All Chapters of Accidentally In Love (INDONESIA): Chapter 31 - Chapter 40
69 Chapters
Kembali Membaik
Wanita itu masih bergeming di hadapan Justin. Sementara Justin sendiri tidak mengerti mengapa wanita ini hanya diam saja. Detik berikutnya Justin kembali bertanya."Ibu mendengar saya?""Iya, kamu pikir saya tuli?" jawabnya ketus, sontak Justin langsung memasang wajah datar."Dari tadi ibu diam saja, ya saya tanya," sahut Justin."Ibu ini udah tua, pikun. Ibu tau siapa yang kamu cari, tapi ibu lupa dia terakhir kali ketemu ibu kapan."Justin menghela nafasnya berat, masih memupuk harapan atas keselamatan Karina."Ohh ibu tadi liat dia di depan apartemen, sama yang punya unit ini," katanya kemudian. Justin yang mendengar itu tentu sangat lega dan matanya berbinar, bibirnya mengukir senyum."Terima kasih, Bu!" Justin berlari menuju lantai bawah dan mencari Karina."Karina, kamu baik-baik aja, kan?" gumamnya berlari di tangga darurat, melewati orang-orang yang sedang kebingungan. Tepat di pintu utama Justin berdiri, kedua netranya menatap dua orang di sebrang jalan, Karina dan Norman.Da
Read more
Tugas Berat
Saat sampai di apartemen, Justin merasa ada yang hilang di apartemennya, Alice."Kalian masuk dulu, aku ada urusan," Justin langsung berlari menuju lift. Karina dan Norman saling lempar pandang.Keduanya masuk, dan Karina langsung ngeloyor ke kamarnya, kamar yang pernah ia tempati. Sementara Norman sedang duduk di sofa."Kak Norman, apa aku harus bener-bener mutusin kontrak itu?" tanya Karina tiba-tiba, Norman menoleh."Sejauh ini, hanya kamu sama Justin yang berhak buat kontrak itu. Kalau kamu mau putusin kontrak itu sepihak, it's okay. Lagian kalau kamu terusin, kamu yang bakal kecewa," balas Norman. Ia tulus mengatakannya pada Karina, lantas Karina hanya membalas dengan sebuah senyuman tanpa berkata apapun."Selamat sore, badai yang menerjang Incheon siang lalu menjadi badai terburuk sepanjang sejarah Korea Selatan. Banyak korban berjatuhan hingga mengakibatkan kerugian yang begitu besar. Harap tetap waspada, kita tidak tahu apakah badai itu akan datang lagi."Televisi Korea saat i
Read more
Pengakuan
"Kak," Karina melepas bibir Justin lebih dahulu."Kalau kamu begini, aku gak ngerti apa yang harus aku rasain tentang kamu," sambungnya."Maaf," kata Justin.Karina sangat kesal dengan pria di hadapannya ini, Karina hanya ingin dengar apa yang Justin rasakan padanya. Bukan bertindak seenaknya tanpa mengatakan apapun, seolah Karina tahu apa yang dia rasakan. Justin terlalu gengsi untuk mengatakan hal kecil yang bisa menjelaskan segalanya.Karina meninggalkan Justin di dapur. Justin sadar apa yang ia lakukan, tapi ia masih tidak mau mengakui kalau ia mulai nyaman berada di dekat Karina. Ia tidak suka Karina bersama Norman, apalagi Norman membawanya pergi. Justin tidak suka saat Karina jauh darinya. Tapi perlu digaris bawahi, bahwa Justin adalah orang yang gengsi. Hanya tiga puluh persen saja kemungkinan ia akan mengatakan pada orang lain tentang apa yang dirasakannya."Kamu masih gak mau ngaku juga?" Alice tiba-tiba datang dan membuyarkan renungan Justin di depan piring-piring kotor."N
Read more
Untuk Karina
"Kalian ngapain?" tanya Norman yang datang tiba-tiba, melihat Justin dan Karina sedang berpelukan. Tentu saja keduanya langsung buru-buru melepas pelukan dramatis itu. Suasana semakin canggung saat Norman mendekat, dan kembali bertanya."Apa yang kalian lakuin di sini malem-malem?" nada bicara Norman agak tinggi dari biasanya, tergolong tinggi dan aneh, antara marah atau sekedar tidak suka atas kedekatan kedua orang di hadapannya.Sesaat kemudian, Karina berdiri."Aku mau ke kamar," katanya. Bukannya menjawab pertanyaan Norman, Karina seperti menghindari pertanyaan itu dengan dalih ia mengantuk, terlihat dari gerak-geriknya yang berpura-pura menguap dan mengucek matanya.Setelah Karina masuk ke kamar, Norman duduk di sebelah Justin."Gue mau tidur," ujar Justin berdiri, tapi tangan Norman menahannya lebih dulu."Elo belum jawab pertanyaan gue," Norman menatap Justin dengan tatapan menginterogasi."Apa? Apa yang elo tanyain ke gue?" Justin seakan dibuat amnesia untuk kejadian beberapa
Read more
Fakta Norman
Pagi ini, stasiun televisi dan radio di seluruh Korea masih membawakan berita mengenai badai di Incheon. Dari layar televisi, terlihat beberapa bangunan yang ambruk karena tersambar petir, untung saja tidak ada korban jiwa dalam badai kemarin. Dan ternyata, perbatasan Seoul dan Incheon juga terkena dampak badai itu meski tidak terlalu parah. Akibatnya, hari ini seluruh perusahaan, sekolah maupun universitas di Incheon berhenti beroperasi.Norman mematikan siaran berita tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia memikirkan perkataan Justin semalam, tentang Karina yang tidak akan membatalkan kontrak. Ia bingung harus sedih atau bahagia. Di sisi lain ia merasa lega, karena tidak harus membayar denda, tapi disisi lain Norman merasa sedih karena Karina harus kembali pada Justin menjadi sepasang suami istri, meski hanya bualan.Norman tahu betul Justin dan Karina tidak benar-benar menikah. Karena itulah, Norman berani mengutarakan perasaannya pada Karina, meski
Read more
Job Baru
Di tengah perbincangan keduanya, pintu tiba-tiba terdobrak masuk oleh seseorang."Justin!" teriaknya sambil berlari masuk. Ternyata hanya Norman yang tergopoh-gopoh dengan sebuah dokumen di amplop cokelat."Justin!" panggilnya lagi untuk membuyarkan tatapan Justin yang heran."Kenapa sih?" Justin mengerutkan dahinya.Norman menarik nafasnya dalam-dalam, lantas menghembuskannya dengan kasar."Elo dapet job!" ujarnya setengah histeris dengan menyodorkan amplop cokelat itu. Justin agak berbinar dibuatnya, lantas meraih amplop itu. Tulisan pertama yang Justin baca adalah nama sebuah agensi, Starland Entertainment. Nama agensi itu cukup asing bagi Justin, tapi dilihat dari namanya, agensi ini cukup bisa diandalkan.Kertas putih itu menawarkan sebuah peran dalam drama Korea yang menunjuk Justin sebagai peran protagonis utama. Bercerita tentang seorang penakluk monster dan iblis yang ditugaskan ke bumi oleh dewa. Justin membatin, cerita drama ini s
Read more
Firasat Justin
Keesokan paginya, Justin terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Lehernya terasa sakit karena bersandar pada kursi besi. Pantatnya juga sekarang terasa seperti berbentuk kotak pipih karena terlalu lama duduk. Saat matanya terbuka, orang pertama yang ia cari adalah Karina. Karena terakhir kali ia melihat Karina saat mereka bertengkar semalam, dan Karina pergi, entah ke mana.Terdengar seperti seseorang yang sedang berbincang dari dalam ruangan tempat Norman dirawat. Justin mengerutkan dahinya sejenak."Apa Norman sudah sadar?" tanyanya, yang entah pada siapa."Mungkin aja Karina juga di dalam sekarang," imbuhnya berlari kecil masuk kedalam ruangan. Dan benar saja, ia melihat Norman sedang terbaring, namun sudah siuman, dengan Karina yang duduk di sebelahnya, menyuapi semangkuk bubur hambar buatan rumah sakit.Karina menoleh, lalu kembali memusatkan pandangan pada Norman."Elo udah sadar?" tanya Justin basa-basi, melangkah mendekat."Iya, cu
Read more
Dokter William
Di jalanan aspal yang begitu sepi, dikelilingi pohon tinggi yang menjulang, dengan lebar jalan yang hanya bisa dibuat berpapasan satu mobil dengan satu mobil lainnya saja, itupun jarak antar kedua mobilnya sangat tipis.Alice melangkah mundur, menarik baju Justin agar Justin juga ikut mundur. Tubuh pria itu perlahan mencoba bangkit dari aspal yang sudah digenangi cairan kental yang merah pekat. Pria itu sudah berdiri dengan sempurna, menatap wajah Justin dan juga Alice yang terkejut.Kondisinya terbilang seperti zombie. Wajahnya setengah hancur karena tergerus aspal. Darah tidak berhenti keluar dari belakang kepalanya. Bagaimana bisa pria itu masih hidup dan berdiri sempurna sementara tubuhnya terlihat seperti mengalami banyak patah tulang."Justin, dia bukan manusia!" teriak Alice histeris. Justin mencoba tidak panik dengan menenangkan Alice."Kita bertemu lagi, Justin," katanya. Justin tidak mengerti apa maksud dari pria itu. Ucapannya menandakan bahwa Justin pernah bertemu dengan o
Read more
Kecurigaan Besar
Incheon sudah mulai sembuh. Senyum di masing-masing orang sudah nampak terukir meski belum sempurna. Gedung-gedung yang semula porak poranda, kini satu persatu, gedung itu kembali utuh, bahkan beberapa di antaranya berubah menjadi lebih bagus. Sekolah, kantor, universitas dan juga mall-mall kembali dibuka setelah mengalami perbaikan total. Badai tempo hari itu mengubah Incheon menjadi jauh lebih indah sekarang, meski sebelumnya sempat menghancurkan, namun melahirkan suasana baru.Bukan hanya Incheon yang membaik, tapi juga Norman. Manager Justin itu sudah pulang dari rumah sakit, karena mendapat izin atas perawatan yang diambil oleh Dokter William. Wajah Norman sangat bahagia ketika dirinya keluar dari rumah sakit dan melihat Incheon dengan suasana yang berbeda, seperti berada di kota lain."Justin, apa elo gak keberatan kalau apartemen elo ditempatin orang banyak kayak gini?" tanya Norman yang duduk di kursi roda, dengan Justin yang mendorongnya."Apa boleh buat, ini juga buat nebus
Read more
Hal yang Disembunyikan
"Aku kenal bagaimana aura Lucivher, tapi yang aku rasakan tadi bukan Lucivher.""Dave, aku hanya merasa kalau di sekitarku saat itu adalah Lucivher, tidak ada iblis lain," Pangeran Biru bersikeras bahwa yang ia rasakan adalah Lucivher, bukan iblis lain. Dave menjadi bergeming, apakah firasatnya tentang hal itu ternyata salah?"Mungkin Lucivher sudah semakin kuat, jadi Dave tidak mengenali auranya," sahut Alice, ia tak ingin membesar-besarkan masalah ini, karena ia sendiri juga tidak tahu kebenarannya."Itu mungkin saja," Dave menghela nafasnya."Jadi, kenapa kamu memanggil kami?" tanya Justin pada Dave."Tentang rubah ekor sembilan. Mungkin ini akan sedikit membantu. Rubah ekor sembilan itu memiliki kelemahan yang mudah dikenali, air," jelas Dave."Air? Apa kekuatanku bisa menjadi kelemahannya?" Alice tidak lupa kalau dirinya memiliki kekuatan air."Benar, kamu bisa menjadi kelemahan terbesar rubah ekor sembilan. Selain itu, dia juga tidak seberapa suka terkena cahaya, saat siang dia
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status