Semua Bab Summer Pieces: Bab 21 - Bab 30
46 Bab
21
Jon Agustus 2015 "Pertama kali aku melihatmu di lapangan. Aku tahu, kau berbakat." Kalimat pertama yang terlontar dari mulut Roxie sukses menarik perhatianku. Aku belum meresponnya ketika ia menyeretku bergabung dengan anak-anak lain di pinggir tribun. Kami sejenak menikmati permainan beberapa anggota dari tim inti senior. Mereka merayuku bergabung, tapi aku menolak. Selepas beristirahat dan bergurau dengan kami, mereka memilih pergi berkelompok. Kami beranjak ke tengah lapangan basket, setelah yang lain benar-benar pergi semua. Penjaga sekolah tidak begitu khawatir, ia mengerti ini tahun terakhir para siswa senior bisa menikmati bermain di sini. "Jon, kutinggalkan kunci hall padamu. Jam 10 serahkan padaku di depan. Oke?!" katanya sebelum pergi menyisiri tiap ruang gedung. "Siap." Aku beralih ke Roxie. Ia menghabiskan sisa air botol mineral. Lalu menggelindingkan bola padaku yang berdiri memandangi sekitar. "Cepat sekali, ini sudah tahun terakhir. Aku pasti akan merindukan te
Baca selengkapnya
22
Summer September, 2015 Mom memberitahuku kalau sarapan di meja makan sudah siap. Aku pun menyadari perutku sudah bunyi. Segera kulangkahkan kaki ke wastafel dan menggosok gigi serta mencuci muka, lalu bersiap-siap dan turun ke bawah. Mom sudah menyiapkan roti lapis isi telur mayo dan sayur-sayuran serta segelas susu untukku. Ia sedang membaca koran, dan di hadapannya tersaji mug yang kuberi kemarin, berisi kopi, dan ada pula sandwich ikan tuna kesukaan dad yang sudah dimakan setengah. Semua itu dulu sarapan kesukaan dad sebelum ia bersiap-siap pergi bekerja. Sepertinya mom mengawali hari ini dengan cerah, aku memeluknya singkat. Ia mengecup keningku. “Cepat makan dan berangkat." Aku segera duduk dan meminum susuku beberapa teguk. Lalu kulihat mom yang melanjutkan makannya. “Ada apa dengan hari ini? Itu..." kutunjuk keseluruhan dirinya, "Mom bertingkah seperti dad. Makanannya, kopinya, korannya, cara makannya.” Ia pun menelan gigitan terakhirnya dan meneguk kopinya hingga habis.
Baca selengkapnya
23
SummerJuli, 2008Segalanya terasa gelap. Lebih dari yang kau kira. Saat ini adalah tiga tahun kepergiannya. Kuharap ia damai di sana. Tapi, aku merasa masih terpuruk di sini. Aku memandang nisannya. Sendirian. Aku kemari tanpa mom. Seseorang menemaniku diam-diam saat mom meninggalkanku di rumah saat ia sedang ada urusan ke kota. Kami masih di Springfield, meskipun jarak makam dengan rumah yang sekarang sangat jauh.“Hai, dad. Bagaimana kabarmu?” aku seolah berbicara dengannya dengan memandang tanah berhias batu itu.“Aku kangen dad. Aku ke sini tidak dengan mom. Aku tahu aku ceroboh, tapi mom pasti menolak kalau kuajak ke sini.”Aku menarik lengan seseorang yang berdiri di belakangku itu agar mendekat ke sampingku. Ia menuruti mauku. Tangannya merangkul bahuku. Mengesankan kalau ia menjagaku dan menguatkanku.“Kenalkan dad, ini Cloud. Apa kau tahu ia ada bersamaku ketika aku diculik? Tiga tahun ini ia tetap bersama denganku. Tiga tahun dad tidak ada, dan ia masih mau menemaniku. Di r
Baca selengkapnya
24
SummerSeptember, 2015“Di mana Summer?” Jon berjalan bersisian dengan Roxie ke arah mobilnya.Kulihat Kevin sibuk memainkan ponselnya sembari bersandar di ford merah itu. Ia mengedikkan bahu,“Kukira ia bersamamu.”Jon menepuk dahinya, “Ya ampun Kev, kukira dia bersamamu.”Kevin memperhatikan Roxie, “Oh yeah, kau sedang sibuk dengan cewek ini jadi kau melupakannya begitu saja.”“Hei, kenapa jadi menyalahkanku?! Kenapa Summer jadi penting sekali sih?!” kata Roxie sinis.Kevin terkekeh. "Cuma bercanda, Rox."Roxie mendengus sebal."Ya ampun, kenapa cewek itu sulit sih dimengerti?!" Kevin memasukkan ponselnya ke saku. "Aku berharap dua cewek terpenting di hidup sepupu sintingku ini, bisa berdampingan dengan damai. Tapi, mana bisa sih? Sepertinya kalian butuh duduk bersama, berbicara dari hati ke hati, dan tidak serumit itu bersama Jon. Sudah kubilanh dari awal, cowok dan cewek itu tidak bisa selamanya bersahabat. Kau paham tidak sih Jon?!"Jon pun menyikut perut Kevin. "Cerewet!"Aku be
Baca selengkapnya
25
Jon September, 2015 Wajahnya tertunduk muram saat ia menuju jalan masuk pekarangan. Aku pun bangkit dari dudukku di atas anak tangga beranda. Aku berjalan ke arahnya. Sedari tadi aku memutuskan sengaja menunggu Summer di depan rumahnya ketika tidak mendapati keberadaannya di setiap sudut sekolah. “Kau dari mana saja?” Ia tengadah ke arahku. Terkejut. “Sedang apa kau di sini?” “Menunggumu pulang.” “Kau tidak perlu menungguku, Jon.” Ia berjalan melewatiku dan membuka kunci pintu. Perubahan terjadi begitu drastis rupanya. Entah bagaimana bisa begitu. Summer benar-benar terlihat kacau. Acuh. Pasti ada yang tidak beres. Aku berjalan mengikutinya. “Tadi kau menghilang. Kita kan sudah sepakat akan mengantarmu pulang.” Ia acuh. Diam saja. Kuhela nafas berat. "Aku dan Kevin menunggumu di parkiran. Kau tidak muncul juga. Aku mencarimu ke setiap sudut sekolah. Kau tidak ada dimana-mana. Jadi aku mulai khawatir dan memutuskan menunggumu di depan, untuk memastikan kau benar-benar sampai
Baca selengkapnya
26
SummerAgustus, 2015Saat itu aku melihatnya. Roxie. Keterkejutanku tidak hanya sampai pada apa yang dikatakan Jon barusan, tapi juga dilanjutkan dengan kehadiran cewek itu tiba-tiba di tribun, tak jauh dari kami. Ia pasti kemari mencari Jon. Langkahnya segera terhenti saat melihat aku dan Jon di bangku penonton lapangan basket. Ia begitu syok saat Jon memelukku. Wajahnya memerah. Ia marah. Pasti sangat marah. Dan tidak lain pasti ia akan segera mengincarku. Aku pun bersikeras melepaskan diri dari Jon. Namun, tangannya terlalu kuat merengkuhku."Jangan, Sum!""Tidak, Jon! Aku harus pergi dari sini. Ada Roxie.”Rengkuhan Jon mengendur saat mendengar apa yang kubisikan. Ia sejenak mematung.Saat itu juga aku langsung mengambil kesempatan melepaskan diri darinya. "Maafkan aku Jon, aku tidak mau mengacaukan semuanya." Lalu secepat kilat menjauh dari sana.Jon meneriaki namaku, tapi aku tidak menggubrisnya.Aku berlari sekuat mungkin. Aku hanya ingin secepatnya pergi dari sumber masalah ya
Baca selengkapnya
27
JonAgustus 2015 "Summer! Jon!" Suara wanita itu menyentakku dari mimpi. Aku masih setengah sadar ketika wanita itu berbicara lantang. Berusaha membangunkan kami. Dan saat mataku menangkap bayangan Rose di hadapanku. Aku langsung terkejut dan sepenuhnya terbangun. Hampir saja aku melompat kalau saja kaki Summer tidak menahan perutku. Sementara itu, Summer masih menguap setengah sadar. "Rose?!" pekikku terkejut. Cepat-cepat kugoncangkan bahu Summer. "Sum! Sum! Ibumu sudah pulang." Summer mulai sadar sepenuhnya. "Mom? Kapan kau datang?" Rose duduk di sofa di dekat kami. Memperhatikan kami bergantian. "Kau kenapa? Jelaskan padaku ada apa dengan matamu!" wanita itu menatap tajam. "Sekarang!" perintahnya tegas. Tak pelak kami berdua langsung menegang dan duduk tegap. Oh-oh ini saatnya! batinku. Sumer mulai memegangi matanya dan gelagapan. "Ah... ini... eh... ini..." Baiklah, dia masih belum siap mengarang. Lalu apa yang harus kukatakan?! Kuputar otakku, merancang berbagai kata pen
Baca selengkapnya
28
SummerAgustus 2015 Nafasku terengah merasakan sentuhan lembut yang berbeda darinya. Aku terhanyut. Aku tak tahu apa yang tengah kupikirkan. Yang kutahu saat ini hanyalah, kehadirannya melenyapkan begitu saja rasa sakit yang menyergap hatiku. Tapi, rasanya kemudian tidak pas, ini tidak seperti yang biasa kurasakan dari Cloud, aku tidak bisa menerima ini. Ini bukan Cloud. Bahkan aku tidak bisa benar-benar mengusir bayangan Cloud saat cowok lain bersamaku, meski ini Jon sekalipun. Baru saja aku terhanyut pada sensasi itu, namun aku langsung tersadar dan langsung melepaskan diri darinya yang merengkuhku di depan jendela. Tidak. Aku tidak bisa melakukan ini. Aku juga tidak ingin mempermainkan Jon. "Summer..." "Aku tidak bisa, Jon..." Air mataku mulai menggenang. "Kau... menangis?" Ia menatapku lekat-lekat dan memegang kedua bahuku. "Summer... ya ampun, maafkan aku..." Air mataku tumpah begitu saja. Entahlah, rasanya benar-benar kacau dan tidak pas. "Ini bukan salahmu, Jon. Aku yang
Baca selengkapnya
29
SummerAgustus, 2015"Apa yang kau lakukan di sini?!" pekik cewek yang sedang memakai masker itu di depan pintu rumahnya, tatkala tahu bahwa aku yang tengah berdiri menunggunya di beranda.Aku langsung tersadar dari lamunanku dan menoleh mendengar suaranya. Ingin sekali menghambur padanya. Sesaat air mataku tumpah lagi. Sungguh payah, cengeng, dan nampak kacau. Pasti gadis di depanku ini tak segan menertawakan betapa jeleknya aku sekarang. Tapi, Rub hanya melongo. Ia maju menghampiriku. Cewek itu mengambil ujung jaketku yang bebas dan melapkannya pada pipiku yang basah. Sikapnya barusan bikin aku ingin memeluknya. Dahi di balik masker putih itu berkerut, mungkin khawatir atau masih heran. Ia menarik lenganku segera mungkin."Ayo cepat masuk!""Siapa, Rub?" suara wanita menggema dari ruang dalam. Itu pasti ibunya."Hanya Summer, Mom. Kami ada tugas kelompok. Kami langsung ke kamarku." Ruby mengeraskan suaranya agar didengar ibunya. Ia berusaha mengalahkan suara kencang tv yang menyiar
Baca selengkapnya
30
SummerSeptember 2015Pagi di minggu awal bulan ini membuatku setengah bergidik. Bisa jadi karena aku was-was jika peristiwa antara aku, Jon, dan Cloud kemarin bocor di lingkungan sekolah. Dan mungkin juga karena suhu udara yang semakin menurun. Muramnya hariku kini bertepatan dengan masuknya musim gugur. Daun-daun sudah mulai meranggas. Menguning dan berguguran. Membuat janji dengan sesama untuk merayakan pedihnya hatiku. Jika tahu begini, aku mengomel sendiri kenapa namaku tidak "Seasons" saja karena kisah hidupku silih berganti layaknya pergantian musim. Bukan summer, karena sama sekali tidak cocok.Aku menghela nafas. Pagi-pagi sekali setelah keluar dari rumah Rub, lalu merasa kedinginan mengantar koran, aku menyelinap melalui pintu belakang dengan kunciku sendiri. Aku tidak mau lewat depan karena mom belum berangkat bekerja dan jika ia melihatku, aku malas sekali berdebat dengannya.Segera aku naik ke kamarku dengan sebisa mungkin tanpa suara. Lalu mencuci muka, menggosok gigi, d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status