All Chapters of Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed: Chapter 21 - Chapter 30
119 Chapters
21. Double Date, 14 Oktober 1591
Beberapa hari ini semua panik, Lorant pun merasa gelisah. Dia sungguh tidak ingin berpisah dari Benca dan meninggalkan wanita yang sangat dikasihinya dalam situasi seperti ini. Namun dirinya yakin, dia tetap akan pergi meskipun bukan hari ini. Seharian dia sungguh dibuat repot dengan segala hal yang menyedot energinya, hingga membuat dirinya teramat sangat lelah. Saat sore tiba, dia bergegas menemui Benca, kemudian mengajaknya bicara, "Benca, ikutlah denganku." Benca hanya mengangguk, lalu mengikuti Lorant yang membawanya keluar dari Arva dengan berkuda. Dia tidak mau banyak bertanya, karena mengetahui dengan sangat jelas kesibukan serta kegundahan yang mengganggu kekasihnya itu. Sesampainya di tepi hutan, mereka menambatkan kudanya, lalu perlahan sambil berjalan kaki mereka saling bergandengan tangan dalam diam yang cukup panjang. Hingga akhirnya Benca memberanikan diri untuk bertanya. "Apa yang ingin Kamu sampaikan? mengapa Kamu membawaku ke hutan?" Lorant memeluk Benca sambil
Read more
22. Persiapan, 14 Oktober 1591
Klara menatap Ellie dengan heran, "Kamu terlihat sangat bahagia sekali Ellie? Ada apa?" yang ditanya tersenyum, menatap Klara dan Anna yang sedang sibuk menyusun sesuatu. "Dimana Ujvari, Dorka dan Illona?" tanya Ellie dengan santai. Dia mengabaikan pertanyaan Klara, karena tidak mau terjebak dengan situasi yang tidak di inginkan. Intensitas kebahagiaannya mulai diturunkan, mewaspadai kecurigaan yang mungkin akan timbul di benak Klara. "Mereka sedang mempersiapkan acara untuk tengah malam." Klara menjawab sambil lalu. Setiap kali mereka bersiap untuk ritual purnama, Klara selalu merasa waktu berjalan sangat lambat, dan itu membuatnya merasa tidak sabar. Untuk mengalihkan hasratnya, dia sering membereskan banyak hal yang tidak perlu, hanya untuk mengalihkan emosinya sambil menunggu malam. Ditatapnya Ellie yang masih saja tersenyum sumringah. Ada semburat merah jambu di pipinya yang tirus dan berwarna pucat. Entah mengapa, Klara merasa Ellie seperti sedang jatuh cinta. Klara seperti m
Read more
23. Ritual Rahasia di Bulan Purnama, 15 Oktober 1591
Tepat dini hari pukul 00, semua telah hadir di ruangan bawah tanah dengan penerangan terbatas yang sangat temaram. Di sudut ruangan terdapat sebuah bak mandi dengan tiang pancang di ujungnya. Disamping bak mandi, terdapat sebuah meja besar, dimana seorang gadis muda dengan mulut terikat kain serta luka sayat di tangan dan kakinya, tergeletak lemah tak berdaya. Ujvari mulai mengangkat gadis itu, mengikatnya di tiang, di atas bak mandi. Setelahnya Dorka membacakan mantra pada gadis itu. Masing-masing yang hadir mulai melucuti pakaian mereka, dan saling menyentuh satu sama lain, sesaat kemudian suasana semakin memanas. Suasana senyap hanya ditingkahi dengan suara Dorka yang terus saja membaca mantera perlahan, sementara gadis yang tergantung terbelalak ketakutan sambil menahan sakit di tubuhnya yang polos penuh sayatan. Darah terus menetes dari tubuh gadis yang semakin lunglai ke dalam bak mandi, tubuhnya yang memang sudah lemah menjadi semakin lemah seiring darah yang terus mengalir k
Read more
24. Tugas Negara, 25 Oktober 1591
Baru saja Lorant dan Benca merasakan kebahagiaan, seketika dunia mereka serasa jungkir balik 180° karena kondisi yang tidak terduga. Setelah beberapa hari yang lalu Lorant dan Gyorgy beserta ksatria bangsawan lainnya berkumpul, mereka memutuskan untuk turut serta menuju Habsburg. Senjata dan perbekalan yang dikirimkan sebelumnya seharusnya sudah tiba di lokasi masing-masing. Mereka membagi tugas, Lorant mendapatkan posisi mendampingi Gyorgy di Habsburg. Mereka akan berangkat siang ini bersama beberapa pengawal terlatih, disertai perbekalan makanan dan senjata. Dengan berat hati, Benca melepas Lorant. Sementara Erza juga menahan rasa sedih karena harus merelakan Gyorgy tunangannya memenuhi panggilan tugas dari negara. Benca dan Erza saling berpelukan melepas pria terkasih mereka ke medan pertempuran. "Benca, maafkan karena aku belum bisa memenuhi harapan untuk bisa bersama, situasi sedang sangat genting. Maukan kamu menungguku?" Benca menahan air mata yang siap meluncur di pipinya.
Read more
25. Siasat, 27 Oktober 1591
"Nona Benca, nyonya Ester ingin bertemu di kamar beliau." Seorang pelayan menghampiri Erza dan Benca yang sedang berbincang-bincang. Keduanya saling berpandangan. "Baik, Benca akan segera menemui nyonya Ester." Erza mewakili Benca menjawab pelayan tersebut. Setelah pelayan pergi, Erza berbisik, "kira-kira apa yang di inginkan oleh nyonya Ester ya?" Benca mengedikkan bahu, "entahlah" tiba-tiba hatinya menjadi sangat gelisah. "Jika nyonya Ester sedang bersama Ivett, maka berhati-hatilah. Aku akan datang bersamamu, ayo, jangan takut." Benca mengangguk, "baiklah, jika ada Kamu, aku akan merasa lebih tenang." Erza menarik tangan Benca menuju kamar nyonya Ester. Dan benar saja, di sana sudah ada Ivett yang sedang berbicara dengan nyonya Ester. Keduanya tampak sangat akrab. Erza mengetuk pintu pelan, memberi tahu kedua orang tersebut akan kehadiran mereka. "Masuklah sayang, kami sudah menunggu," nyonya Ester mempersilahkan keduanya masuk, "aku sedang ngobrol-ngobrol bersama Ivett tent
Read more
26. Bertemu Ayah, 28 Oktober 1591
Benca melintasi hutan dengan kudanya, pagi ini dia bergegas sebelum matahari keluar dengan harapan bisa tiba di rumahnya sebelum petang. Semalaman dia berusaha sekeras mungkin agar tidak menangis, mengingat apa yang terjadi kemarin. Dia berusaha mengingat baik-baik, apa saja bahan yang dia masukan ke dalam sup ayam gingseng buatannya, sama sekali tidak ada sesuatu yang salah. Semuanya adalah bahan-bahan yang baik, segar dan menyehatkan. Lalu dari mana sebab Ivett bisa pingsan dengan mulut berbusa? Tiba-tiba sebuah tampilan seperti film yang melambat melintas di kepalanya, saat Ivett mengambil sup, ada semacam bubuk yang meluncur ke dalam mangkuk sup yang dipegang oleh Ivett. Semua menjadi jelas sekarang, bahwa memang Ivett telah merencanakan semuanya. Dia telah dijebak oleh Ivett, agar tersingkir dari rumah Lorant. Mendadak hatinya yang sudah tenang kembali sedih. Matanya menjadi kabur, serta kehilangan fokus, sehingga saat kudanya tersangkut akar pohon, dia tidak bisa mengendalikan
Read more
27. Ruang Perawatan di Habsburg, 30 Oktober 1591
Lorant meremas surat yang diterimanaya dari Erza, kemarin dia terjatuh dari kudanya saat bertarung, untung saja Arpad segera membantunya, jika tidak, tentu lehernya sudah ditebas oleh pedang musuh. Saat itu bayangan Benca yang sedih tiba-tiba melintas, membuat Lorant kehilangan fokus. Ternyata saat itu Benca sedang mengalami situasi sulit, dan dirinya dapat merasakan apa yang sedang Benca alami. Hanya saja Lorant baru menyadarinya sekarang. Diantara mereka telah terjadi kontak batin, hanya saja dia belum terlalu dalam memahaminya. Lorant mengalami luka-luka yang harus segera disembuhkan. "Aku harus segera sehat, agar bisa menyusul dan menyelamatkan Benca, besok atau paling telat lusa, aku harus sudah berangkat menuju rumah orang tua Benca." Bayangan tentang gadis terkasihnya, membuat Lorant teringat saat terakhir mereka bersama di dalam hutan. Momen saat menjelang malam, setelah menyaksikan dua insan dimabuk asmara yang sedang bergelut, dan kemudian memicu adrenalin mereka untuk me
Read more
28. Kejutan Yang Mengerikan, 30 Oktober 1591
Gustav membereskan segala yang dibutuhkan, "Kamu sudah siap?" ditatapnya Benca untuk meyakinkan diri. Di punggungnya telah tersusun rapih bekal makanan yang dimasak oleh Benca dalam satu kantong besar untuk bekal makan mereka saat di jalan. Benca mengangguk mantap. "Ayah Gustav, aku sungguh tidak ingin merepotkanmu. Aku sungguh tidak apa-apa pergi sendirian," Benca masih berusaha bernegosiasi untuk yang terakhir kalinya. Kemarin mereka berdebat tentang keinginan Benca untuk segera kembali ke rumah orang tuanya di tepi hutan desa Csetje. Sementara Gustav hanya mengizinkan Benca pergi jika bersama dirinya, karena kondisi tubuh Benca juga sudah membaik. "Oh ya?" Gustav menatap gadis yang sungguh-sungguh sudah dianggap sebagai anaknya sendiri dengan tatapan lembut, "Apakah kamu lupa, bagaimana aku menemukan dirimu tergeletak di tengah hutan?" Benca menunduk, dia menyerah, kemudian berbalik menuju pintu, menuruni rumah pohon. Dia bingung, apa yang harus dikatakan kepada orang tuanya ten
Read more
29. Melepaskan, 31 Oktober 1591
Benca berusaha untuk tabah. Meskipun mayat kedua orang tuanya sudah mulai membusuk, dia tidak merasa jijik sama sekali. Gustav tidak berani menyentuh mayat keduanya tanpa seizin Benca, dia tidak mau membuat Benca merasa lebih sedih. Jadi dia hanya melakukan persiapan lain dengan menggali tanah di halaman belakang untuk menguburkan mayat orang tua Benca. Sementara itu, Benca dengan penuh kasih sayang dan hati-hati membersihkan darah dan luka pada tubuh kedua orang tuanya yang sudah kaku. Benca memberi mereka pakaian yang bersih sebelum dikuburkan. Pada saat itulah, Benca menemukan sebuah liontin dalam genggaman Gerda. Di dalamnya terdapat gambar dirinya saat bayi beserta ukiran bertuliskan de Esced pada sisi bawahnya. Ukiran tersebut mirip dengan koin yang diberikan ibunya sebelum dia berangkat ke Arva bersama Lorant. Benca menyimpan liontin tersebut dibalik pakaiannya. Pagi ini, Benca dan Gustav menguburkan jasad Gergely dan Gerda. Semalam dia pingsan berkali-kali, Gustav mencoba me
Read more
30. Kunci
Setelah selesai memasak dan mempersiapkan bekal, Benca berinisiatif untuk membongkar isi lemari orang tuanya sekali lagi. Selain Benca masih memikirkan liontin yang ditemukan dalam genggaman Gerda, juga misteri tentang keterkaitan mereka dengan keluarga Esced yang membuatnya sangat penasaran, Benca merasa, bahwa dia harus menemukan sesuatu, tetapi dia tidak tahu apa. Tiba-tiba matanya terpaku pada sesuatu di sudut lemari, dibalik tumpukan pakaian yang jarang digunakan. Disana terdapat sebuah kantong beludru. Karena warnanya yang pekat, kantong tersebut nyaris tidak terlihat, itulah sebabnya tadi Benca tidak menemukannya. Di dalam kantong tersebut, Benca menemukan semacam kunci. Namun Benca tidak tahu, kunci tersebut untuk membuka apa? Benca mencoba setiap lemari dan peti yang berada di dalam rumah, namun tidak ada satupun yang cocok. Benca putus asa, lalu memutuskan untuk menyimpan kunci tersebut baik-baik. Dia percaya, bahwa kunci tersebut sangat penting, jika tidak, orang tuanya t
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status