All Chapters of Handa: Chapter 61 - Chapter 70
75 Chapters
61. Pernikahan Hanin
Handa tak bisa menahan lagi air matanya kala kata “sah” menggetarkan gendang telinganya. Tidak bisa dijabarkan lagi rasa hatinya saat ini, sedih, haru, tapi rasa bahagia pun tetap ada. Di sebuah ruang VIP sebuah rumah sakit telah dilaksanakan sebuah pernikahan, untuk kedua kalinya Dharma mengucap akad nikah dengan menyebut nama Hanindya Maheswari Gunadi binti Gunadi. Yang pertama adalah saat Hanin masih dalam keadaan mengandung, Dharma menikahi Hanin secara hukum negara, agar anak Hanin bisa memiliki akta dengan nama orang tua yang lengkap. Hari ini Dharma harus mengucapkan akad kembali untuk mengesahkan pernikahannya secara agama, setelah Hanin melahirkan putranya. Semua ini terjadi merupakan keinginan dari Damayanti, yang mengetahui jika Hanin adalah cinta pertama suaminya. Setelah sah menjadi suami istri secara hukum negara dan juga agama, Dharma dan Hanin mendekat ke brankar di mana Damayanti terbaring tak berdaya. Sebuah senyum coba Damayanti berikan kepada suami dan madunya.
Read more
62. Rasa Benci dan Iri
“Harus bulan madu?” tanya Handa sambil merapikan dasi Satria. “Kalau hanya mau gituan di rumah juga bisa, di apartemen juga bisa ….”“Gituan apa?” tanya Satria dengan nada menggoda.Direngkuhnya tubuh sang istri hingga membuat pasangan suami istri hanya terpisahkan oleh pakaian yang mereka kenakan. Seolah sedang mencari energy tambahan di pagi hari, Satria langsung menyatukan bibirnya dengan Handa. Sesaat, Handa dan Satria terlena dalam keintiman yang mereka ciptakan.“Kamu pernah ke luar negeri sebelumnya?” tanya Satria sambil mengatur napasnya, sesaat setelah melepas bibirnya.“Belum,” jawab singkat Handa, jujur apa adanya.Bagaimana mungkin ke luar negeri, kalau jalan-jalan ke mall saja Handa harus berpikir berulang kali. Tetapi bukan berarti Handa tidak pernah ke mall, karena Dharma memiliki counter di sebuah mall, membuat Handa sering berkunjung ke mall saat harus membantu sepupunya itu saat counternya ramai, biasanya pada saat akhir pekan. Dan sudah tentu rasanya jalan-jalan di
Read more
63. Lepas Landas
“Jangan menangis, Pa! Handa jadi sedih kalau melihat Papa menangis,” ucap Handa sambil menyeka air mata sang ayah yang kini harus berada di atas kursi roda.“Papa lelaki yang berlumur dosa ….” Ada kata yang tertahan dan seakan sulit untuk diucapkan karena di dahului oleh suara tangis penuh penyesalan.Handa pun berjongkok di hadapan Gunadi lalu meraih tangannya. Diciumnya tangan sang papa, berusaha untuk memberikan kekuatan. Tetapi tampaknya untuk saat ini Gunadi benar-benar sedang rapuh dan terpuruk.“Sebagai seorang laki-laki, papa telah menghancurkan masa depan ibumu. Dia adalah wanita yang baik yang tidak seharusnya papa perlakukan dengan buruk.”“Pa ….” Untuk pertama kalinya Handa mendengar Gunadi membicarakan ibu kandungnya. Sesuatu yang secara tiba-tiba mendorong Handa untuk lebih mengenal wanita yang telah melahirkannya. Dan tentunya, dia ingin bertemu dengan sang ibu yang sampai saat ini tidak dia kenal.Rasa ingin tahu
Read more
64. Di Negeri Orang
Satria menatap wajah lelah Handa. Perjalanan jauh dari ini membuat Handa seolah sudah tidak memiliki energy lagi. Sesampainya di apartemen milik keluarga Argawinata, Handa langsung merebahkan tubuhnya di kamar yang akan menjadi kamar utama untuk mereka.Untuk mengisi waktu sambil menunggu Handa bangun, Satria menyibukkan diri dengan memasak. Pewaris tunggal Arga Group itu sama sekali tidak terlihat kaku saat memasak. Sejak masih kuliah, Satria memang sudah terbiasa hidup mandiri, begitu juga urusan makanan. Tidak jarang dia memasak sendiri, meskipun hanya masakan sederhana dan praktis.Setelah semua masakan telah matang, Satria segera membangunkan Handa. Dia tidak ingin sang istri dalam keadaan perut kosong yang dapat menurunkan kesehatan, yang tentunya bisa mengganggu acara mereka untuk liburan dan bulan madu.“Han! Bangun! Makan dulu, yuk!” ajak Satria dengan suara lembut kala membangunkan Handa.Dengan mata yang masih terpejam, Handa melenguh sambil menggeliat untuk meregangkan oto
Read more
65. Dua Bersaudara
Handa sangat terharu melihat kedekatan dua pria bersaudara di depannya. Betapa rukunnya hubungan antara Satria dan Asta. Kini Handa baru menyadari, jika bulan madu yang direncanakan oleh Satria adalah salah cara agar dia bisa bertemu kembali dengan saudaranya itu.Melihat kebahagiaan Satria dan Asta membuat Handa teringat dengan Hanin yang saat ini sudah menikah dengan Dharma, sepupu mereka. Pernikahan yang sebenarnya tidak mendapat restu dari Gunawan itu, tetap dilaksanakan untuk mewujudkan permintaan terakhir dari Damayanti istri pertama Dharma yang meninggal karena menderita kanker paru-paru.Beberapa kali Asta segera mengalihkan pandangannya saat tatapan matanya bertemu langsung dengan Handa. Ada rasa bersalah yang sampai saat ini masih terasa menggunung karena tipu muslihat yang dia lakukan mengakibatkan Handa harus mengalami keguguran.“Putramu sudah lahir, kau ingin melihatnya?” tanya Satria sambil menyodorkan ponselnya yang sedang menunjukkan video bayi mungil yang didandani s
Read more
66. Adopsi
Satu garis lagi, itu yang didapat Handa saat melakukan test urine secara mandiri di pagi hari. Dia hanya bisa mendengus kasar menahan rasa kecewa yang berkecamuk di dada. Sudah lebih dari satu tahun setelah mereka kembali dari perjalanan bulan madu di Amerika, tetapi kabar bahagia itu belum juga menghampiri dirinya dan juga keluarga Argawinata.Setelah mencuci tangannya Handa bergegas kembali ke kamar, tanpa mempedulikan testpack itu masih berada di dekat wastafel. Handa merebahkan tubuhnya, lalu tidur meringkuk di kasur empuk yang berukuran king size yang selama ini menjadi saksi bisu kerja kerasnya bersama Satria untuk bisa memiliki momongan. Suasana hati yang sedang tidak baik membuat Handa tidak menyadari jika Satria yang baru selesai berolah raga memasuki kamar.“Kau sakit?” tanya Satria sambil menyentuhkan punggung tangannya ke kening Handa.Ada rasa lega saat mengetahui jika istrinya tidak sedang demam, tetapi tentu saja Satria tidak bisa mengabaikan begitu saja keadaan istriny
Read more
67. Bocah Tampan Bermata Bening
“Tidak!” jawab Satria dengan tegas. “Aku yakin kau akan memberi keturunan kepada keluarga Argawinata, jangan kau bunuh keyakinanku itu!” sambung Satria di akhiri dengan kecupan lembut di kening Handa.Satria memiliki alasan lain tidak ingin mengadopsi Arjuna Palguna Gunawan. Meskipun sudah tidak memiliki rasa cinta kepada Hanindya, tetapi tidak mudah bagi Satria untuk melupakan begitu saja kebersamaan mereka yang pernah terjalin dahulu.Mengingat masa-masa kebersamaannya dengan Hanin membuat Satria merasa bersalah kepada Handa. Hubungannya dengan Hanin yang sudah melampaui batas kadang membuatnya merasa menjadi lelaki yang tidak layak untuk Handa, apalagi saat dia teringat dengan rencananya bersama Hanin untuk menghancurkan hidup Handa kala itu, benar-benar membuat Satria merasa menjadi lelaki yang jahat karena memiliki niat untuk menghancurkan hidup istrinya.“Ayo bangun! Mama dan papa pasti sudah menunggu kita untuk sarapan bersama mereka!” ajak Satria kepada istrinya. “Apa mau dige
Read more
68. Doa Wanita Teraniaya
“Mbak Dia!” panggil Handa kepada wanita yang sudah hampir memasuki mobilnya. “Maafkan, Mas Satria! Dia tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya,” sambung Handa berusaha untuk menenangkan hati salah satu tamunya.Wanita yang bernama Nadia itu hanya menganggukkan kepala sambil memeluk erat Rio, seolah takut kehilangan putranya. Bukan untuk pertama kalinya dia mendengar jika Satria ingin mengadopsi Rio. Apalagi setelah Nadia hamil anak ke tiga, Satria semakin dekat Rio.“Tidak apa-apa.” Nadia terlihat berat untuk berbicara di depan Handa. “Semoga kalian segera diberi momongan,” sambung Nadia dengan wajah yang sendu.“Amin, terima kasih atas doanya.” Handa hanya bisa mengaminkan doa baik yang terucap dari mulut Nadia, meskipun terdengar tidak tulus.Handa merasa, Nadia mengucapkannya sebagai bentuk rasa tidak sukanya dengan Satria yang terlalu dekat dengan putra sulungnya. Dan juga sikap Satria yang secara terang-terangan ingin mengadopsi Rio.“Kami pamit dulu, terima kasih atas undangannya
Read more
69. Bertemu dengan Hanin
“Saat ini kami sedang butuh modal, jadi saya akan menjual rumah itu,” ucap Hanin di hadapan kedua orang tuanya.Setelah menikah dengan Dharma Hanin menetap di Semarang, dan hanya sesekali mendatangi kedua orang tuanya di Jakarta. Bahkan jika Marini merasakan rindu yang sangat pada cucunya, dia dan Gunadi yang berkunjung ke Semarang.“Kenapa tidak pinjam bank saja, kan bisa dicicil?” tanya Marini yang merasa sayang untuk menjual rumah milik Hanindya.Sedangkan Gunadi baru mengetahui jika selama ini putrinya memiliki rumah di pinggiran kota Jakarta. Padahal rumah itu sudah lama dimiliki oleh putri sulungnya, bahkan sejak mereka masih tinggal bersama. Ingin rasanya bertanya kepada Hanin, tetapi tampaknya Gunadi lebih memilik untuk menunggu kejujuran dari putri sulungnya tersebut.“Sebenarnya Mas Dharma juga berpikiran seperti itu, tetapi kebutuhan kami sudah terlalu banyak. Anak-anak sudah sekolah semua, kalau kami mengajukan pinjaman lagi, takutnya justru membuat kami tidak bisa fokus d
Read more
70. Penyelamat
“Mas Dharma nggak ikut? Mbak Hanin kan sedang hamil, apa tidak khawatir?” cecar Handa kepada Hanin. “Apalagi Mbak Hanin kan hamil kembar?”“Hamil nggak harus membuat kita jadi manja. Mas Dharma banyak kerjaan di sana, anaknya sudah mau lima, Han! Harus kerja lebih keras lagi. Sebelum ke sini, periksa ke dokter dulu, dan katanya aman untuk perjalanan jauh, ya sudah,” jawab Hanin dengan santai.Sejak Hanin menikah dengan Dharma, hubungan Handa dengan kakaknya itu semakin lama semakin membaik. Tidak ada lagi amarah di hati Hanin saat bertemu dengan adiknya, bahkan sekarang mereka bisa berbincang dengan begitu akrab seolah sudah melupakan masa lalu yang kelam. Dharma benar-benar mampu meluluhkan hati Hanin yang keras karena kebencian yang tertanam sejak kecil.“Han!” Hanin terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Ada rasa takut jika apa yang akan dia katakan berakibat terjadi sebuah kesalahpahaman.“Ada apa, Mbak?” tanya Handa yang justru terlihat semakin penasaran.“Dandan ya! Biar ng
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status