Semua Bab Handa: Bab 21 - Bab 30
75 Bab
21. Nyonya Argawinata
Handa dan Satria duduk di sofa, di depan mereka tampak cincin pernikahan yang rencananya akan digunakan untuk pernikahan Hanin dan Satria. Handa dan Satria duduk berdampingan dan menatap nanar cincin berlian tersebut."Terasa aneh saat mengetahui Mas Satria masih berharap Mbak Hanin datang ke pernikahan, tetapi selama ini Mas Satria tidak pernah berjuang untuk menemukan Mbak Hanin.""Aku mohon tunda kepulanganmu ke Semarang, tolong lakukan untuk mama." "Maaf Mas." Handa menggelengkan kepala. "Meski kita tidak saling mencintai, sebagai perempuan ... jujur ... hati saya sakit dengan apa yang Mas Satria lakukan." Handa dan Satria saling berpandangan sementara waktu, dan tak lama kemudian mereka kembali menatap cincin yang berada di depan mereka. "Saya tahu saya tidak diinginkan." Handa menjeda kalimatnya. "Ada atau tidak ada kesepakatan, memang sebaiknya saya segera kembali ke Semarang, saya mengejar masa depan saya, dan Mas Satria kembali mengejar Mbak Hanin.""Han..." Satria meraih ta
Baca selengkapnya
22. Berat Berpisah
Selama berjalan di koridor hotel, Satria merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. Bagaimana tidak, ia dengan mudah menyetujui permintaan Hanin untuk membuktikan cintanya dengan menghancurkan hidup Handa, tanpa mengetahui sosok Handa terlebih dahulu. Dan yang terjadi sampai saat ini Handa justru terlihat tetap tegar menghadapi pernikahan ini, hanya sentuhannya yang membuat Handa bergetar ketakutan dan tampak menderita. Tetapi sialnya justru Satria yang lebih tersiksa dengan gairah yang mulai menjalari tubuhnya saat berdekatan dengan Handa. Apalagi saat ini mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri, egonya mengatakan bahwa dirinya berhak melakukan apapun pada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya. Satria menyugar rambut hitamnya, ia tampak frustrasi bahkan penampilanya kini sedikit berantakan. Seperti kata Handa, seharusnya malam ini ia menikmati malam panas penuh gairah bersama istrinya, wanita yang dinikahinya. Tetapi untuk menikmatinya bersama Handa, sepertinya tidak mun
Baca selengkapnya
23. Mempelai yang Mengenaskan
Setelah perpisahan yang penuh drama dengan Gunadi, Handa dan Gunawan kini telah berada di dalam kereta api Argo Anggrek yang akan menuju ke Semarang. Lelaki yang dipanggil papa oleh Handa itu, seolah tak ingin melepas kepergian Setelah menata barang bawaannya, Handa dan Gunawan segera duduk di kursi yang tertera di tiket. Pandangan Handa menerawang keluar seakan menunggu kedatang seseorang."Dia tidak akan datang." Gunawan menatap Handa dengan lembut, lalu ia usap pucuk kepala keponakannya tersebut. Gunawan berusaha memberi ketenangan kepada Handa. Gunawan tahu siapa yang sedang ditunggu Handa, Satria, lelaki yang sudah menikahinya.Handa dan Satria memang sudah menikah, tetapi ketakutan terbesar justru jika Handa jatuh cinta pada Satria. Karena sampai saat ini yang mereka tahu Satria sangat mencintai Hanin. Gunawan tak ingin melihat Handa kembali disakiti oleh keluarganya terutama oleh Hanin, Hanin sudah membuat Handa tersingkirkan oleh keluarganya, ia tak ingin Handa disingkirkan ol
Baca selengkapnya
24. Tiga Hati Merindu
Acara pernikahan yang berlangsung mewah hampir sehari semalam, ditambah perjalanan dari Jakarta menuju Semarang, membuat Handa merasakan lelah di sekujur tubuhnya. Handa bergegas menuju kamarnya yang berada di lantai atas, setelah membersihkan diri dengan ala kadarnya, Handa langsung merebahkan tubuh di kasur busa yang berada di kamarnya.Begitu juga dengan Gunawan, usia yang sudah tidak muda lagi membuat pria paruh baya itu akhirnya tumbang setelah tiba di Semarang. Lasmi segera menyiapkan balsam dan uang koin saat suaminya itu meminta kerokan. Sebuah tekhnik pengobatan yang murah meriah bagi rakyat jelata dengan kemampuan finansial yang pas-pasan.Sudah hampir tiga jam Handa menghabiskan waktu untuk tidur. Rasa kantuk dan lelah yang mendera membuat Handa mengabaikan dering ponsel yang sudah meraung-raung begitu lama. Nada panggil yang dibuat berbeda dengan yang lainnya, membuat Handa tahu siapa yang sedang menghubunginya. Bukan karena takut atau tak enak hati pada yang telah menghub
Baca selengkapnya
25. Di Kala Jauh
Kembali ke Semarang, berarti Handa telah kembali ke kehidupannya yang dulu. Kini dia sudah menjalani rutinitas paginya, mencuci mangkok-mangkok kotor yang sudah menumpuk di warung Gunawan. Tak akan ada yang menyangka jika gadis yang sedang sibuk mencuci mangkok tersebut adalah istri seorang pengusaha kaya, bahkan mungkin tak ada yang percaya jika jemari yang kini sedang sibuk membilas mangkok tersebut telah melingkar sebuah cincin berlian seharga ratusan juta.Matahari mulai meninggi warung Gunawan sudah tak seramai seperti saat masih pagi. Setelah selesai membersihkan meja dari mangkok, gelas, dan juga sisa makanan, Handa membuka laptopnya untuk melanjutkan mengerjakan skripsinya. Handa mengerjakan skripsi disaat-saat senggang kala membantu Gunawan, lagi pula dia bisa mendapat wifi gratis dari sebuah kantor pemasaran yang letaknya bersebarangan dengan warung milik pakdhenya itu.Bisa segera lulus dan diwisuda tentulah impian semua mahasiswa, begitu juga dengan Handa. Tetapi rencana k
Baca selengkapnya
26. Masalah yang Lain
Keringat yang membasahi wajah dan tubuh Satria menetes, seolah ingin menghabiskan tenaganya sampai tak tersisa, suami Handa ini terus melalukan push up. Hingga setumpuk foto yang jatuh berceceran tepat di depan matanya. Ya, semua adalah foto-foto Handa, istrinya yang kini berada jauh dari sisinya. Satria segera menghentikan aktifitas olah raga yang sedang dia lakukan, tangannya segera memunguti foto-foto tersebut satu per satu.Harris melempar handuk tepat di muka putra semata wayangnya tersebut, Satria berhasil menangkap sebelum handuk itu terjatuh ke lantai. Sambil mengelap keringat yang membasahi wajah dan tubuhnya, Satria mengikuti langkah Harris menuju ke tempat duduk yang ada di ruang gym itu. Ayah dan anak itu kini duduk saling berhadapan, Harris duduk bersandar di sofa sambil melipat tangan di dadanya, sedangkan Satria masih serius mengamati foto-foto Handa yang kini berada di Semarang."Papa memata-matai Handa?" Sebuah kalimat retorika yang tidak membutuhkan jawaban. Satria s
Baca selengkapnya
27. Kecewa
Dengan langkah tegap penuh wibawa, Satria berjalan menuju ruang kerjanya. Kehadirannya di kantor setelah pesta penikahannya di gelar menimbulkan banyak pertanyaan bagi para karyawan, dia yang tidak mengambil cuti atau berbulan madu membuat banyak orang berspekulasi tentang pernikahannya, ditambah lagi kabar tentang mempelai wanita langsung menghilang begitu saja, dan tak pernah terlihat mendampingi sang suami, membuat rasa penasaran banyak pihak semakin mencuat."Siapkan semua file proyek-proyek kita yang di Semarang dan sekitarnya, secepatnya! Saya tunggu di ruang kerja saya," perintah Satria dengan tegas kepada asisten pribadi dan juga sekretarisnya.Dari suara dengan nada tegas dan eksperesi wajah yang serius, dua orang kepercayaan Satria itu bergegas mencari apa yang diminta oleh calon pewaris tunggal Arga Group. Tentu saja mereka berdua tak ingin membuat kecewa atasannya, karena sebagai atasan Satria terkenal tidak pelit, dia tidak akan sungkan untuk memberikan bonus pada karyawa
Baca selengkapnya
28. Terbuang
Hanin menumpahkan air matanya melepas kepergian Satria, dia sungguh tidak menduga cinta yang dulu begitu menggebu bisa sirna begitu saja. Bahkan kebersamaan yang pernah mereka lalui seakan tidak memiliki arti bagi Satria. Dalam hati Hanin terus bertanya, apa yang telah Handa berikan hingga dengan mudah dia bisa menggapai hati Satria dan membuat Satria berpaling darinya?"Maafkan aku yang tak bisa setia, karena hati berpaling pada cinta yang lain, bersamanya kuraih bahagia, dalam ikatan suci pernikahan," ucap Satria dengan begitu dingin layaknya orang yang berbicara tanpa hati.Sungguh tak terperi sakit di hati Hanin saat mengingat setiap kata yang keluar dari mulut Satria sebelum meninggalkannya, kata-kata maaf yang Hanin dengar, layaknya senandung lagu sang durjana. Sungguh tanpa perasaan Satria mencampakkan Hanin begitu saja, setelah Satria puas menikmati tubuh Hanin selama mereka menjalin hubungan asmara."Tapi kau tidak bisa menyalahkan aku begitu saja, kerena kau yang telah mengh
Baca selengkapnya
29. Bertemu Kembali
Di Stasiun Gambir, Handa turun dari kereta api Argo Anggrek yang membawanya dari Kota Semarang. Wajahnya terlihat sangat lelah, beberapa kali dia mengucek matanya yang masih mengantuk. Handa menutup wajah bangun tidurnya dengan jemari yang merenggang, tersungging senyum malu dan sangat dipaksakan saat dia melihat Satria sudah berdiri di depannya.Satria tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkah lucu Handa, Pewaris tunggal Arga Group itu bergegas menghampiri wanita yang telah dia sebut namanya dalam akad, diangsurkan tangan pada sang istri, hingga saat kedua tangan mulai bertautan, Satria merasakan hasratnya yang semakin membara."Kita pulang dulu," ajak Satria pada Handa, berharap bisa menikmati malam pertama yang telah tertunda. Digenggamnya erat tangan sang istri, lalu Handa dan Satria melangkah meninggalkan Statiun Gambir. Dengan langkah lebar dan cepat seperti orang yang sedang buru-buru, Satria membuat Handa harus sedikit berlari untuk bisa mengimbanginya."Papa?" Me
Baca selengkapnya
30. Bersama
Handa dan Satria duduk berdampingan di dalam mobil. Satria segera mengenakan sabuk pengamannya, setelah selesai dia mengalihkan perhatiannya pada Handa yang sepertinya sedang kesulitan mengenakan sabuk pengaman."Aku bantu," tawar Satria sambil mendekatkan tubuhnya pada Handa."Sudah," jawab singkat Handa, tersenyum sambil menunjukkan dirinya yang sudah bisa memasang sabuk pengaman dengan benar. Bukan hal yang istimewa, tetapi dia harus menunjukkan pada Satria hal tersebut layaknya sebuah prestasi. Hal itu Handa lakukan karena dia tahu, lelaki yang bergelar suami yang kini berada di sampingnya sedang melancarkan berbagai modus untuk bisa menyentuhnya.Merasa sudah ketahuan niatnya, Satria bergegas menyalakan mesin dan mobil pun mulai melaju meninggalkan area parkir rumah sakit. Pasangan suami istri itu menghabiskan waktu selama perjalanan hanya dengan saling diam, mereka disibukkan oleh pikiran mereka masing-masing. Satria yang tidak sabar untuk menghabiskan waktu dengan istrinya, sed
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status