All Chapters of Pena Ajaib: Chapter 1 - Chapter 5
5 Chapters
Samsak Tinju
Bughh!! Bugh!!Pukulan demi pukulan dari kepalan tangan seorang remaja laki-laki yang mengenakan seragam sekolah di gang sempit belakang warung berhasil membuat suasana yang tadinya sunyi kini menjadi sedikit ramai. Dua orang temannya yang berdiri di sampingnya hanya melihatnya sembari tertawa. Sedang si korban yang tengah dipukuli itu merintih kesakitan yang sekarang dia rasakan di sekujur tubuhnya. Diketahui mereka berempat adalah siswa dari salah satu SMA swasta di Jakarta Selatan yang bernama SMA Atsaws."Hey, Ocin! Minta maaflah karena lu sudah salah beli merek rokok yang sudah gue pesankan sebelumnya!" bentak lelaki yang sedari tadi memukuli siswa itu. Dia berhenti sejenak setelah beberapa menit berlalu."Dasar bodoh!! Bintang menyuruh lu buat beli rokok itu, lu malah beli yang lain!" cemooh Toni, salah satu dari teman Bintang.Satu lagi teman Bintang yang berada di situ pun hanya tertawa lantang. Dia lantas menghampiri Ocin yang baru saja bisa menarik napa
Read more
Mencoba Melawan
Ocin dan kakek Darto bukan termasuk orang kaya dan bukan pula orang miskin. Sebuah rumah yang meski ukurannya kecil dan sederhana itu menjadi pertanda kakek dan cucu tersebut hidup dengan layak. Hanya dengan penghasilan yang diperoleh dari jualan sayur dan tabungan Kakek Darto rupanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka berdua.Ocin melangkahkan kaki menuju kamarnya setelah membereskan piring dan segala macamnya. Tak langsung tidur, Ocin memilih belajar beberapa menit. Pasalnya, selain sering dipukuli oleh trio kopet, Ocin juga sering bolos karena diajak tiga orang itu. Mau tak mau Ocin menurut saja demi tidak dipukuli di hari itu. Karena hal itulah Ocin sering ketinggalan pelajaran di kelas.Setelah kiranya cukup dengan angka dan huruf yang ada di depan matanya, kantuk pun mulai bersarang. Ocin menguap dan melemaskan tubuhnya. Ditutuplah buku pelajaran, namun Ocin tak segera merebahkan tubuhnya. Digantinya buku pelajaran itu dengan buku berwarna biru yang be
Read more
Hampir Putus Asa
Bintang melepaskan rangkulannya pada Ocin. Kini dia berdiri di samping Ocin. Jari telunjuknya mengorek telinganya kemudian berkata, "Gue tak salah dengar, nih?! Lu berani membantah perintah gue?!"Detak jantung Ocin semakin cepat. Kedua kakinya juga merasa gemetaran. Sedang si anak yang memakai gelang cokelat tiba-tiba tersenyum mendengar ucapan Ocin. Namun dia tetap lanjut membaca bukunya dan berusaha untuk tidak ikut campur urusan orang."Aku tidak akan..."Bugg!! Belum sempat Ocin menyelesaikan kalimatnya, dia sudah mendapatkan hadiah pukulan dari Bintang di wajahnya. Saking kerasnya pukulan tersebut, berhasil membuat Ocin jatuh ke belakang beserta kursinya. Sontak hal itu menyita perhatian semua siswa yang masih di kelas. Sebagian hanya curi-curi pandang karena penasaran, sebagian lagi tak acuh dan menganggap tidak terjadi apa-apa."Sial! Masih pagi lu sudah buat gue marah saja!" bentak Bintang."Haha berani sekali dia membantah lu, Tang! Apa mungkin ota
Read more
Menjadi Lebih Kuat Lagi
Di sebuah warung yang biasa digunakan untuk membolos oleh trio kopet, Bintang yang masih geram karena ulah Ocin dan Joe sesekali memukul meja dan menggenggam erat gelas miliknya. Toni dan Satrio yang duduk di depannya juga kena semprot kekesalan Bintang. "Kalian berdua juga! Kenapa enggak bantu gue buat cegah si Joe itu biar enggak ikut campur?! Misal memeganginya atau pun memukulnya! Kalian berdua cuma diam saja!" tanya Bintang dengan sorot mata tajam.Toni dan Satrio sedikit merasa takut dengan mode murka Bintang."Ya.. lu pun tahu sendiri dia anak siapa, kan? Mana mungkin kami berdua berani melakukan hal tersebut. Gila si!" jawab Satrio."Betul, Tang. Apa lu serius mau memberinya pelajaran juga? Lu tahu kan risikonya?" tanya Toni yang kemudian menyeruput minumannya."Sial! Kalo saja dia bukan anak pemilik sekolah ini," pikir Bintang.Hanya beberapa siswa saja yang mengetahui bahwa Joe Grambell adalah anak Pak Grambellion Tero, pemilik SMA Atsaw
Read more
Sebuah Keajaiban
"Pena milik siapa ini?" tanya Ocin seraya mengambil pena yang tergeletak di meja belajarnya. Diamatinya baik-baik pena berwarna kuning keemasan dan hitam yang seimbang itu. Bentuk penanya pun agak antik dan berbeda dengan pena jaman sekarang. Yang lebih aneh lagi, Ocin tidak bisa membuka pena tersebut untuk mengetahui isinya masih atau belum.Ocin yang penasaran segera menuju ruang makan untuk menanyakan perihal pena yang ditemukannya pada kakeknya. Namun di ruang makan pun kakek Darto tidak ada."Kek, kakek di mana?! Sudah berangkat jualan sayur, ya?!" teriak Ocin sembari keliling ruangan. "Kakek itu rajin sekali. Se pagi ini sudah jualan sayur. Ah, mungkin saja pena ini pemberian kakek untukku. Lebih baik aku bawa saja ke sekolah untuk cadangan," pikir Ocin.Ocin segera bersiap berangkat sekolah. Dilihatnya jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.52 WIB. Buru-buru dia mengenakan seragam, menyantap sarapan yang ada, memakai sepatu, lantas merangkul tas dan
Read more
DMCA.com Protection Status