram juga sering datang ke sana loh. Kapan-kapan main ke rumah aku ya Tante. Biar Mama kenal sama Tante. Mama pasti senang. Dulu Tante Lusi juga pernah main sekali. Cuma ... Dia godain Ayah di sana, jadi Mama marah dan mengusir Tante Lusi!”Alisku bertaut mendengar cerita Athira. Sebenarnya dia ini siapanya Abraham. Kenapa Lusi juga pernah bertandang ke kediaman orang tuanya Athira?“Kamu apanya Om Bram, Ra?” Memberanikan
Read more
Part 65
“Kenapa diam. Mana ATM-nya?” Lusi menimpali, sambil menodongkan tangan memasang wajah sombong.“Tidak ada!”“Kamu jangan macam-macam sama kami, Mayla. Kamu di sini itu sendirian!” gertak pria berkulit sawo matang tersebut, menatap nyalang wajahku. Sorot mata Mas Ibnu sudah dipenuhi dengan kebencian.Di mana cinta yang selalu dia ucapkan dulu. Tidak adakah lagi cinta dan kasih sayang walaupun hanya sebutir tepung di dalam hatinya, sehingga dia terlihat begitu membenci dan tidak ada belas kasihan sama sekali terhadap diri ini.“Mayla. Mana kartu ATMnya?!” Mas Ibnu mulai meninggikan nada bicara, membuat pertahananku sedikit goyah karena takut dia berbuat nekat dan melukaiku.Aku masih memiliki Raihan yang sangat membutuhkan kasih sayang dariku. Jika terjadi sesuatu denganku, maka siapa yang akan menjaga serta merawat dia.“Mayla. Jangan buat kesabaranku habis ya!” Lelaki berjambang tipis itu merebut paksa tas yang menggantung di pundak, menarikku hingga diri ini hampir terjatuh.“Jangan
Read more
Part 67
“Aku sama Kak Andita nggak ditawari, Om?” celetuk Athira seraya memonyongkan bibir manja.“Maksud Om kalian semua!” jawab Abraham terlihat salah tingkah.“Iya deh, yang lagi jatuh cinta. Yang diingat Cuma sang pujaan hati. Ada keponakan di depan mata juga terlupakan.” Athira tertawa renyah menggoda sang paman.Namun, tidak dengan Andita. Aku lihat wajah gadis berusia dua puluh lima tahun itu langsung terlihat berubah. Pendar di wajahnya meredup, menunjukkan rasa cemburu yang terpendam dalam di dasar sanubari.Astagfirullah ....Aku lupa bahwa dia sudah memendam rasa sejak lama kepada Abraham. Dia mengagumi laki-laki berwajah tampan itu, dari semenjak kami bertemu dan bekerja sama.Tapi, apakah salah jika sekarang ini aku juga memiliki rasa yang sama dengan dia?***#Tiga minggu kemudian.Hari ini, aku kembali harus menghadiri sidang perceraianku dengan Mas Ibnu. Semoga saja persidangan kali ini berjalan lancar, seperti persidangan sebelumnya. Tidak apa-apa jika Mas Ibnu tidak menghadi
Read more
Part 68
“Kalau sampean berkenan, sampean bisa menginap di asrama putra, Mas Bram. Ndak usah di hotel. Biar kita semakin akrab,” timpal Gus Azmi yang baru saja keluar, menyambut kedatangan Raihan.“Matur nuwun sanget, Gus. Nanti saya merepotkan.” Abraham mengulas senyum.Tapi entah mengapa, aku melihat ada keterpaksaan di lengkungan bibir lelaki berwajah tampan itu.“Tidak merepotkan, Mas. Saya justru senang jika ada sampean di sini. Kita bisa ngobrol-ngobrol. Berbagi ilmu, juga pengalaman.” Gus Azmi mendekat, merangkul pundak Abraham dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan khusus laki-laki.Ning Mahfia menghampiri, mengajakku masuk menemui Ummi Hanifah di dalam kamar perempuan paling dihormati di kalangan pesantren.“Assalamualaikum, Ummi,” sapaku sembari menyunggingkan bibir.“Waalaikumussalam. Silakan masuk, Nduk.” Wanita bergamis longgar tersebut merentangkan tangan, menyambut kedatanganku, memeluk erat tubuh ini.Ya Allah. Begitu hangat dekapan Ummi. Membuat rinduku kepada Ibu sedikit tero
Read more
Part 69
“Dulu, Azmi pernah meminta Ummi untuk melamar kamu ketika masih gadis. Dan ternyata Allah belum menjodohkan kalian berdua. Kamu menikah dengan mantan suami kamu, dan di sini ada sepotong hati yang terluka. Walaupun Azmi tidak mengungkapkan, tetapi sebagai Ibu, Ummi tahu betul kekecewaan yang sedang dirasa oleh Azmi. Dia sering murung, berzikir meminta supaya Allah menghapus rasa yang dia simpan dalam-dalam selama ini.Hingga beberapa tahun setelahnya, Azmi kembali menemukan tambatan hati. Dia mengkhitbah seorang santriwati, anak salah satu pengurus pondok pesantren dan beberapa hari sebelum mereka melangsungkan akad, calon istri Azmi sudah dipanggil oleh Sang Pemilik hidup.Azmi kembali mengurung diri. Tapi luka yang Ummi lihat, tidak separah ketika kamu lebih memilih Ibnu dari pada putra Ummi.Ketika kamu datang mendaftarkan Raihan di pesantren ini, Azmi terlihat langsung begitu dekat dengan Raihan. Dia begitu menyayangi anakmu, sama seperti dia menyayangi Habibie putra almarhumah Ai
Read more
Part 70
Selama menjalani masa idah, aku terus saja melakukan salat istikharah. Meminta petunjuk kepada Allah, supaya tidak salah memilih dengan siapa hati ini akan berlabuh.Jika memang jodohku seorang Abraham, maka dekatkanlah. Namun jika kami tidak bisa bersama, aku memohon dengan sangat kepada Sang Rahim, agar lekas mencabut rasa dalam sanubariEntah mengapa hampir setiap selesai melakukan salat istikharah, aku selalu bermimpi berada di tengah tanah lapang nan tandus, dimana ada badai besar menerpa, dan sebuah pohon kecil berdiri kokoh jadi pegangan.Aku tidak paham dengan arti mimpi tersebut. Apa itu petunjuk, ataukah hanya bunga tidur saja. Sebab mimpi dikala tidur, bisa datang dari Allah, bisa juga datang dari syaitan.Masa idahku hampir saja selesai. Hati ini semakin gundah gulana, merasa berat jika harus mengiyakan permintaan Ummi.Sedangkan Abraham. Sudah hampir tiga bulan ini lelaki berambut panjang itu tidak mengirimkan kabar. Mungkin dia sudah lupa kepadaku. Atau mungkin sudah men
Read more
Part 71
Kenapa sampai berpikir macam-macam kepada lelaki alim itu. Ini kan rumah sakit. Bukan lagi di asrama, atau hotel. Kalau dia mengajak ke kamar ya pasti kamar rawat inap.Senyum tipis tergambar di bibir merah Gus Azmi. Dia berjalan mendahului, karena tidak mau aku berada di depan. Takut zina mata katanya.Semua mata tertuju kepada kami saat memasuki kamar inap Ummi. Ada yang terlihat bahagia, ada pula yang terlihat tegang. Memangnya ada apa? Apa Gus Azmi mengatakan sesuatu sebelum dia keluar dari kamar ini?Ah, sudahlah. Tidak mau berprasangka buruk. Aku harus fokus kepada kesehatan Ummi dan juga persiapan pernikahanku yang akan dilangsungkan segera.“Ahmad, besok bisa minta tolong antarkan Mas beli cincin?” tanya Gus Azmi kepada sang adik, yang wajahnya begitu mirip dengan dia.“Bisa, Mas. Ajak Mahfia sama Mbak Mayla juga. Takut kaya aku waktu beliin cincin buat Hafsah, dia nggak ikut, eh, cincinnya kekecilan,” sahut Gus Ahmad terkekeh.“Iya.” Gus Azmi menjawab singkat.Apa dia tidak s
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status