Share

Bab 44

Hari sudah beranjak siang, Zaki merasa bosan berada dalam rumah. Cuaca mendung begitu cocok untuk memikirkan banyak hal, begitu pikirnya.

Sementara Lia tidur lelap di depan televisi, dia merasa memang harus memanfaatkan situasi ini.

Kursi roda itu melaju pelan berkat usaha Zaki sendiri. Sesampainya di depan rumah, pandangan matanya berubah sendu. Di sana, pada bola mata itu tersimpan luka yang enggan disampaikan.

Bayangan masa lalu mengusik pikiran, tepat ketika dia pulang kerja langsung disambut hangat oleh Tyas. Mereka saling melempar senyum karena rindu seharian tidak bertemu.

Tangan kekar itu terulur berharap seseorang yang sedang merajai pikiran menyambut dan mencium punggungnya. Sayang sekali, hanya embusan angin yang menggelitik di sela jemarinya.

Hatinya berteriak menanyakan pada langit, 'Kapan aku bisa berjalan lagi?' Akan tetapi, sayang seribu sayang langit hanya bisa diam membisu dengan awannya yang berkabut tebal.

Seperti menyimpan rindu. Seperti menyimpan luka.

"Ngapain?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status