All Chapters of BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN: Chapter 41 - Chapter 50
120 Chapters
Bab 41
Angin malam berembus begitu syahdu ketika aku menyibak tirai dan membuka jendela. Di luar sana terlihat ramai, tetapi hanya bisa dipandang di balik kamar.Kabarnya Tuan Edbert akan pulang larut, jadi aku bisa leluasa melakukan apa saja. Teringat pukulannya tadi membuat hati sedikit menciut. Aku tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi.Mas Zaki saja belum pernah semarah itu padahal kami sudah lama saling mengenal. Tuan Edbert seperti tidak punya hati, dia bertindak sesuai apa yang ada dalam pikirannya.Pintu kamar sedikit terbuka, aku memang sengaja melakukan itu karena Maria dan Louis janji akan menemuiku setelah pekerjaannya selesai. Hanya mereka yang menjadi tempat mencurahkan isi hati.Hidup bagai dipenjara, padahal harta bergelimang. Uang memang bukan sumber kebahagiaan. Jika memang ya, seharusnya aku tidak ingat hal lain lagi karena sibuk memikirkan uang.Uang kalah oleh cinta. Sampai sekarang aku tidak bisa melepas Mas Zaki demi Tuan Edbert sekalipun dia tidak meminta. Setul
Read more
Bab 42
POV AUTHOR👩‍💻Bayu dan Utami yang baru saja selesai diskusi di ruang tamu langsung melangkah cepat menuju kamar Zaki yang masih tertutup rapat padahal jam judah menunjuk angka delapan lewat."Zaki, buka pintunya!" teriak Bayu sambil menggedor tak sabaran.Lia yang sedang bermain boneka terkejut dan langsung menyambar ke dalam pelukan Zaki yang baru selesai berganti pakaian. "Om Bayu, Pa," lirihnya."Lia main lagi, papa mau buka pintu dulu. Oke?"Gadis kecil itu mengangguk, kemudian kembali duduk di lantai dan memainkan boneka barbie-nya. Dengan sekuat tenaga Zaki mendorong kursi itu hingga pintu kamar terbuka lebar.Utami menerobos masuk membawa Lia keluar kamar agar tidak mendengar obrolan orang dewasa. Ibu mertua yang juga baru keluar kamar menghampiri Utami."Bu, bawa Lia keluar sebentar. Dia mau jajan, aku ada urusan!" pinta Utami sambil menyerahkan selembar uang dua puluh ribu.Sementara di depan kamar, Bayu tersenyum miring. Kursi roda yang diduduki Zaki dia dorong ke gudang.
Read more
Bab 43
Dua orang dewasa yang sibuk memandang ke luar jendela itu tidak sadar bahwa ada anak kecil yang sedang mencoba menyampaikan perasaanya. Dia masih polos, tetapi cinta memberinya pengertian."Mama pergi sebentar, tidak lama," kata Lia sambil menggoyangkan boneka barbie di tangan kirinya."Mama, aku selalu rindu," kata gadis kecil itu lagi sambil menggerakkan boneka di tangan kanannya.Usia memang masih sekecil itu—hampir tiga tahun—tetapi Allah menganugerahinya otak yang tangkas. Tiba-tiba dia berdiri menghampiri papanya yang masih setia menatap kosong ke depan."Ini papa, Ma. Papa selalu menangis malam-malam."Mendengar penuturan sang anak membuat Zaki menoleh tidak percaya. Dia tidak menyangka pernah ketahuan Lia sedang menangis."Lia pernah lihat papa nangis, Nak?""Pernah. Lia bangun dan lihat Papa nangis panggil-panggil mama, padahal mama tidak ada.""Allah," gumam Zaki seraya menutup mata. Bulir bening jatuh membasahi pipinya.Lelaki yang sedang duduk di kursi roda itu kembali teri
Read more
Bab 44
Hari sudah beranjak siang, Zaki merasa bosan berada dalam rumah. Cuaca mendung begitu cocok untuk memikirkan banyak hal, begitu pikirnya. Sementara Lia tidur lelap di depan televisi, dia merasa memang harus memanfaatkan situasi ini.Kursi roda itu melaju pelan berkat usaha Zaki sendiri. Sesampainya di depan rumah, pandangan matanya berubah sendu. Di sana, pada bola mata itu tersimpan luka yang enggan disampaikan.Bayangan masa lalu mengusik pikiran, tepat ketika dia pulang kerja langsung disambut hangat oleh Tyas. Mereka saling melempar senyum karena rindu seharian tidak bertemu.Tangan kekar itu terulur berharap seseorang yang sedang merajai pikiran menyambut dan mencium punggungnya. Sayang sekali, hanya embusan angin yang menggelitik di sela jemarinya.Hatinya berteriak menanyakan pada langit, 'Kapan aku bisa berjalan lagi?' Akan tetapi, sayang seribu sayang langit hanya bisa diam membisu dengan awannya yang berkabut tebal.Seperti menyimpan rindu. Seperti menyimpan luka."Ngapain?
Read more
Bab 45
"Zaki, kamu ngapain di sini? Tadi ibu bawa Lia ke kamarmu."Lelaki malang itu tidak menyahut, pikirannya terlalu sibuk untuk menjawab sendiri pertanyaan yang sudah lama dipendam. Bu Septi telah berhasil membawa pengaruh buruk.Zaki mengusap wajah gusar karena kesal. Dia ingin marah, memberontak atau membunuh siapa pun yang menjauhkannya dari Tyas. Akan tetapi, itu sekadar angan karena berdiri pun dia tidak sanggup.Sang ibu menjatuhkan bokong di kursi. Dia merasa anaknya menyimpan perih. Ada rasa bersalah untuk beberapa saat, tetapi mimpi untuk menjadi orang kaya selalu merusak segalanya."Tyas bekerja keras untuk menghidupi kita. Dia menantu yang baik.""Benarkah, Bu?" Zaki bertanya, tetapi bukan karena bangga istrinya disebut menantu baik."Hari itu dia menangis bahkan meneriaki ibu karena menolak pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di tempat Tuan Edbert, bahkan tidak segan Tyas mendorong ibu. Sekarang, lihat bagaimana keadaannya. Tyas bahkan jauh lebih cantik dari Utami.""Seora
Read more
Bab 46
POV TYAS ARYANI🤍"Maria, tolong kamu panggil Louis ke sini sekarang!" perintahku ketika melihat Maria lewat."Tapi, kenapa, Nona?""Panggil saja. Sekarang!"Perempuan cantik itu bergegas ketika melihat wajahku yang memasang wajah masam. Siapa yang tidak khawatir mendengar kabar dari Mas Bayu kalau di rumah sedang ribut.Aku kenal betul siapa Bu Septi. Gara-gara lisannya, sudah dua suami istri yang bercerai pun tiga orang anak yang menelantarkan orangtuanya. Miris sekali. Itu terjadi karena rasa iri dalam hatinya.Napas kian memburu, aku benar-benar bingung sekarang bagaimana meyakinkan Mas Zaki kalau aku sungguh bekerja di sini sebagai pelayan bukan di klub malam. Hati berharap penuh Tuan Edbert tidak lekas kembali."Nona, Anda mencari aku?""Ya, Louis. Aku butuh bantuan kamu.""Tapi, bantuan apa?""Tolong pinjamkan baju pelayan yang kamu punya. Aku terdesak sesuatu."Louis tidak bertanya, dia langsung ke luar kamar untuk mengambil pakaian pelayan miliknya. Aku berusaha bersikap ten
Read more
Bab 47
"Tyas!"Aku yang hendak turun makan terkejut ketika Tuan Edbert tiba-tiba berdiri di pintu. Kedua tangannya terkepal kuat, ada rasa gamang yang tiba-tiba hadir.Langkahnya mendekat mengikis jarak, sementara aku mundur hingga belakang menyentuh tembok kamar. Lelaki itu semakin dekat, tanpa senyum di wajah tampannya."Apa yang kamu lakukan?""Melakukan apa, Ed?" Suaraku terdengar gugup.Tuan Edbert menyeringai tajam sambil membuang pandangan sekilas. Dirogohnya kantong celana bahan itu dan mengeluarkan ponsel berlogo apel.Dengan lincah dia mengotak-atik, dalam hitungan detik sebuah foto kini terpampang jelas di layar ponsel yang diarahkan tepat di depan wajahku.Tepatnya foto saat memakai pakaian pelayan tadi serta menyapu bagian dapur. Bukan hanya itu, sebuah rekaman video pun ditunjukkan."Itu ...." Aku tidak habis pikir akan tertangkap basah. Berarti benar bahwa di rumah ini ada beberapa pasang mata yang ditugaskan untuk mengintai."Kamu, Louis dan Maria. Ada apa ini?!" Tuan Edbert
Read more
Bab 48
Aku tidak menyangka dia akan secepat itu keluar dari kamar mandi. Jika pun dilihat rambutnya belum basah, mungkin hanya merenung di dalam ruangan yang terbilang mewah itu."Di kamar mandi aku menyesali kesalahan tadi malam karena sudah menampar dengan kasar. Hari ini aku berencana mengajakmu belanja di mall sepuas hati, tetapi apa yang aku dengar? Kamu menelepon seorang lelaki. Siapa dia?""E-ed?" Aku melangkah mundur ketakutan."Siapa dia?!" Teriakannya kini memekakkan telinga. "Apa dia pacarmu?!""Teman, hanya seorang teman."Rahang Tuan Edbert mengeras, tangan kiri itu dengan cepat meraih vas bunga putih bening dan melemparnya asal ke lantai. Aku terkejut bukan main.Selain menelan saliva, aku tidak tahu harus berbuat apa. Hidupku kini bagai dalam neraka yang penuh dengan siksaan. Akan tetapi, sangat tidak pantas apabila menyalahkan Tuhan atas kebodohan yang aku lakukan.Lelaki kejam itu melangkah ke pintu dengan kimono panjang yang membalut tubuhnya. Begitu daun pintu terbuka leba
Read more
Bab 49
Lelaki itu terpaku di tempat, di matanya terpancar kedamaian. Andai saja aku tidak punya suami sah, tentu akan merasa cemburu melihat pemandangan itu.Seorang suami yang amarahnya reda di pelukan perempuan lain. Tentu, jika aku adalah Nyonya Aluma, mungkin akan mengamuk tanpa mengenal waktu."Lihat, Ed. Kamu begitu damai berada di pelukan Maria."Tuan Edbert menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia tidak bergerak sama sekali atau berusaha memberi penjelasan. Aku memang tidak cemburu, tetapi kesal karena dituduh murahan.Pelukan Maria semakin melingkar erat. Aku iri pada perempuan itu yang dengan mudahnya membungkam Tuan Edbert. Bukan hanya iri, tetapi juga berterimakasih karena telah menyelamatkan nyawaku."M-maria, lepaskan aku!" perintahnya tegas, tetapi seperti menyimpan luka."Dia yang ditakdirkan bersama tidak akan mati sebelum bersatu. Sekalipun kelak jarak membentang memisahkan sepasang kekasih itu, hati tidak akan pernah berubah. Dalam keadaan sadar atau tidak, dia s
Read more
Bab 50
Dalam kamar yang sempit ini aku hanya bisa duduk merenung. Beruntung Louis membawakan dress-nya agar aku bisa berganti pakaian. Sebenarnya dia merasa tidak enak membawakan itu, tetapi kamar utama ditutup oleh Tuan Edbert.Dress ini terlihat indah dan mungkin harganya lumayan karena aku tahu Louis di sini tidak benar-benar ada untuk bekerja. Dia pasti keturunan orang berada, terlihat dari penampilan dan parasnya yang ayu.Jam sudah menunjuk pukul dua siang, entah bagaimana situasi di luar sana. Hingga kini pun Maria belum pernah menemuiku. Kabarnya perempuan itu ingin rehat sepanjang hari.Tuan Edbert sepertinya tidak ada di rumah. Lagipula siapa yang peduli dia ada atau tidak. Lelaki itu dingin sekali, aku sampai kesulitan menghadapinya."Nona, Tuan Edbert memanggil Anda." Salah seorang pelayan tiba-tiba membuka pintu, aku terkejut bukan main.Baru saja membicarakan Tuan Edbert, dia sudah mencariku. Apakah ada kesalahan lain atau sudah memberi maaf? Semoga saja ponsel tadi mati total
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status