All Chapters of Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed: Chapter 91 - Chapter 100
119 Chapters
91. Tiga Generasi Bertemu
Cachtice Catsle, 2 Maret 1610 Benca telah menyelesaikan banyak masakan, dan siap untuk disuguhkan. Hari masih siang, ada banyak waktu untuk membuat garnish atau hiasan yang bisa mempercantik tampilan hidangan. Maka dia bergegas untuk mencari beberapa bahan dan meminta Lovisa untuk mengumpulkannya. "Lui, bisakah kamu minta tolong pelayan untuk mengumpulkan mentimun, tomat, wortel dan lobak, lalu mengupas dan mencucinya?" "Baik Ibu. Berapa banyak yang Ibu butuhkan?" "Ambilkan masih-masing satu keranjang." "Baik Ibu." Lovisa mencari pelayan dan menyampaikan pesan ibunya. Sementara Lorant yang sedang mengaduk sup di dalam panci dekat suatu sudut dapur tidak pernah lepas memperhatikan ke mana pun Lovisa atau Benca melangkah. Dia dengan tegas melarang mereka bertiga terpisah ruangan satu sama lain apapun alasannya. Seorang pelayan datang memberikan pesanan Benca, tanpa sengaja dia melihat jari pelayan yang tergores dan meninggalkan bekas. "J
Read more
92. Insiden di Pesta, 3 Maret 1610
Acara pesta di Cachtice Castle berjalan dengan baik diiringi musik sendu tanpa tari-tarian. Keluarga bangsawan berdatangan, bahkan keluarga dari kerajaan Polandia, Perancis dan Jerman juga hadir. Rupanya acara ini semacam manipulasi pertemuan politik antara pemimpin-pemimpin besar. Dan mengapa diadakan di Cachtice Castle, bukan di salah satu kerajaan besar lainnya? tidak lain demi membuat situasi seolah-olah normal, bukan acara kenegaraan. Mereka ingin mengkonsolidasikan situasi terkini satu sama lain. Yang paling utama adalah, mereka perlu menerima nasihat Count Gyorgy Thurzo de Bethlenfalva sahabat dari Count Ferenc Nadasdy, pemilik gelar Black Hero Of Hungary, suami dari Countess Elizabeth Bathory de Ecsed. Agenda utamanya adalah tentang persekutuan melawan musuh abadi mereka selama berabad-abad yang saat ini justru semakin kuat, bahkan wilayah kekaisaran mereka semakin luas meliputi hampir seluruh bagian Eropa dan Asia. Tentu saja hal tersebut membuat mereka haru
Read more
93. Intimidasi
Ivett mendadak gugup, namun berusaha menyembunyikan rasa gugupnya dari Arpad. "Oh, kamu salah paham, Arpad. Aku hanya mengajaknya minum, memberi penghargaan atas apa yang telah dia buat untuk pesta ini. Kami semua memuji masakan istrimu. Tapi asisten istrimu justru sangat sembrono, dia telah membuat pakaianku basah." Ivett mencoba meredam amarah Arpad, dan melemparkan kesalahan pada Lorant yang dia anggap sebagai asisten Benca. Ivett melangkah menghampiri Arpad, sejenak melupakan rasa sakit pada pergelangan tangannya yang melepuh. "Coba kulihat lenganmu." Arpad menjawab dingin, Ivett yang masih berusaha menyembunyikan tangannya tidak mampu menghindari cengkraman Arpad yang sangat kuat. Melihat tangan Ivett yang melepuh, Arpad menatap Ivett tajam. Bola mata Arpad yang biasa teduh berubah dipenuhi amarah. "Mengapa kamu ingin sekali melukai istriku? Apa salahnya padamu?" Ivett panik, namun tetap berusaha tenang, lalu akhirnya berucap. "Karena dia mengingatkanku pada Ben
Read more
94. Fakta Baru, 4 Maret 1610
Baru saja Gyorgy melangkahkan satu kakinya memasuki ruang utama kediaman Baron Ivan Garai Szechenyi de Sarvar Felsovidek, langkahnya terhenti. Di sana sudah ada Raja Matyas dengan wajah gusar menahan amarah, sehingga wajahnya memerah membuat kerutan yang tegas di pelipisnya semakin nyata. Gyorgy maklum mengapa di gerbang kediaman Baron Ivan banyak sekali pengawal bertubuh atletis mengenakan pakaian kasual berwarna gelap. Mereka bukan seperti pengawal kerajaan pada umumnya, mereka adalah pengawal khusus Raja Matyas, yang memiliki keterampilan tempur setara dengan pasukan Janissari dari Kekaisaran Ottoman, pada masa kepemimpinan Prince Stephen Bathory kakek buyutnya. Meskipun saat itu peperangan yang berlangsung selama sekitar 15 tahun mengalami pasang surut di kedua belah pihak, namun Prince Stephen Bathory sempat mempelajari taktik berperang Sultan Al-Fatih dan tentara Janissari yang sangat ditakuti pada masanya. Walhasil, banyak keterampilan berperang yang diwarisi dari kakek buyut
Read more
95. Perjalanan Panjang
Lorant di dampingi oleh Zulu dan Hugo serta prajurit lainnya berkuda dengan kecepatan pesat menuju kediaman Benca. Kuda-kuda yang membawa mereka adalah kuda pilihan yang cukup terlatih. Namun entah mengapa, Lorant merasakan perjalanan menuju rumah Benca terasa sangat lama, dan menguras energinya. Bayangan saat dirinya terluka, mendapatkan perawatan dari Benca, saling mengungkapkan perasaan hingga tragedi menemukan tiga makam di rumah Benca berkelebat dalam pikirannya seperti sebuah film yang diputar perlahan. Yang paling membuat Lorant merasa mual adalah episode saat penculikan terhadap dirinya yang dilakukan oleh Ivett, saat itu dirinya seperti berada di tepi jurang, pilihannya adalah bertahan hidup atau terjun bebas dan menyambut ajal. Saat dirinya mengetahui Benca masih hidup, semangat juang Lorant untuk bertahan tidak terbendung lagi, hingga dia mampu kabur dari acara pernikahan, sampai menyembunyikan jati dirinya hingga saat ini. Semua itu, membuat waktu menuju rumah Be
Read more
96. Sebuah Jawaban
Setelah beristirahat sejenak, Lorant memerintahkan para prajuritnya untuk mulai menyisir seluruh area rumah Benca dengan teliti. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok. Yang pertama dipimpin oleh Hugo bertugas menyisir bagian luar rumah Benca sampai radius sekitar duapuluh meter sambil berjaga-jaga. Kelompok kedua menyisir area dalam rumah Benca. Sedangkan kelompok ketiga akan meneliti ruang bawah tanah rumah Benca bersama Lorant dan Zulu. "Zulu, perintahkan anak buahmu untuk membersihkan dan menata kembali area rumah Benca." Lorant sedikit merasa sesak pada saluran pernafasannya, sebab ruang bawah tanah saat ini dipenuhi oleh banyak sekali debu dan sarang laba-laba. Kondisinya sangat jauh berbeda saat pertama dirinya dan Arpad memasuki ruang ini. Ketika itu, hanya ada debu tipis yang melapisi furniture serta barang-barang yang ada di dalamnya. Semua terlihat terawat dengan sangat baik. Kabar baik dari situasi ini, artinya kemungkinan besar memang ruanga
Read more
97. Suspect
Gustav, Arpad dan Gyorgy bergegas untuk pergi setelah pertemuan dengan Raja Matyas. Gustav yang telah memiliki janji dengan Ellie untuk bertemu di rumah pohon dan bermalam bersama kekasihnya, berpamitan pada Arpad dan Gyorgy. "Aku rasa, Fia dan anak-anaknya lebih baik bermalam di rumahmu saja. Sebab aku ada urusan penting, jadi mungkin aku tidak pulang ke rumah. Di tempatmu, mereka akan lebih aman." Gustav menjabat tangan Gyorgy dengan hangat. Bagaimanapun pembicaraan mereka barusan terkait semakin banyaknya laporan kehilangan gadis-gadis perawan membuat Gustav gelisah. Dia selalu saja teringat Lovisa. Gyorgy tersenyum menyambut uluran tangan Gustav. "Pasti aku akan menjaga mereka, Tuan Gustav. Selain itu, ada Arpad yang juga akan melindungi mereka. Tenanglah. Aku mengerti kamu mengkhawatirkan Lovisa. Aku juga punya anak gadis. Jadi aku paham sekali dengan kekhawatiranmu." Gustav tersenyum dan menepuk punggung tangan Gyorgy lalu menggenggamnya dengan
Read more
98. Gelisah
Gustav memeluk Ellie penuh kasih sayang. Entah mengapa kali ini Ellie tidak seceria biasanya. Ellie lebih banyak diam dan meminta Gustav untuk selalu memeluk erat tubuhnya. Dengan senang hati Gustav melakukan apa yang Ellie minta. Saat Ellie menyelipkan kepalanya di antara dada dan lengan Gustav, dengan lembut Gustav mengelus rambut Ellie. "Ada yang mengganggu pikiranmu, sayang?" Tanya Gustav lembut. Biasanya mereka selalu memiliki hasrat yang bergelora saat bertemu. Namun kali ini sungguh berbeda. Seperti seolah sudah disepakati bersama, keduanya sama sekali tidak berminat untuk saling menggoda dan seolah-olah tidak ingin melakukan aktifitas yang biasanya membuat mereka berdua melambung ke langit. Semalaman mereka lebih banyak saling diam sambil berpelukan dan memandang langit kelam dari jendela rumah pohon. "Gustav..." Ellie memanggil kekasihnya lirih. Namun Gustav mampu mendengarnya dengan jelas. "Ya, sayang. Katakan ada apa? Aku mendengarkan."
Read more
99. Pesan Rahasia
Hari masih gelap, seorang pengawal tampak tergesa-gesa memasuki area perkebunan Arva milik Gyorgy. Dia membisikkan sesuatu kepada pengawal penjaga gerbang, lalu sang pengawal bergegas masuk ke dalam kediaman Gyorgy. Tidak lama kemudian, tampak Gyorgy yang masih setengah mengantuk membangunkan Arpad. Keduanya sama-sama membaca pesan rahasia dari Lorant. Sejenak keduanya tertegun dan saling memandang. Kemudian Gyorgy menoleh pada pengawal pembawa pesan. "Kamu beristirahatlah. Dan tugasmu akan digantikan dengan yang lain, sebab kamu pasti lelah jika harus kembali menemui Laszlo. Katakan pada penggantimu untuk bersiap dalam waktu satu jam, bawa perbekalan cukup dan dua orang pengawal tambahan untuk berjaga-jaga." Pengawal pembawa pesan tersebut mengangguk patuh. "Baik, Tuan Gyorgy. Sesuai perintahmu." Lalu pengawal tersebut langsung pergi melakukan tugas yang diembannya. Gyorgy menarik nafas, sambil mengusap wajahnya yang masih mengantuk. Arpad juga masih
Read more
100. Bukti Baru
Gyorgy dan Arpad memacu kudanya ke arah hutan Cacthice bersama dua orang pengawal dan seorang pengawal pembawa pesan. Keduanya sudah tidak asing lagi dengan area hutan yang memang sering mereka lintasi. Namun tiba-tiba, Arpad melihat ada jejak kaki kuda yang masih baru. "Jejak ini masih basah, pasti mereka baru saja lewat ke arah yang sama dengan tujuan kita, sepertinya ada lebih dari satu jejak kaki kuda. Bagaimana menurutmu, Kak?" Gyorgy dan Arpad berhenti sejenak dan mencoba meneliti jejak tersebut dengan hati-hati. "Arpad, ada tetesan darah." Gyorgy memberi tahu. Dengan jarinya, Arpad mencoba mengambil tetesan darah segar yang sudah menyatu dengan tanah. "Sepertinya masih sangat baru." Jawab Arpad. Tiba-tiba terdengar langkah kaki kuda dari kejauhan. Keduanya saling berpandangn, lalu dengan isyarat mata, mereka menarik tali kekang kuda mereka masing-masing, untuk bersembunyi di balik pepohonan rimbun. Tidak lama kemudian tampak beb
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status